قُلۡ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ
ٱللَّهُ ٱلصَّمَدُ
لَمۡ يَلِدۡ وَلَمۡ يُولَدۡ
وَلَمۡ يَكُن لَّهُ ۥ ڪُفُوًا أَحَدُۢ
Allah Swt telah mengisyaratkan akan keesaan-NYA di dalam Al-Qur'an yaitu pada surat Al-Ikhlas ayat 1-4. Disana disebutkan bahwa:
Katakanlah: Dia-lah Allah yang Maha Esa.
Allah adalah Tuhan yang segala sesuatunya bergantung kepada-Nya.
Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkkan.
Dan tiada satu apapun jua yang setara dengan Dia.
Ayat tersebut, sangat gamblang, jelas dan tegas menerangkan tentang ke Esa-an diri-Nya. Namun bagi kita umat manusia, yang menjadi titik permasalahannya adalah sampai berapa jauhkah penelitian, pembelajaran dan penelaahan kita tentang ke Esa-an Allah itu?
Sesuatu yang kita jadikan keyakinan harus melalui pembuktian. Karena dengan pembuktian itu suatu keyakinan akan menjadi kokoh dan tidak akan pernah pudar ataupun bergeser.
Jika kita ditanya agamamu apa? Secepat kilat kita menjawab bahwa agama kita Islam.
Siapa Tuhanmu? Dengan cekatan kita menjawab Allah Tuhanku.
Siapa Nabimu? Tanpa ragu kita menjawab Muhammad Saw adalah nabiku.
Tapi hanya sebatas itukah pengetahuan kita tentang hal tersebut diatas? Tidakkah terpikir oleh kita untuk menanyakan kembali tentang kebenaran jawaban kita itu pada diri kita masing-masing?
Betulkah Islam itu agama kita?
Apa arti Islam itu yang sebenarnya bagi kita?
sudahkah kita merasakan buah daripada Islam itu pada amaliah kehidupan kita sehari-harinya?
Begitu pula dengan Allah,
Betulkah Allah itu Esa? Apa bukti yang dapat membenarkan tentang ke Esa-an-Nya itu?
Betulkah Allah itu Tuhan kita?
Sedangkan yang kita tahu kalau Allah itu suatu Nama, nama dari Asma'ul Husna.
Tuhan itu sendiri adalah pangkat atau gelar derajat kebesaran-Nya.
Mana ujud-Nya? Sebab didalam sifat-Nya yang 13, Wujud adalah sifat-Nya yang awal. Ada Nama ada Pangkat-Nya tentu ada Ujud-Nya. Mustahil Nama dan Pangkat akan berpisah dari yang empunnya Nama dan Pangkat.
Begitu pula dengan Muhammad yang kita akui sebagai nabi terakhir atau penutup dari segala nabi dan rasul yang diturunkan sebagai rahmat semesta alam.
Siapa Muhammad itu sebenarnya bagi kita?
Apa rahasianya bagi Allah dan bagi kita sendiri?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas adalah suatu cambuk bagi kta untuk terus menggali dan mencari tahu tentang kebenaran atas apa yang kita yakini selama ini. Hal ini akan menjadi sepele jika kita hanya menyimaknya sambil lalu, akan tetapi akan menjadi hal yang amat dahsyat dan mendasar apabila kita mau memikirkan dan merenungkannya dengan sungguh-singguh.
Betapa rugi dan sia-sianya hidup ini jika selama ini apa yang kita yakini itu ternyata salah dan keliru. Menganggap Tuhan yang sebenarnya bukan Tuhan, menganggap nabi dari yang sebenarnya bukan Nabi. begitu pula dengan Rasul, Malaikat, Kitab, Qiyamat, dan Akhirat.
Betapa bodoh dan hinanya diri kita ini jika sedangkal itu kita menyikapi masalah-masalah dasar yang menjadi landasan dan pondasi awal kita memeluk dan meyakini Islam sebagai agama yang kita sandang. Tidakkah semua itu pernah terlintas dalam benak kita semua? Sementara kita sendiri diciptakan dalam bentuk yang paling sempurna dibanding makhluk- makhluk ciptaan-Nya karena Allah Swt telah meletakkan akal dan fikir sebagai pembeda antara kita manusia dengan makhluk ciptaan-Nya.
وَٱلۡعَصۡرِ
إِنَّ ٱلۡإِنسَـٰنَ لَفِى خُسۡرٍ
إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلۡحَقِّ وَتَوَاصَوۡاْ بِٱلصَّبۡرِ
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran. "
(Al Qur'an Surat Al-Ashr ayat 1-3)
Demikian pengenalan dasar ini kami sampaikan, dan kami sangat terbuka apabila anda berkenan untuk berdiskusi dan bertukar pikiran dalam rangka amar ma'ruf nahi mungkar untuk mencari diri yang sebenarnya diri.
Pada pembahasan Bab selanjutnya, kami akan menguraikan bab Pengenalan Diri yang lain.
Wallahu a'lamu Bis sawab.
Pada bagian pertama, "Air Setitik Tim" banyak mengemukakan dan mengetengahkan pertanyaan-pertanyaan dasar yang sifatnya himbauan, ajakan dan seruan yang ditujukan kepada kita semua tanpa kecuali!
Himbauan, ajakan dan seruan itu semata-mata hanya sekedar mengingatkan pada diri kita untuk mencoba menghitung mundur, melihat dan menerawang kembali ke belakang, merenungkan kembali apa sesunggguhnya yang telah diletakkan dan dipertaruhkan oleh Allah SWt kepada diri kita.
Apa sesungguhnya tugas utama kita selaku seorang anak manusia yang dengan qodrat dan iradatnya kita semua terlahirkan dari rahim seorang ibu. Untuk selanjutnya menapakkan kaki berjalan dan melangkah pasti dimuka bumi ini. Hingga pada suatu masa kelak sesuai dengan yang telah ditentukannya, kita semua akan kembali kepadanya.
Coba kita renungkan, adanya kita ini diawali dengan ketiadaan, kemudian diadakan, pada akhirnya nanti kita semua kembali ke ketiadaan. Kemana kiranya kita nanti?
Pada bagian kedua ini dan pada bagian yang akan datang, kita akan mencoba mengurai lebih lanjut menegenai ke-Esa-an Allah secara bertahap dan berkesinambungan. Sehingga pokok bahasan yang kita kupas benar-benar jelas dan tidak hanya sebatas angan belaka. Kami juga secara tidak langsung berupaya menjawab dan menanggapi komentar dan masukan yang telah masuk ke "Air Setitik Tim".
Sebagai langkah awal untuk menjawab pertanyaan "Betulkah Allah itu Esa?" ada baiknya kita mulai dengan sedikit mengungkap "Rahasia Allah Swt dibalik penciptaannya atas diri seorang anak manusia".
Allah Swt dalam mencipta diri seorang anak manusia bukannya tanpa maksud dan tujuan, akan tetapi ada makasud-maksud dan tujuan-tujuan tertentu yang menjadi rahasia dibalik penciptaannya.Yang mana ksemuanya itu kelak pada akhirnya akan bermuara pada satu titik kebenaran yang nyata, yang dapat membuahkan dan menghantarkan diri kita untuk masuk dan tenggelam dalam samudra keyakinan dan pembuktian atas ke-Esa-an dirinya. Hingga yang kita harapkan kita semua dapat melihat dengan jelas tanpa sangka dan angan-angan mengenai ke-Esa-annya.
Kelak pada akhirnya dengan keyaqinan yang kokoh atas dasar pembuktian akal dan pikir kita adapat berkata "Benar Allah Swt itu Esa".
Esa dalam Zatnya
Esa dalam Asmanya.
Esa pada Sifatnya.
Esa pada Af'alnya.
Tiada sifat menyifat atas dirinya, tiada hakikat menghakikatkan atas dirinya. Dan pada dirinyalah berhimpun segala Rahmat dan Nikmat.Dan pada dirinyalah yang terahasia dari yang rahasia namun rahasia itu sendiri tidak akan pernah ada pada dirinya. Itulah Tauhid.
Jangan dicari lagi karena ia sudah laitsya pada dirimu. Namun ia sendiri tidak bertempat,
Ia tidak dibulu.
Ia tidak dikulit.
Ia tidak didaging.
Ia tidak diurat.
Ia tidak didarah.
Ia tidak ditulang.
Ia tidak juga diotak dan tidak di sumsum.
Namun ia ada di inti bathin dari bathin seorang hamba,
Tidak bersuara.
Tidak berkalimah.
Tidak berbekas.
Dia hanya ada didalam keheningan dan kehampaan dirinya sendiri.
Dalam Islam adalah suci atau fitrah.
Wallahu a'lamu bi sawab.
"Sesungguhnya agama yang syah pada pandangan Allah ialah Islam".
(Q.S. Ali Imran 19)
"Barang siapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya dan di akhirat termasuk orang-orang yang rugi."
(Q.S. Ali Imran 85)
Menyikapi dua dari sekian banyak firman Allah Swt yang senada dengan yang tersebut diatas, tentu saja akan timbul tanda tanya besar dalam hati kita. Apa sesungguhnya hikmah yang tersirat dibalik ayat-ayat tersebut?
Kenapa begitu tegasnya Allah Swt menyatakan bahwa: Satu-satunya agama yang syah dan sempurna, penyempurna dari semua agama Allah yang ada ialah Islam.
Apa sesungguhnya Islam itu bagi kita dan bagi kehidupan umat manusia didunia ini?
Jujur kita katakan bahwa sebagian dari kita memeluk Islam itu hanya karena ikut-ikutan saja, misalnya kakek-nenek Islam, paman-bibi Islam, ayah-ibu Islam, maka dengan spontan kita menyatakan bahwa agama kita Islam juga. Atau bisa juga ketika membuat KTP(Kartu Tanda Penduduk) untuk mengisi format agama, tanpa ragu kita menyatakan agama Islam.
Demikian diantaranya contoh-contoh Islam yang hanya sekedar ucapan dan prasyarat suatu identitas tanpa mau merenungkan mengapa kita memilih Islam sebagai agama yang kita ikuti dan kita anut. Jika memang demikian keadaannya, maka sudah sepantasnyalah keislaman yang kita banggakan dan melekat sebagai identitas diri itu perlu kita ragukan dan kita pertanyakan keabsyahannya.
Sudah benarkah Islam kita?
Apakah sudah dianggap Islam diri kita dengan hanya sekedar mengucapkan dua kalimah syahadat saja?
Jika memang masih ada keraguan, alangkah baiknya kita mencari kyai atau ulama untuk dapat mengislamkan kembali diri kita dalam artian minta bimbingan dan petunjuk tentang Islam yang sebenarnya.
Allah Swt telah berfirman dalam hadits qudsi:
"Awalludin ma'rifatullah"
Awal agama adalah mengenal Allah. Selagi kita belum dapat mengenal Allah dengan sebenar-benarnya pengenalan, maka tetap kita dipandang orang yang tidak beragama/ belum beragama. Dengan demikian seluruh ibadah yang telah lakukan dan yang akan kita lakukan tetap dipandang tidak syah.
Bagaimana caranya kita dapat mengenal Allah itu?
Allah Swt memberikan jawaban:
"Kenalilah, carilah, Sir atau rahasia diriku didalam dirimu. Karena Sir atau rahasiaku sudah ada dalam dirimu. Hanya kamu tidak mengetahuinya."
Bukankah Allah itu dekat bahkan teramat dekat dari pada urat lehermu sendiri, begitu dekatnya aku denganmu. Maka kamu tidak akan dapat melihat urat lehermu sendiri. Itulah mantik yang harus engkau renungkan wahai saudaraku.
Adapun jalan untuk untuk mengadakan pengenalan kepadanya, ada tiga jalan yang harus dilalui setahap demi setahap karena tanpa menempuh tiga jalan itu kamu tidak akan pernah sampai kepadanya. Jalan itu adalah:
Ketahuilah olehmu asal muasal kejadian dirimu. Bukankah tadinya kamu itu tidak ada lalu dengan Qudrat dan Iradatnya kamu diadakan, dan dengan Qudrat dan Iradatnya pula pada masa yang telah ditentukan, kamu akan dikembalikan kepada ketiadaan.
Ketahuilah olehmu siapa dan bagaimana dirimu itu sebenarnya(Mengenal Diri).
Mematikan Diri. Mati dalam artian maknawiyah, karena hanya dengan kematian maknawiyah seseorang akan mencapai derajat insanul kamil mukamil(sempurna diatas sempurna).
Allah berfirman dalam hadits qudsi:
"Carilah aku olehmu, bila kau temukan aku maka akan aku bunuh engkau, setelah aku bunuh maka matilah engkau, dan setelah engkau mati maka aku gantikan engkau akan diriku."
"Barang siapa mengenal dirinya maka niscaya akan dikenal Tuhannya. Dikenal Tuhannya, binasalah dirinya."
Nabi Muhammad juga bersabda:
" Bermula Adam itu dosa yang lebih besar, maka tiap-tiap diri(tubuh) yang berdosa tidaklah sempurna untuk mengenal Allah, walaupun bagaimana berbaktinya tetap tidak sempurna karena berbakti itu adalah umpama diri(tubuh) dengan ruh, maka dari itu ketahuilah sir (rahasia) Allah yang sebenar-benarnya didalam rahasianya yang ada".
Itulah Islam, Islam itu artinya suci atau fitrah. Maka seluruh aktifitas atau amaliah hidup ini akan bermuara pada kesucian.
Karena suci atau fitrah itu tiada lain dan tiada bukan adalah dirinya sendiri. Dan dirinya itulah diri yang sebenar-benarnya diri yang hidup , tiada akan pernah mati.
"Kamu peroleh ilmu dari yang mati maka ilmumu mati. Namun jika kamu peroleh ilmu itu dari yang hidup, maka ilmumu akan hidup dan tiada akan pernah mati."
Waulahu a'lam bissawab.
Mutiara Ilmu untuk Renungan
Wahai hambaku, engkau tiada memiliki sesuatupun, kecuali yang aku kehendaki untuk menjadi milikmu. Tiada juga memiliki dirimu, karena akulah maha penciptanya. Tiada pula engkau memiliki jasadmu, akulah yang membentuknya. Hanya dengan pertolonganku engkau dapat berdiri dan dengan kalimatku engkau datang kedunia ini.
Wahai hambaku, katakanlah tiada tuhan melainkan aku, kemudian tegaklah berdiri dijalan yang benar, maka tiada tuhan lain melainkan aku, tiada pula wujud yang sebenarnya kecuali untukku, dan segala yang lain selain dari padaku adalah dari buatan tanganku dan dari tiupan ruhku.
Wahai hambaku, segala sesuatu itu adalah kepunyaanku, bagiku dan untukku, jangan sekali-kali engkau merebut apa yang apa yang menjadi kepunyaanku. Kembalikan segala sesuatunya itu kepadaku, niscaya akan aku buahkan pengembalianmu dengan tanganku, dan kutambahkan padanya dengan kemurahanku. Serahkanlah segala sesuatu itu kepadaku, niscaya kuselamatkan engkau dari dari segala sesuatu .
Ketahuilah wahai hambaku, sesungguhnya engkau mengenal siapa yang telah engkau lihat dan kepadakulah engkau akan kembali. Kemudian aku ciptakan segala sesuatu untukmu dan aku labuhkan tirai (hijab) atasmu. Lalu engkaupun tertutup dengan tirai dirimu sendiri. Kemudian aku menghijab engkau dengan diri-diri yang lain, yang mana diri-diri yang lain itu menyeru pada dirinya dan menjadi penghijab daripadaku.
Maka telitilah dirimu, setelah engkau mempercayaiku, sudahkah engkau mengembalikan segala sesuatu itu kepadaku. Dan sudahkah engkau memenuhi perjanjian yang telah engkau buat denganku.
Wahai hambaku, kuciptakan segala sesuatu itu untukmu, maka bagaimana aku akan rela kalau engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu itu. Sesungguhnya akau melarang engkau untuk menggantungkan dirimu pada sesuatu selain aku.
Wahai hambaku, aku tidak rela engkau peruntukkan dirimu bagi sesuatu, walau harapanmu akan syurga sekalipun, karena sesungguhnya aku ciptakan engkau hanya untukku, supaya engkau berada disisiku.
Wahai hambaku, kuciptakan engkau atas pola gambarku seorang diri, tunggal, mendengar, melihat, dan berkemauan untuk menyatakan nama-namaku dan tempat untuk pemeliharaanku.
Wahai hambaku sekalian, engkau adalah sasaran pandanganku, tiada dinding penghalang yang memisahkan antaraku dan antaramu. Engkau teman duduk semajelis denganku maka tiada pembatas antaraku dan antaramu. Aku lebih dekat kepadamu daripada ucapan lisanmu, maka pandanglah kepadaku karena aku senang memandang kepadamu.
Salam untuk seluruh rekan yang mengunjungi Air Setitik. Salam Rahmat dan Nikmat yang kita jalin bersama menjadi keNyamanan dalam mengarungi samudera dunia....
Bermula agama itu ialah dengan mengenal akan Allah, Tuhan seru sekalian alam. Tempat seluruh umat manusia(baik yang beriman maupun yang tidak) bergantung dari segala harapan dan pengharapan.
Dan tidaklah dipandang dan dianggap seseorang itu beragama sebelum ia mampu dan dapat mengenal Allah sebaik-baik dan sebenar-benarnya pengenalan. Jika demikian dapat dipastikan bahwa seluruh ibadah dan peribadatan yang dulu kita lakukan hingga sekarang dan sampai pada masa yang akan datang dianggap tidak syah karena arah yang tidak pasti ibadah dan peribadatan itu akan ditujukan kemana.
Sementara yang kita tahu, yang kita yakini selama ini hanya sebatas dan sekedar nama saja tanpa tahu sebenarnya yang punya nama dan ujudnya. Dengan demikian sia-sialah apapun yang kita lakukan.
"Allah" adalah himpunan huruf-huruf hijaiyah yang berangkai dalam satu kesatuan kata yang kita imani dan yakini sebagai nama dari Tuhan yang teramat sakral, dan diatas dari segala yang Ada.
Coba kita tingkatkan pemahaman kita tentang Allah itu setingkat dari pemahaman kita yang ada.
Apakah dan siapakah Allah itu?
Demi Zat yang menguasai setiap sesuatu. "Allah" itu hanyalah sekedar nama saja, nama dari sekian nama Tuhan yang umum disebut Asmaul Husna (Nama-nama yang terpuji). Sedangkan "Tuhan" adalah suatu gelar kebesaran atau pangkat saja.
JIka memang demikian, bagaimanakah ibadah dan peribadatan kita itu? Apakah hanya ditujukan pada nama dan pangkat saja? Tidakkkah terlintas didalam lubuk hati ini untuk dapat tahu dan kenal dengan yang bernama "Allah", yang berpangkat "Tuhan"? Maksudnya adalah, mana ujudnya, yang bernama Allah dan berpangkat Tuhan?
Demi zat yang menguasai setiap sesuatu. Sudah menjadi hukum hidup dan kekal adanya, jika ada nama ada gelar dan pangkatnya. Sudah barang tentu ada ujudnya. Dan sangat mustahil jika ada nama, ada gelar dan pangkatnya tapi ujudnya tidak ada. Begitupun sebaliknya, mustahil ada ujud namun tidak ada nama, gelar atau pangkatnya karena nama dan empunya merupakan satu kesatuan mata rantai yang tidak bisa dipisah-pisahkan walaupun dengan alasan apapun juga. Apalagi sempat terlintas pengakuan kita didalam hati bahwa Allah itu ghaib adanya...na uju billlahi min jalik...
Ini merupakan persepsi yang keliru karena sesunggguhnya Allah itu nyata adanya. Justru manusialah yang sesungguhnya ghaib. Dan yang ghaib itu sendiri akan nyata dengan adanya yang nyata. Oleh sebab itulah maka wajib bagi kita beriman, untuk mengetahui, dan mengenal Allah. Bukan hanya sebatas dan sekedar kenal nama dan pangkatnya saja...akan tetapi samar dan kabur ujudnya. Jika demikian, betapa rugi, bodoh dan celakanya kita.
Hakekat kita mengenal dan tahu akan nama dan si empunya nama , adalah agar kita bisa dan dapat beroleh ma'rifat kepadanya. Sehingga seluruh aktifitas ibadah dan peribadatan yang kita lakukan siang-malam sebatas usia kita tersebut jangan sampai ada yang sia-sia dan tiada hasil. Terlebih lagi karena kurangnya ilmu tentang pengenalan kepadanya, tanpa sadar kita telah masuk dan hanyut serta tenggelam didalam samudra kesyirikan. Merasa setiap ibadah dan peribadatan yang telah kita lakukan sudah sampai pada puncak kebenaran yang hakiki. Namun sesungguhnya dinding tebal telah menjadi tirai dari kebenaran yang hakiki itu. Tanpa sadar kesyirikan menjadi kawan akrab disetiap langkah. Baik itu syirik jalli, sirik khafi, dan syirik khafi wal khafi.
Syirik jalli adalah syirik pada perbuatan.
Syirik khafi adalah syirik atau kesyirikan yang terlintas dalam hati.
Syirik khafi wal khafi adalah syisrik pada akuan/ perasaan kita.
Jika ada salah satu saja atau bahkan ketiga kesyirikan itu melekat pada diri kita, maka hal ini merupakan suatu perbuatan yang sangat buruk dan terkutuk. Dan tiada obat ataupun ampunannya kecuali dengan jalan meleburkan akan diri ke akuannya.
Coba kita perhatikan dan renungkan baik-baik, dengan tanpa membawa ego atau kenafsuan diri, kita tilik dengan seksama uraian berikut. Katakan benar jika memenag kebenaran itu nampak dan nyata adanya. Namun jika kebenaran itu tidak nyata dan jelas maka jangan engkau pikirkan dan buang jauh-jauh supaya jangan menjadi fitnah yang besar.
Diawal sudah kita smpaikan bahwa "Allah" itu adalah sebuah nama atau identitas dari suatu diri. Tugas kita selanjutnya adalah dengan mencari ujudnya. Demi zat yang menguasai segala sesuatu. Bahwa bunyi "Allah" itu seandainya kita tidak berucap dan menyatakan, maka bunyi "Allah" tidak akan pernah ada. Tetapi karena kita berucap dan menyatakan "Allah" maka bunyi "Allah" itu ada.
Adakah bunyi "Allah" jika kita tidak berucap atau menyatakan, tentu tidak pernah ada, bukan?
Allah Swt berfirman:
"Aku disisi sangka hambaku dengan dia aku"
Maksudnya:
Kalau si hamba itu tidak manyangka aku, berarti aku tidak pernah ada, akan tetapi oleh karena hamba itu berkata itu Allah (Allah itu ada) maka nyatalah aku ada.
Intisarinya adalah sebagai berikut:
Jika Allah itu ada, maka hamba itu tidak pernah ada.
Jika hamba ada, maka Allah tidak akan ada.
Karena jika kita hamba, mana Allah?
Maka sebaliknya jika aku Allah, mana hamba?
Silahkan renungkan dan kaji lebih dalam dan apabila tidak jelas, minta dan tanyalah kepada ahli yang memang menguasai hal tersebut diatas.
Namun yang paling jelas, jawaban yang paling benar hanya ada pada diri anda saja! Itulah ma'rifat.
Adapun referensi yang dapat dijadikan bahan acuan untuk berjalan kesana adalah sebagai berikut:
Bunyi "Allah" itu terdiri dari huruf Alif, Lam awal, Lam akhir, dan Haa yang berhimpun dan perhimpunannya itu bermula pada waktu KUN awal yang mana disana menyebabkan adanya syahadat dan taubat. Yang juga menyebabkan turun dan jahirnya empat huruf utama yaitu Alif, Nun, Mim, dan Tha yang menyebabkan adanya maqom-maqom didalam perjalanan 99(Sembilan Puluh Sembilan) yang maqom tertingginya ada di mqom kedelapan (8) yaitu maqom khas atau maqom ilmu tentang Allah ta'ala. Atau bisa juga disebut maqom perjalanan Baginda Rasulullah Saw. ( Keterangan maqom kedelapan(8) ini tidak kami kupas dan hanya berlaku bagi kalangan Air Setitik Community saja).
Adapun tajallinya huruf Alif, Lam awal, Lam akhir, dan Haa itu berlangsung pada saat Allah itu sendiri tajalli pada Gaibul Hawiyah, sebab begitu Allah Swt itu tajalli di Goibul Hawiyah, Allah membawa huruf Alif, Lam awal, Lam akhir dan Haa.
Sedang tajallinya Allah apada Gaibul Mutallaq, disini Allah Swt membawa Zat, Sifat, Asma dan Af'al. Disini juga Allah Swt mengadakan sifat Nur dan mengadakan dua nama yaitu Kun Sa dan Kun Zat.
Kun Sa adalah titik dari Nur Muhammad yang diatas Arasy yang meliputi tujuh petala langit dan mengadakan satu nama yaitu nama awal-awal Nur Muhammad.
Sedangkan Kun Zat adalah titik dari Nur Muhammad yang ada dibawah Arasy yang meliputi tujuh petala bumi dan mengadakan nama yaitu nama awal-awal ummat.
Adapun arasy itu sendiri bukan berada di langit maupun dibumi, tetapi arasy itu ada dalam diri kita.
Proses selanjunya:
Zat maujud kepada huruf Alif.
Sifat maujud kepada huruf Lam awal.
Asma maujud kepada huruf Lam akhir.
Af'al maujud kepada huruf Haa.
Huruf-huruf itulah yang menjadi bunyi "Allah", yaitu:
Alif itu Zat bagi Allah yang menjadikan Rahasia bagi Muhammad dan menjadikan Cahaya kepada kita.
Lam awal itu Sifat bagi Allah menjadikan Tubuh kepada Muhammad dan menjadikan Ruh kepada kita.
Lam akhir itu Asma bagi Allah menjadikan Ilmu bagi Muhammad dan menjadikan Hati bagi kita.
Haa itu Af'al bagi Allah menjadikan Kelakuan pada Muhammad dan menjadikan Jasad pada kita.
Dari sekelumit penjelasan ini, jika dikembalikan kepada Tauhid, maka itulah kenyataan dirinya. Esa tiada yang lain. Esa pada Zatnya, Esa pada Sifatnya, Esa pada Asmanya, dan Esa pada Af'alnya.
Karena:
Zat itu tiada lain adalah Dirinya.
Sifat itu tiada lain adalah Rupanya.
Asma itu tiada lain adalah Namanya.
Af'al itu tiada lain adalah Kelakuannya.
Jadi bunyi "Allah" itu tiada lain hanya sekedar nama, yaitu nama kita semenjak didalam rahim ibu. Pada saat usia kandungan 3 bulan 10 hari. Sedangkan Ta'ala itu tiada lain adalah nama kita juga saat usia kandungan mencapai 8 bulan 10 hari.
Wallahu a'lam bissawab
Renungan
Sahabat...
Jadikanlah ma'rifat sebagai modal yang tiada akan pernah rugi.
Dan akal pikiran sebagai tempat berpijak untuk mengayunkan langkah.
Sedangkan keridhoan adalah tujuan akhirnya.
Sahabat...
Cinta itu nafas kehidupan.
Sedangkan rindu adalah alat untuk datang kepadanya.
Sahabat...
Jadikanlah duka sebagai kawan setiamu.
Sedangkan keteguhan adalah perbendaharaan yang tiada akan pernah susut.
Serta kefakiran patut menjadi kebanggaan.
Sahabat...
Jadikanlah perjuangan untuk membela kebenaran sebagai perangaimu sehari-hari.
Sedangkan ilmu adalah senjata yang ampuh untuk meraih kemenangan.
Sesungguhnya pakaian kebesaran yang mulia dalam pandangannya adalah ketabahan.
Sedangkan hidangan yang lezat dan abadi adalah keyakinan.
Sahabat...
Pekerjaan yang paling menguntungkan adalah menahan diri.
Sedangkan wakil atau perantaranya adalah kejujuran.
Ketaatan adalah ukuran yang pasti.
Sedang percakapan yang mengasyikkan serta hiburan yang menggairahkan ada di dalam sholatmu.
Sahabat...
Jika seruan ini kau pahami, niscaya terang sudah jalanmu, labuhkan bidukmu, karam dan tenggelamlah engkau didalam keabadian Ujudnya...
Bermula untuk mengadakan pengenalan kepada allah swt itu hanya ada tiga jalan. Yang mana ketiga jalan itu harus dilalui satu per satu dengan baik dan istiqomah. Karena hanya dengan ketiga jalan itulah yang dapat menghantarkan seseorang hamba untuk sampai kepada hakekat pengenalan yang sebenarnya. Sedangkan kendaraannya adalah diri kita.
Ketiga jalan itu adalah sebagai berikut:
1. Mengenal asal muasal kejadian diri. Dari tiada, menjadi ada, dan pada akhirnya kelak kembali kepada ketiadaan.
allah swt berfirman di dalam al qur'an:
"Hendaknya kamu(manusia) memikirkan asal muasal dirimu".
2. Mengenal jati diri sejati, siapa sebenarnya diri kita ini (mengenal diri).
allah swt berfirman dalam hadits qudsy:
"Barang siapa mengenal akan dirinya, niscaya ia akan mengenal tuhannya. Dan barang siapa mengenal akan tuhannya maka binasalah ujud dirinya dan tuhan akan ada didalamnya".
3. Mematikan diri. Mati disini bukan mati secara jenazah, akan tetapi mati disini adalah mati dalam artian ma'nawiyah.
allah swt telah berfirman didalam hadits qudsy:
"Rasakanlah mati sebelum engkau mati".
"Barang siapa yang tidak mematikan dirinya, maka tidak akan dia dapat beroleh pengenalan kepadaku".
Demikianlah langkah-langkah yang harus dilalui seorang hamba untuk dapat sampai kepada allah dan karam bersamanya.
"Aku adalah gudang yang tersembunyi, maka aku suka jika aku dikenal. Lalu aku ciptakan makhluk (manusia) supaya mengenal aku". (hadits qudsy)
Jalan Pertama
Mengenal asal muasal kejadian diri( dari tiada, menjadi ada, dan pada akhirnya kelak kembali kepada ketiadaan).
Sebelum kita mengupas tentang asal muasal kejadian diri itu, satu hal hendaknya yang harus kita ketahui yaitu kita harus memilah antara asal muasal hamba dengan asal muasal insan (manusia). Sebab dari kedua hal tersebut diatas pengupasannya sedikit berbeda.
Kalau hamba itu isinya tanah, air, angin, api..karena keempat anasir itu adalah sifat hamba. Sedangkan insan (manusi) itu isinya waddu, waddi, mani dan manikam..karena keempat anasir itu adalah sifat insan(manusia).
Begitu pula dengan:
Sifat hayat, isinya: bulu, kulit, daging, urat, tulang, otak, dan sumsum.
Sifat ilmu, isinya: pengrasa, hawa, nafsu, akal, pikir, ilmu pengetahuan dan rahasia.
Sifat tuhan, isinya: zat, sifat, asma, dan af'al.
Sifat Allah, isinya: iman, islam, tauhid, dan ma'rifat.
Sifat ta'ala, isinya: tauhidu zat, tauhidu sifat, tauhidu asma, tauhidu af'al.
Sifat muhammad, isinya: hidup, tahu, berkehendak, dan bergerak.
Pada kesempatan ini, kami hanya mengkhususkan tentang pengupasan asal muasal insan( manusia) saja. Adapun asal kejadian insan/ anak adam (manusia) itu sebagaimana yang sudah sama-sama kita ketahui, bahwa kejadiannya dikarenakan berprosesnya kedua orang tua (ibu-bapak kita) didalam melakukan hubungan badan (bersenggama/ bersetubuh).
Saat persetubuhan itu berlangsung, keempat anasir yang merupakan sifat insan (manusia) itupun berproses juga. Dari keempat anasir itu hanya manikamlah yang merupakan cikal-bakal insan. Dan manikam itu sendiri hanya dimiliki oleh laki-laki, perempuan tidak. Adapun istana manikam itu pada otak laki-laki.
Didalam otak itu ada lemak, didalam lemak itu ada minyak, didalam minyak itu ada nur, didalam nur itu ada nur aqli(akal), dan didalam nur aqli itu ada hijabun nur. Dan didalam hijabun nur itulah manikam.
Masa manikam itu 40 hari, yaitu:
7 hari pertama manikam itu berada di istananya
7 hari kemudian manikam itu turun pada tulang belakang dan bertahan pada punggung kita.
7 hari kemudian berada pada tulang dada.
7 hari berikutnya berada pada pusat.
7 hari kemudian turun pada sulbi.
5 hari kemudian berpindah pada zakar/ kalam (kemaluan laki-laki).
Untuk kemudian jatuh pada rahim seorang perempuan bernama "taraib". Untuk selanjutnya dikandung selama 9 bulan 9 hari. Ini juga mengisyaratkan tentang 99 nama Allah (Asmaul Husna) dan juga mengisyaratkan tentang perjalanan 99 yang ada.
Dikatakan manikam apabila ia jatuh rahim perempuan, jika tidak jatuh pada rahim perempuan, maka tidak bisa dikatan manikam. Karena manikam inilah yang bernama nur muhammad, atau ruh Idhofi atau syahadat dalam pengertian ilmu.
Adapun rangkaian prosesnya adalah sbb:
Rangkaian tanah asal.
Air mani laki-laki.
Pencampuran sperma.
Segumpal darah.
Tulang belulang.
Daging pembungkus.
Ruh.
Tujuh rangkaian tersebut diatas juga mengisyaratkan tentang:
7 sifat pada manusia.
7 anggota dalam sembahyang.
7 hari dalam seminggu.
7 bintang yang besar.
7 lautan yang besar.
7 lapis langit.
7 lapis bumi.
7 neraka.
7 syurga.
Dan banyak lagi yang menyatakan jumlah ataupun hitungan 7 itu.
Tatkala manikam itu sampai 4o hari lamanya didalam tara'ib perempuan, maka berhentilah darah haid yang biasa dialami oleh seorang perempuan. Hal ini dikarenakan sebab tertutupnya peranakan oleh manikam tadi.
Baru setelah 4 bulan manikam itu berada didalam rahim, ia bernyawa(bergerak). Darah haid yang berhenti karena tertutup oleh manikam, pada bulan kelima menjadi tembuni (ari-ari). Peristiwa ini seluruhnya berlangsung didalam rahim. Dan tatkala sampai pada masanya lahir, maka darah haid yang berhenti pada 40 hari sebelum manikam itu bernyawa(bergerak) itulah yang akan menjadi darah nifas. Manikam yang dikandung oleh perempuan pada masa:
1 hari 1 malam : pujinya Hu
3 hari 3 malam: pujinya Allah
7 hari 7 malam: pujinya Innallah
40 hari 40 malam: pujinya Turobbunnur
4 bulan 4 hari: pujinya Subhanallah
6 bulan 6 hari: pujinya Alhamdulillah
8 bulan 8 hari: pujinya Allahu Akbar
9 bulan 9 hari: pujinya Inna ana amanna
Inna: Sessungguhnya
Ina: Saya (Aku)
Amanna: (aman(Iman)
Inilah asal kejadian "air zatullahu akbar".
Beberapa dasar yang melandasi tentang asal muasal kejadian diri:
Abdullah Ibnu Abbas Ra dari Nabi Saw: "Bahwa sesungguhnya Allah ta'ala menjadikan dahulu daripada segala sesuatu yaitu Nur nabimu".
Syech Abdul wahab As -Syarani Ra berkata: "Sesungguhnya Allah ta'ala menjadikan Ruh Nabi Muhammad itu daripada zatnya dan dijadikannya ruh sekalian alam dari pada nur Muhammad saw".
Nabi Muhammad Saw bersabda: "Aku bapak dari sekalian ruh dan adam itu bapak dari sekalian batang tubuh". Adapun lembaga Adam itu dijadikan oleh Allah Swt daripada tanah.
Allah ta'ala berfirman didalam Al Qur'an: " Aku jadikan insan Adam itu dari pada tanah, dan tanah itu dari pada air, dan air itu dari pada angin, dan angin itu dari pada api dan api itu dari pada nur Muhammad". "Sesungguhnya telah datang kepadamu dari Allah ta'ala yaitu: nur".
Dan kepada Nur itulah perhentian perjalanan segala aulia dan ambiya yang mursalin mengenal Allah ta'ala. Akan tetapi bila sudah sampai kepada nur, maka fanakanlah nur itu pada zat yang wajibul wujud, supaya jangan sampai hamba itu semata-mata bertuhan kepada nur. Akan tetapi hendaklah tetap bertuhankan kepada allah zat wajibul wujud.
Dengan begitu maka nyata nur itu hanya wasilah kita untuk dapat sampai kepada Allah ta'ala.
"Hai orang yang beriman, takutlah kepada Allah dan carilah wasilah (perantara) yang bisa menyampaikan kamu kepadanya dan hendaklah kamu bersungguh-sungguh dijalnnya, supaya kamu dapat kejayaan". (Al Qur'an)
Hal lain yang tak kalah pentingnya didalam pengenalan asal-muasal kejadian diri adalah anasir-anasir yang ada pada dirimu. Baik anasir dari Muhammad, dari bapak, dari ibu, sebagai berikut:
Anasir tuhan pada muhammad meliputi: sir, budi, cinta dan rasa atau penglihatan, pendengaran, penciuman, dan pengrasa.
Anasir tuhan pada bapak meliputi: urat, tulang, otak dan sumsum.
Anasir tuhan pada ibu meliputi: rambut(bulu), kulit, darah, dan daging. Satu anasir dari tuhan yaitu hayat(nyawa)
Tulisan mendatang adalah Jalan Kedua yaitu mengenal diri sejati, siapa sebenarnya diri kita ini (mengenal diri).
Wallahu A'lamu Bissawab.
Air Setitik Team
Diposting oleh Air Setitik Team di 9:24 AM 0 komentar
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid
Thursday, November 27, 2008
Bagian V: Pengantar Perjalalan Diri-Benarkah Allah SWT itu Esa?
Posted by Allahyarham achit at 6:22 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment