? ??????????????????? ????Easy Install Instructions:???1. Copy the Code??2. Log in to your Blogger account
and go to "Manage Layout" from the Blogger Dashboard??3. Click on the "Edit HTML" tab.??4. Delete the code already in the "Edit Template" box and paste the new code in.??5. Click BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS ?

Thursday, November 27, 2008

Edisi Ramadhan 1429 H/ The Edition of Ramadhan 1429

Kajian khusus Ramadhan 1429H dalam rangka menanggapi komentar dan pertanyaan saudaraku Sharudin dari Malaysia. Khususnya dalam konteks "Benarkah Allah Swt itu Esa?" edisi sebelumnya.


Kami yakin apa yang saudaraku pertanyakan, saudara sudah mengetahuinya. Akan tetapi tidak mengapa, rasanya ada baiknya jika kita kaji ulang guna menyamakan persepsi saja. Jika didalam kajian nanti ada kesamaan, mari kita jaga sebaik-baiknya. Namun jika ada perbedaan-perbedaan hendaknya jangan menjadikan pertentangan bagi kita.


Pada komentar dan pertanyaan anda mengatakan:


"Dalam usia yang baliq hakiki....Allah seharusnya bukan merupakan imaginasi. Dia juga bukan sesuatu yang maya. Dia juga bukan sesuatu yang fana. Sesuai dengan ilmu Kalam, Dia adalah sejelas-jelasnya ujud. Manusia yang maya, manusia yang di dalam fantasy, manusia tidak ada kalau Allah tidak ada. Ini merupakan pertanyaan yang menyangkut keberadaan. Untuk lebih jelas mari kita amati perumpamaan baju sutra yang terbuat dari kain sutra. Sutra diolah menjadi benang kemudian menjadi kain, sebelum akhirnya manjadi baju. Baju ada karena nama, tapi sutra ada karena Dzat. Apakah boleh disamakan kewujudan pada nama dan kewujudan pada Dzat?"


Bismillahirrohmanirrohim. Alhamdulillah. Wasyukurillah. Walla khaula walaku wata illa billah...amma ba'du.


Marhabban yaa Ramadhan. Marhabban yaa ahlan wa Syahlan.


Terima kasih sebelumnya kami ucapkan kepada saudaraku yang ada di Malaysia. Juga salam Rahmat dan Nikmat dalam kehampaan bagi saudara-saudaraku dimana saja berada. Ulasan dan komentar saudaraku sangat menarik dan sungguh ini adalah sesuatu yang baik sekali dalam rangka pencerahan khususnya bagi jiwa-jiwa yang gersang, tandus, dan haus akan siraman hikmah...didalam perjalanan bathin.


Tidak semua orang dapat mengadakan perjalanan bathin. Terkecuali mereka yang beroleh hidayah dari Allah Swt.


Konsep awal tentang keesaan Allah Swt sudah teramat sering kami ketengahkan. Bahwa:


"Setiap benda pasti ada namanya. Mustahil benda ada tapi namanya tidak ada. Begitu pula sebaliknya. Ada nama sudah pasti ada bendanya. Mustahil ada nama tapi bendanya tidak ada. Jika itu terjadi tentu sangat bersalahan. Bukankah Allah Swt didalam mencipta selalu saling berpasangan. Ini isyarat bagi yang mau berpikir. Mengambil iktibar dibalik seluruh penciptaanya."


Diawal sudah dikatakan bahwa: Yang sejatinya itu sebenarnya sutra atau baju? Baju ada karena nama tapi sutra ada karena Dzat. apakah boleh disamakan kewujudan pada nama dan kewujudan pada dzat? Sekilas kita melihatnya tentu berbeda, tetapi jika lebih jauh melihatnya...betulkah keduanya berbeda?


Untuk mengulasnya hendaknya kita harus lebih arif, bijak dan ekstra hati-hati. Karena salah menarik kesimpulan dalam memahaminya, maka syirik khafi, syirik jalli, dan syirik khafi al khafi siap menyambutnya.


Baju ada karena nama, yaitu sutra. Makanya disebut baju sutra. Sedangkan sutra itu sendiri ada karena dzatnya. Coba kita ambil lagi perumpamaan lain yang lebih nyata dan jelas. Manusia melihat dengan mata, tanpa mata dunia akan gelap gulita. Kita mendengar dengan telinga, tanpa telinga dunia akan sunyi dan hening adanya. Coba kita renungkan. Apakah yang melihat itu mata? Apakah yang mendengar itu telinga?


Jika benar yang melihat itu mata dan yang mendengar itu telinga, maka bagaimana dengan jenazah (orang mati)? Dia punya mata lengkap tapi melihatkah ia? Ia juga punya telinga lengkap tapi mendengarkah ia? Jawabannya kami serahkah kepada anda lebih jauh dari itu.


Coba kita lihat dalam diri kita. Sebelum kita dijahirkan, apakah bisa dikatakan kita ada? Begitu pula setelah kita mati, bisakah kita dikatakan ada? Silahkan cerna dan renungkan.


Sebab kalau kita membicarakan tentang dzat, maka dzat murni atau dzat mutlak Allah Swt tersebut adalah yang tersembunyi dari yang tersembunyi (yang diupamakan dengan dzat sutra), tapi kalau yang sembunyi dari yang tersembunyi itulah yang diupamakan baju sutra. Sedangkan pengetahuan tentang dzat itu sendiri adalah suatu keajaiban dari keberadaannya.


Karena ia luluh didalam dirinya sendiri atau musnah dan lenyap didalamnya. Jika dipilah berdasarkan tingkatannya maka tingkat ini adalah tingkat penyerapan diri sendiri yaitu suatu tingkatan dimana diri sendiri akan terserap ke dalam dzat.


"Janganlah kamu memikirkan Dzatnya tetapi pikirkanlah faedahnya" (Al-Hadits).


Demi jiwa yang ada didalam genggamannya, jujur kami katakan bahwa kewujudan pada nama dengan kewujudan pada dzat itu pada hakekatnya sama saja, karena sama-sama diwujudkan. Justru menurut kami yang teristimewa itu adalah siapa yang mewujudkan asma atau nama dan dzat itu sendiri.


Karena dzat itu adalah dzatnya, nama itu juga namanya. Itu sebab benda dan nama itu adalah satu kesatuan yang tiada terpisahkan. Dan penyebab adanya nama dan dzat itulah yang kami maksud tersembunyi dari yang tersembunyi, bukan yang sembunyi dari yang tersembunyi. Begitu pula kita menyikapi akan diri kita.


Manakah diri yang sebenar-benarnya diri. Apakah yang nyata yang terlihat oleh mata jahir ataukah yang ghaib yang yang tersembunyi tidak nampak.


Bila nyata adanya maka dimana kenyataannya dan bila ghaib dimana keghaibannya. Karena sesungguhnya manusia itu sendiri pada hakekatnya satu saja. Bila banyak bersuku-suku, berkaum-kaum, dan berbangsa-bangsa maka itu tidak lain adalah karena sifat menyifatnya saja. Sama saja kita mengupas bawang, kita kupas dan kupas pada akhirnya bawangnya itu sendiri tidak ada, yang ada kulitnya saja...Begitu pula dengan Allah.


Allah itu adalah nama dan Tuhan itu adalah pangkat atau gelar kebesarannya. Mana orangnya? Silahkan anda jawab sendiri. Kami hanya dapat mengantarkan anda sampai disini saja. Selebihnya terserah anda.


Allah dalam menciptakan seluruh alam ini cukup satu kali saja, sampai kiamat ia tidak menciptakan apa-apa lagi. Membuat manusia cukup dengan manusia saja, membuat hewan cukup dengan hewan saja, menciptakan air cukup satu kali saja, seumur hidup dunia tidak akan ada habis-habisnya.


Coba lihat ruh-ruh manusia hanya satu kali saja, tidak bertambah da tidak berkurang. Segalanya satu kali saja tiada berbilang. Orang ahlul akhirat satu kali saja cukup. Satu kali mensyuhud cukup. Satu kali mati cukup. Satu kali tahu cukup. Semua serba satu bukan serba dua lagi.


Semua kerja baik ibadat maupun yang lainnya tiada jahat,


tiada neraka,


tiada itu dan tiada ini...


semua tiada apa-apa,


semua langgeng,


semua rahmat,


semua nikmat,


semuanya Allah,


semuanya Tuhan,


semuanaya Nur,


semuanya Dzat,


dan semuanya!


aku dan aku!


aku dan aku!


akhirnya sunyi tiada huruf,


tiada suara,


semua kembali ke asal...




Inilah maqam penelanjangan Tuhan.




Asal Tuhan itu tiada berhuruf,


tiada bersuara,


bukan cahaya,


bukan benda,


dan bukan materi,


bukan dzat,


bukan sifat,


bukan asma,


dan bukan af'al.




Bukan Allah,


bukan Muhammad,


bukan Adam,


dan bukan semua-semuanya.




Pada penghujung perjalanan, semua itu hanya sebutan dan akuan saja adanya. Jika demikian, siapa yang ada?


(Tanyakan ahlinya yang boleh menjawab)








Wallahu a'lam Bissawab.


Ramadhan 1429H








Air Setitik Team








Diposting oleh Air Setitik Team di 11:48 AM 8 komentar
Label:air setitik Allah, Islam, Ma'rifat, Muhammad, Oneness, Origin of Mankind, Spiritual Journey, Sufi, Sufism, Tauhid

0 comments: