? ??????????????????? ????Easy Install Instructions:???1. Copy the Code??2. Log in to your Blogger account
and go to "Manage Layout" from the Blogger Dashboard??3. Click on the "Edit HTML" tab.??4. Delete the code already in the "Edit Template" box and paste the new code in.??5. Click BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS ?

Wednesday, January 21, 2009

Bakso Ikan

Bahan :
300 gram daging ikan tenggiri, dihaluskan
25 gram sagu aren
50 gram sagu tani
100 gram es batu
1 sdt garam
½ sdt merica bubuk
3 sdm bawang goreng

Cara membuat :

Blender daging ikan tenggiri, garam, merica, dan es batu.
Angka lalu masukkan bawang goreng, sagu aren, sagu tani sambil diuleni dan dibanting-banting.
Bulatkan lalu rebus dalam air mendidih hingga terapung.
Untuk 30 butir

Sumber : Majalah Sedap Sekejap Edisi 9/III/2002

Mari Membuat BAKSO di Rumah

Bakso, merupakan makanan yang sangat populer di kalangan masyarakat kita. Hampir di setiap tempat dapat kita jumpai produk ini. Di pasar-pasar, di pinggir jalan, di pondokan, pedagang keliling sampai di pasar swalayan.

Bakso yang biasa kita kenal dikelompokkan menjadi bakso daging, bakso urat, dan bakso aci. Bakso daging dibuat dari daging yang sedikit mengandung urat, misalnya daging bagian penutup atau bagian gandik, dengan penambahan tepung yang lebih sedikit. Bakso urat terbuat dari daging yang mengandung jaringan ikat atau urat, misalnya daging iga. Bakso acin adalah bakso yang penambahan tepungnya lebih banyak dibanding dengan jumlah daging yang digunakan.

Bang, baksonya pakai boraksnya nggak ? MSG-nya banyak nggak ? Kadang-kadang pertanyaan-pertanyaan seperti ini terlontar saat konsumen membelinya. Konsumen ingin mendapatkan produk yang aman, tentunya. Memang, beberapa pedagang bakso sering menggunakan bahan tambahan pada produknya, seperti bahan pemutih, bahan pengawet, boraks, fosfat (STPP), dan tawas. Bahan pemutih yang biasa digunakan adalah Titanium dioksida. Bahan pengawet yang biasa digunakan adalah benzoat, batas penggunaannya dalam produk pangan maksimum 0,1%. Boraks berupa serbuk putih yang digunakan pada bakso untuk menghasilkan produk yang kering (kasat dan tidak lengket), bahan ini termasuk bahan kimia yang dilarang penggunaannya dalam produk pangan. Tawas digunakan dalam air perebus bakso untuk membantu mengekstrak protein daging, kelebihan STPP ini menyebabkan rasa pahit pada bakso.

Untuk menghindari konsumsi bahan tambahan yang terlalu banyak, bakso dapat dibuat sendiri di rumah dengan mengurangi atau menghindari sama sekali penggunaan bahan-bahan tersebut. Caranya mudah, simak saja tulisan berikut.

Pembuatan bakso terdiri dari tahap pemotongan daging, penggilingan daging, penghalusan daging giling sekaligus pencampuran dengan bahan pembantu dan bumbu, pencampuran dengan tepung tapioka dan sagu aren, pembentukan bola-bola dan perebusan.

Perebusan bakso dilakukan dalam dua tahap agar permukaan bakso yang dihasilkan tidak keriput dan tidak pecah akibat perubahan suhu yang terlalu cepat. Tahap pertama, bakso dipanaskan dalam panci berisi air hangat sekitar 60 derajat Celcius sampai 80 derajat Celcius, sampai bakso mengeras dan terapung. Tahap kedua, bakso direbus sampai matang dalam air mendidih.

Proses Pembuatan :
Siapkan bahan-bahan sebagai berikut :
Daging sapi 500 gr
Tepung tapioka 111,13 gr
Sagu aren 55,7 gr
Es 100 gr
Fosfat (STPP) 1 gr
Lada halus 1 gr
MSG 2,5 gr
Bawang Putih 3 siung
Garam 9 gr

Daging dipotong 10 x 5 x 5 cm.

Daging digiling dengan menggunakan grinder.
Daging gilingan dimasukkan ke dalam food processor (chopper) bersama dengan sebagaian dari es, STTP, garam, lada halus, MSG, dan bawang putih yang telah dihaluskan.

Campuran tersebut dihaluskan selama 5 menit.

Tepung tapioka, sagu aren, dan sisa es ditambahkan ke dalam food processor, dan semua campuran dihaluskan sampai halus (kurang lebih 10 menit).

Setelah halus, adonan bakso ini dibulat-bulatkan dengan menggunakan tangan dan diambil dengan sendok. Ukuran daging disesuaikan dengan selera, bisa besar, kecil, atau sedang.

Bola-bola daging yang terbentuk langsung dimasukkan ke dalam air hangat (air hangat ini belum mendidih atau sekitar suhu 60-80 nol derajat Celsius).

Bila sudah terapung dalam air, bola-bola bakso ini diangkat. Bila akan dikonsumsi langsung, bakso tersebut didinginkan sebentar, lalu direbus lagi sampai matang (sekitar 10 menit).

Bila akan disimpan, dapat disimpan direfrigerator untuk jangka waktu sebentar, atau di freezer untuk jangka waktu yang lama. Direbus kembali bila akan dikonsumsi.

TIP :
Bila tidak mempunyai grinder dan food processor di rumah, penggilingan daging dan pencampuran dengan bahan lainnya dapat dilakukan di pasar, dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan sendiri dari rumah.

Bila ingin mendapatkan bakso yang lebih kenyal, gunakan daging yang baru dipotong (daging hangat) yang bisa diperoleh di pasar pada dini hari.

Perhitungan Ekonomi

Perhitungan ekonomi ini dilakukan secara sederhana dan menganggap bahwa peralatan yang digunakan sudah tersedia di rumah. Pada perhitungan ekonomi ini akan dihitung jumlah produksi perhari, dimaan kita tidak untung dan tidak rugi yang dikenal dengan istilah Break Even Point (BEP). Jadi, jika ingin mendapatkan untung maka kita harus memproduksi lebih dari nilai BEP tersebut.

PENENTUAN BIAYA TIDAK TETAP TERDIRI DARI BAHAN BAKU DAN BAHAN PENUNJANG LAIN UNTUK MEMBUAT BAKSO DARI 500 GRAM DAGING SAPI

Daging sapi 500 gr Rp. 19.500,-
Tepung tapioka Rp. 300,-
Sagu aren Rp. 150,-
Es Rp. 50,-
Fosfat (STPP) Rp. 100,-
Lada halus Rp. 25,-
MSG Rp. 50,-
Bawang Putih Rp. 50,-
Garam Rp. 25,-
Kemasan Rp. 50,-
Transport Rp. 2.000,-
Gas Rp. 1.000,-
JUMLAH Rp. 21.800,-

BIAYA TETAP (per hari)
Gaji Karyawan Rp. 10.000,-
Sewa Tempat Rp. 10.000,-
Perawatan Peralatan Rp. 5.000,-
JUMLAH Rp. 25.000,-

Dari formula di atas akan dihasilkan 810 g bakso (80 butir), dibuat dalam 4 bungkus kemasan 20 butir. Maka biaya tidak tetap untuk pembuatan satu bungkus bakso tiap kemasan adalah Rp. 21.800,- : 4 = Rp. 5.450,- dan jika 1 kemasan bakso tersebut akan kita jual dengan harga Rp. 7.000,- maka nilai BEP dapat dihitung dengan rumus berikut :

A x B = (A x C) + D

Keterangan :
A = Jumlah produksi perhari pada keadaan BEP
B = Harga jual bakso per kemasan 20 butir
C = Biaya tidak tetap untuk 1 kemasan bakso 20 butir
D = Biaya tetap perhari

A x Rp. 7.000 = (A x Rp. 5.450) + Rp. 25.000
1550 A = 25.000
A = 16 bungkus

Dengan demikian untuk mendapatkan keuntungan maka jumlah produksi bakso setiap hari harus melebihi 16 bungkus perhari, atau menggunakan lebih dari 2 kg daging sapi.

Resep Otak-otak

Ukuran porsi: 20 potong

Bahan-bahan Otak-otak:
250 gram daging ikan tengiri, haluskan
100 gram tepung sagu
100 cc santan
1 butir putih telur
10 lembar daun kucai, iris halus
1 sendok teh garam
1/2 sendok teh merica bubuk
1 sendok teh gula pasir
1/2 sendok teh bumbu penyedap

Cara membuat Otak-otak: campur daging ikan tengiri, tepung sagu, santan, putih telur, daun kucai, garam, merica bubuk, gula, dan bumbu penyedap, aduk rata.

Letakkan 1 sendok makan adonan di atas selembar daun pisang, gulung, semat kedua ujungnya, lalu panggang di atas bara api sampai matang.

Tuesday, January 13, 2009

ISABELLA FERSI MALAY

ISABELLA
sebuah novel berdasarkan kajian perbandingan Islam dan Kristian
oleh Maulana Mohammad Saeed
terjemahan Abdullah Hussain
..................................................................................................

BAB 1 Taman Yang DiBerkati

Di bandar Cordova, negeri Sepanyol terdapat sebuah taman yang amat terkenal kerana keindahan bunga-bungaan dan kesegaran tanam-tanaman di dalamnya, berbeza sedikit dari Taman Firdausi. Taman ini selalu dibanjiri oleh para pelancong jauh dan dekat. Pada suatu petang yang damai di salah satu sudut taman itu yang agak terpencil, duduk dua orang lelaki muda yang kelihatannnya seperti orang berilmu. Mereka sedang tenggelam di dalam satu perbincangan agama yang serius.

Hari semakin petang dan matahari sudah hampir ghurub di langit barat. Kicauan burung yang pulang ke sarangnya menimbulkan suasana riang kepada orang-orang yang lalu-lalang. Seorang gadis kristian yang dikenali namanya dalam sejarah sebagai Isabella kebetulan duduk bercengkerama dengan beberapa orang kawannya di sebalik serumpun tumbuhan berhampiran dengan tempat kedua lelaki muda itu. Isabella sering datang ke taman itu dengan kawan-kawannya untuk menikmati keindahan alam semula-jadi. Dia adalah anak ketua paderi bandar Cordova dan baru berusia 17 tahun. Kecantikan wajahnya dan keanggunan perawakannya selalu digambarkan oleh pemuda-pemuda yang mengenalinya sebagai jelmaan bidadari dari syurga. Orang-orang bangsawan termasuk para paderi banyak yang tergila-gilakannya. Mereka ingin mengambilnya sebagai isteri untuk menjadikan hidup mereka bahagia dan gembira. Tetapi keinginan mereka itu dihalangi oleh cita-cita bapa Isabella yang mahukan anaknya itu mengikuti jejak Siti Mariam, ibu Nabi Isa, hidup membujang sampai ke akhir hayat, mengabdikan dirinya kepada Jesus Kristus. Dia tidak bermaksud memberi suami kepada anaknya itu tetapi sebaliknya mendidiknya dengan ilmu agama sehingga Isabella dalam usia semuda itu telah mahir dalam berbagai-bagai masalah yang berkaitan dengan keagamaan dan sangat mengambil perhatian berat di dalam perbincangan-perbincangan yang mengenai ilmu ketuhanan.

Dalam masa dia bergurau senda dengan kawan-kawannya itu terdengar olehnya suara dari sebalik rumpun bunga, orang bercakap tentang agama. Dia tersentak apabila orang di sebalik rumpun itu berkata ''padahal paderi-paderi Kristian''. Dia lalu dengan berhati-hati memasang telinganya.

Pada waktu itu, kedua orang lelaki muda itu kerana terlalu asyik dengan perbincangan mengenai agama Kristian tidak sedar bahwa perbincangan mereka sedang didengar oleh beberapa orang gadis Kristian.Salah seorang pemuda itu berkata, "Saint Paul telah menulis di dalam salah satu suratnya bahwa hukum-hukum agama itu merupakan satu kutukan dan Jesus Kristus telah datang untuk menyelamatkan kita daripada kutukan tersebut. Apakah makna kata-katanya itu?" Terdengar ketawa kecil kawannya. "Umar, sahabatku. Engkau mahu aku menerangkan kepadamu padahal paderi-paderi Kristian sendiri ...."

Waktu itulah Isabella sedang mendengar percakapan itu. Dia lalu berkata kepada kawan-kawannya, "Nampaknya orang-orang di sebelah kita ini sedang memperkatakan tentang agama kita. Mari kita dengar apa yang sedang mereka kata." Salah seorang kawannya menyampuk dengan nada sinis, "Sejak orang-orang Islam datang ke mari, agama kita diancam bahaya." "Diamlah!" herdik Isabella. "Nanti mereka tahu kita ada di sini. Mari kita dengar apa yang sedang mereka kata."

"Apa maksudmu, paderi-paderi Kristian sendiri. Apakah mereka juga tidak memahaminya? Apakah mereka itu menganut agama Kristian hanya secara membuta tuli saja?" tanya orang yang bernama Umar. Namanya yang lengkap ialah Umar Lahmi seorang terpelajar yang terkenal di kalangan cendekiawan agama.

"Cubalah ajukan pertanyaan itu kepada paderi yang terkemuka dan dengar apa jawabannya. Tetapi sebelum itu terangkan lebih dulu kepadaku apakah yang menyebabkan tuan tidak bersetuju dengan kata-kata St. Paul itu!" ujar Maaz, demikian nama seorang lagi.

Sambil memandang muka sahabatnya, Umar Lahmi berkata, "Bukan aku tidak bersetuju tetapi aku hanya mahu memahaminya saja. Tuan seorang yang banyak bergaul dan bercakap dengan orang-orang Kristian. Tuan juga banyak banyak membaca kitab-kitab mereka. Maka sebab itulah aku meminta penerangan daripada tuan. Menurut pendapatku apabila hukum-hukum agama itu merupakan satu kutukan dan Nabi Isa datang mahu menyelamatkan penganut-penganut agama Kristian dari kutukan itu maka pencurian, penzinaan, penderhakaan kepada ibubapa seharusnya dapat dibenarkan di dalam agama Kristian meskipun barangkali tidak ada orang Kristian yang percaya tentang pembenaran berlakunya perkara-perkara itu."

Maaz agak kebingungan sejurus mendengar kata-kata sahabatnya itu. "Bagaimana boleh pencurian dan penzinaan dikaitkan dengan hukum-hukum agama menjadi satu kutukan? Aku tidak berapa faham dengan maksud tuan."

"Apa yang aku maksudkan," jawab Umar Lahmi, "ialah di dalam Kitab Perjanjian Lama, hukum-hukum agama memerintahkan bahwa kita tidak boleh mencuri, tidak boleh berzina, tidak boleh menimbulkan kesukaran kepada tetangga, tidak boleh derhaka kepada orangtua dan lain-lain lagi. Apabila seluruh hukum-hukum agama itu merupakan satu kutukan, maka mematuhi perintah-perintahnya juga merupakan satu kutukan karena perintah-perintah itu adalah sebahagian daripada agama, malah ia adalah intisarinya yang sebenar. Jikalau yang dikatakan oleh St Paul itu benar, maka orang-orang Kristian boleh mencuri, boleh berzina dan boleh melakukan dosa-dosa lain. Apabila mereka mematuhi hukum-hukum agama ini maka mereka termasuk orang yang dilaknat dan orang-orang Kristian yang menentang pula dapat dihukum bersalah kerana mereka tidak mematuhi peraturan-peraturan agama."

Maaz tersenyum kecil apabila sahabatnya itu selesai menghuraikan hujahnya yang panjang lebar itu. Sambil mengangguk-anggukkan kepala, dia berkata, "Agak aneh. Tuan mahu aku menjelaskan perkara yang sama yang seringkali aku kemukakan kepada orang-orang Kristian."

"Apa?" Umar Lahmi agak terperanjat mendengar kata-kata Maaz itu. "Tuan juga telah bertanya kepada mereka? Jadi, apa jawaban mereka?"

"Mereka cuba memberi penjelasan tetapi terlalu membingungkan." jawab Maaz.

Sebaik saja Maaz selesai bercakap, dari menara masjid yang berhampiran dengan taman kedengaran suara azan maghrib dilaungkan oleh muazzin yang merdu dan amat syahdu. Kedua-dua orang sahabat itu pun bangun dari duduknya, menuju ke sebuah tempat air untuk berwuduk dan kemudian menuju ke masjid untuk ikut berjemaah bersama-sama dengan saudara-saudara Muslimin yang lain.

Isabella yang sejak tadi mengintai mendengar perbincangan Umar Lahmi dan Maaz merasa amat terkilan apabila kedua-dua orang itu bangun secara tiba-tiba meninggalkan tempat itu. Dia mendengar percakapan kedua orang itu dengan penuh minat apatah pula dia memang sangat tertarik dengan soal-soal yang berhubungan dengan ketuhanan dan dapat pula membuat penilaian terhadap penentangan yang dikemukakan oleh kedua orang muda itu. Dia cuba mencerna persoalan itu dan mencari jawaban kepada pokok perbincangan yang ditimbulkan tetapi ternyata tidak berdaya. Akhirnya dia mengambil keputusan akan mengemukakan hal tersebut kepada bapanya. Setelah membuat keputusan itu, dia mengajak kawan-kawannya pulang.

Isabella berpisah dengan kawan-kawannya di satu persimpangan jalan. Dia berjalan menuju ke pintu gerbang sebelah timur Cordova.


BAB 2 Masalah Yang Kacau

Apabila sampai di pintu gerbang sebelah timur kota itu, Isabella, anak gadis yang masih muda dan cantik itu mengambil jalan yang membawanya lurus ke Qasrus Syuhada.

Kerajaan Islam pada masa itu telah mengeluarkan biaya yang banyak bagi memperindahkan seluruh negeri Sepanyol. Jalanraya di kota Cordova diperluas dan dibina dengan binaan yang baik, dihiasi dengan lampu-lampu yang cantik pada jarak yang dekat, sehingga menyilaukan mata memandang. Seperti yang pernah dikatakan orang, kita boleh berjalan sejauh dua puluh lima kilometer di bawah cahaya lampu jalan yang benderang serupa itu. Isabella berjalan perlahan-lahan dengan penuh keanggunan di atas jalanraya yang lebar dan bermandikan cahaya lampu. Dia menuju ke Qasrus Syuhada ke arah rumah kediamannya dengan kepala yang berat berisi pertanyaan. Namun hayunan langkahnya tetap teratur sebagai gadis terhormat.

Pada kebiasaannya, dia akan singgah di rumah teman-teman yang dekat apabila dia pulang dari bersiar-siar pada petang hari serupa itu tetapi kali ini dia terus menuju ke rumah dan kelihatan seperti tenggelam dalam suatu fikiran yang merunsingkan.

Kira-kira setengah jam kemudian, dia pun sampai di pintu gerbang rumah yang juga seperti sebuah istana. Orang gaji sedang menunggu di muka pintu untuk menyambut ketibaannya. Sambil menjawab dengan ringkas akan pertanyaan orang gaji akan sebab-musabab dia lambat pulang, Isabella terus masuk ke dalam bilik lalu menghempaskan diri ke atas sebuah kerusi malas. Dia mencapai sebuah kitab lalu membaca.

Orang gaji, setelah menyambut Isabella, terus ke dapur menyediakan makan malam. Meja makan dikemas dan hidangan diletakkan di atas. Setelah itu, dia memanggil Isabella tetapi Isabella tidak menyahut karena terlalu asyik dengan kitab yang dibaca. Kitab yang sedang ditelaah itu ialah Kitab Injil dan perhatiannya khusus ditujukan kepada surat-surat St Paul yang menuduh hukum-hukum agama sebagai satu kutukan. Dia membaca surat-surat itu berulang-ulang tetapi tidak mendapat jawaban kepada kesangsiannya malah semakin kacau setiap kali dia membaca. Apabila otaknya terasa penat, dia meletakkan kitab sambil membuat keputusan akan bertanya kepada bapanya saja. Sudah tentu bapanya dapat memberikan penjelasan yg sangat memuaskan.

Pada fikiran Isabella masalah itu tidaklah terlalu sukar sehingga tidak dapat dihuraikan. Andaikata dia menemui jalan buntu, bapanya tentu dapat menolong karena bapanya ialah seorang terpelajar agama yang tidak ada dua di negara Sepanyol.

Setelah tenang kembali barulah dia keluar ke ruang makan dan makan seorang diri sambil dilayan dengan penuh hormat oleh orang gaji. Isabella kembali mentelaah Kitab Injil sebaik saja kembali ke bilik. Dia membaca kitab itu sampai tertidur dan tidurnya pula amat nyenyak hingga ke pagi.

Isabella bangun agak awal karena dia mesti pergi ke gereja. Pagi itu pagi Minggu. Waktu pulang dari gereja dia dipanggil bapanya dan bertanyakan Kitab Injil yang dibacanya tadi malam. Isabella sedang terlibat di dalam pembelajaran tentang pemahaman makna hakiki metafizika.

Isabella menemui bapanya di bilik bacaan yang besar yang dipenuhi dengan berbagai-bagai buku. Dicapai tangan kanan bapanya lalu dicium.

"Sila duduk anakku." kata bapanya sambil memberi isyarat dengan tangan. Isabella mengambil sebuah kerusi dan duduk tidak jauh dari bapanya.
"Sampai ke mana sudah pelajaranmu?" tanya bapa Isabella sambil merenung muka anaknya.
"Saya sudah membaca Jonah 21, Bab 3. Kalau bapa memberi izin, saya ingin bertanya karena saya belum lagi dapat mencari jawaban."
"Sudah tentu, anakku. Tanyalah dan bapa akan menjawab." ujar bapa Isabella dengan perasaan gembira melihat kecerdasan anaknya.
"Dua Belas Firman Tuhan yang Tuhan firmankan kepada kita di dalam Perjanjian Lama melalui Nabi Musa, apakah itu ada mengenai dengan hukum-hukum agama?"
"Ya, semua itu ada berkaitan dengan hukum-hukum agama." jawab bapa Isabella dengan perasaan agak hairan sedikit tentang pertanyaan anaknya itu.
Isabella diam sejurus sambil mengangguk-anggukkan kepala. Kemudian dia bertanya lagi.
"St Paul ada berkata di dalam salah satu suratnya bahwa hukum-hukum agama itu merupakan satu kutukan, betulkah begitu, bapa?"
"Memang benar. Hukum-hukum agama itu adalah satu kutukan dan untuk menyelamatkan kita daripada itu, Jesus Kristus diturunkan ke dunia ini dan disalib."
"Jadi jelaslah sekarang bahwa hukum-hukum agama itu satu kutukan dan begitu hebat kutukan itu maka Jesus Kristus turun ke dunia ini untuk membuangnya dan kemudian dia disalib." Isabella mengulangi.
Kemudian dia menyambung, "Kalau begitu bererti mematuhi hukum-hukum agama itu pun satu kutukan jugalah, bapa?"
"Memang benar ia satu kutukan dan orang-orang Kristian sekarang sepatutnya daripada mengikut hukum-hukum agama, adalah lebih baik mengimani Jesus Kristus karena hukum-hukum agama hanya sah berlaku sehingga Tuhan Jesus belum disalib."
"Jadi bolehlah kita mencuri?"
"Apa ada kaitan dengan hukum-hukum agama? Anakku, sebelum kau membuat pertanyaan, fikirlah dulu masak-masak kerana kalau ada orang lain mendengar, mereka akan mengatakan kau ini anak yang bodoh."
"Maafkan saya, bapa." ujar Isabella sambil merendahkan suara. "Barangkali pertanyaan yang saya kemukakan itu tidak begitu jelas. Apa yang saya maksudkan ialah di antara firman-firman itu yang baru bapa katakan, adalah bahagian daripada hukum-hukum agama. Salah satu daripadanya ialah kita tidak boleh mencuri dan yang satu lagi kita tidak boleh menindas tetangga kita dan yang ketiga kita tidak boleh menderhakai ibubapa kita. Semua perintah ini masih menjadi bahagian daripada 'hukum-hukum agama' yang menurut St Paul merupakan satu kutukan. Jadi, mematuhi Firman-Firman Perjanjian Lama ini iaitu tidak mencuri, tidak berzina ialah sesuatu yang dibenci sementara tidak mencuri dan tidak menganiaya ibubapa pula satu kutukan."
"Anakku," kata bapa Isabella, "kau sebenarnya belum begitu faham betul tentang kedudukan hukum-huum agama. Tapi, cubalah beritahu aku siapa gerangan yang telah memasukkan pertanyaan bodoh serupa itu ke dalam kepalamu. Syaitan manakah pula yang menyebabkan kau ragu-ragu begini?"

Isabella sebagai anak yang baik lalu menceritakan kepada bapanya tentang perbincangan dua orang Muslim yang dapat didengarnya di taman petang kelmarin. Setelah mendengar keterangan anak yang disayangi itu, bapa Isabella pun berkata dengan suara rendah membujuk.
"Anakku," katanya "kau telah tahu benar bahwa orang-orang Muslim itu ialah orang-orang kafir dan sentiasa menentang agama suci kita. Mereka mengkritik kitab-kitab suci kita kerana fikiran mereka telah dihasut syaitan."
Dia berhenti sejenak. Memandang muka anaknya untuk melihat reaksi dari keterangannya. Kemudian dia menyambung.
"Kau patut bertaubat segera dan berjanji tidak akan mendengar percakapan mereka itu lagi. Mereka orang-orang Muslim tidak beriman dan selalu menuduh agama yang benar orang lain. Tahukah kau, anakku, apakah agama mereka itu? Pertumpahan darah ialah pekerjaan yang patut dipuji dalam agama mereka. Cuba lihat! Mereka menyerang negara kita, Sepanyol dan membunuh beratus-ratus orang yang tidak berdosa. Sesudah itu, mereka paksa pula agama mereka kepada kita. Aku tahu tentang kecaman-kecaman yang kau telah dengar dari orang-orang Muslim itu. Kalau kecaman itu daripada fikiranmu sendiri maka dapatlah aku membersihkannya tetapi bagaimana aku akan menjawab kepada mereka?"

Isabella menyesal kerana dia telah menyebut tentang orang-orang Muslim itu. Kalau tidak, masalahnya telah dapat diselesaikan. Satu idea tiba-tiba melintasi di fikiran.
"Baik aku tanyakan masalah ini kepada guruku. Aku selalu bertanya kepadanya apabila menghadapi sesuatu masalah dalam pelajaran," kata hatinya.

Keesokan hari, Isabella pun menjumpai guru yang bernama Michael lalu mengemukakan pertanyaan yang sama. Gurunya dengan penuh keyakinan merasa bahwa dia boleh menerangkan masalah yang dihadapi oleh muridnya. Jawabannya pasti dapat menghilangkan semua keraguan Isabella.

Penjelasan Michael tidak dapat memenuhi rasa ingin tahu Isabella. Dia mulai sedar bahwa keraguan itu timbul bukan kerana daya pemahamannya yang kurang tetapi masalah itu sendiri ialah satu masalah berat yang bukan saja untuk dirinya malahan juga untuk cendekiawan Kristian. Di sinilah bermula timbul rasa curiganya terhadap dasar-dasar lemah dalam ajaran Kristian. Kecurigaan itu semakin memberat di dalam fikiran.

BAB 3 Surat Menyurat

Pada suatu petang, selang beberapa hari kemudian, Isabella pergi lagi ke taman yang sama tempat dia mendengar perbincangan dua orang Muslim yang hebat itu. Tidak lama setelah dia mengambil tempatnya yang biasa, Umar Lahmi dan Maaz pun tiba. Mereka duduk di tempat yang dulu juga.

"Aku telah mendengar satu laporan yang aneh dan menarik hari ini." kata Umar Lahmi.
"Apa dia?" tanya Maaz dengan agak terkejut.
"Keraguan yang tuan timbulkan mengenai salah satu ayat di dalam surat St Paul tempoh hari," kata Umar Lahmi, "rupanya telah sampai ke telinga ketua paderi. Akibatnya, satu keributan telah terjadi di kalangan para paderi. Sehingga ada orang yang berfikiran sihat telah menjadi ragu-ragu."
Mendengar cerita sahabatnya itu, Maaz dengan tenang menjawab, "Ya, itu hanyalah khabar angin saja atau gunjingan belaka. Siapa gerangan yang ada mendengar perbincangan kita?"
Umar Lahmi agak gempar melihat tanggapan Maaz yang dingin terhadap berita penting yang telah disampaikannya.
"Siapa yang mendengar perbincangan kita, kata tuan? Takkanlah tak ada angin pokok boleh bergoyang? Paderi-paderi itu menjadi begitu heboh."
"Jadi, apa yang menyebabkan mereka itu heboh begitu sekali?" tanya Maaz apabila melihat kegusaran sahabatnya. "Apakah ini kali pertama paderi-paderi itu mendengar keraguan kita?"
"Sebab-sebabnya aku sendiri pun tidak tahu tetapi apa yang aku dengar ialah para paderi itu sudah mula gelisah kerana keberatan-keberatan kita itu. Beberapa kali mesyuarat telah mereka adakan untuk mencari jawaban. Berita itu sampai kepadaku melalui sumber-sumber Kristian." kata Umar Lahmi.

Mendengar penjelasan sahabatnya, Maaz tersenyum kecil. Hatinya merasa geli.
"Baru cuma satu bantahan saja paderi-paderi itu sudah heboh demikian rupa. Bagaimana pula kepercayaan-kepercayaan Kristian yang lain yang menggelikan itu? Dosa yang dilakukan Adam hukuman dikenakan kepada semua anak cucunya. Seluruh umat manusia dicalit dengan noda dosa itu. Apakah kepercayaan ini ada mempunyai dasar kebenaran? Sebagai pembalasan terhadap dosa semua pembuat dosa, orang yang tidak berdosa dikenakan hukuman dan disuruh pikul beban semua dosa. 'Putera Tuhan' turun ke bumi lalu disalibkan. Tidakkah hal ini sudah melampaui batas, menjadikan Tuhan seorang yang lemah dan tidak berdaya? Kalau benar orang-orang Kristian itu ada mempunyai jawaban terhadap semua soalan ini, sila maju ke depan dan jelaskan kepadaku."

Umar Lahmi ketawa besar mendengar kata-kata Maaz. Sambil mengesat air mata, dia berkata,"Kalau bukan orang Kristian yang sanggup mengada-adakan hal yang bukan-bukan serupa itu, siapa lain lagi yang boleh mengadakannya? Semua orang boleh bercakap secara wajar tetapi mesti pula ada orang yang bercakap kosong."
Setelah diam sejenak, Maaz lalu berkata perlahan seolah-olah seperti kepada dirinya sendiri.
"Aku fikir sudah sampai masanya kita mengeksploitasi keributan yang timbul sekarang ini."
"Itu satu cadangan yang baik." sahut Umar Lahmi dengan cepat. "Kita mesti keluarkan poster yang berisi dengan segala macam kepercayaan Kristian yang bukan-bukan itu."
"Bagus." Maaz menyampuk. "Akan menimbulkan keributan di kalangan orang-orang Kristian di seluruh negeri Sepanyol."

Isabella bersama-sama dengan dua orang sahabatnya yang duduk di salah satu sudut taman yang berhampiran dengan tempat kedua orang Muslim itu, mendengar semua percakapan tersebut. Wajah mereka yang putih bersih menjadi kemerah-merahan kerana menahan geram. Akhirnya, dia tidak dapat lagi menahan perasaan hatinya lalu dia berkata kepada kedua orang sahabatnya.
"Ini tidak boleh jadi. Kita mesti menyangkal semua tuduhan mereka dan kita mesti melakukan apa saja untuk menyakinkan mereka. Mudah-mudahan Tuhan Kristus akan menarik mereka ke sebelah kita. Andaikata orang-orang Muslim ini dapat dikristiankan, alangkah besarnya kemenangan bagi dunia Kristian. Dengan itu, sekaligus orang-orang Muslim yang lain tidak dapat menegakkan kepala mereka lagi di negara ini."
Sambil mengucapkan kata-kata akhir itu, Isabella mengangkat muka dengan bersungguh-sungguh memanjatkan doa meminta Tuhan membawa orang-orang kafir ini dan musuh kaum Kristian masuk ke dalam pelukan agama Kristian. Dengan demikian, semakin nyatalah keagunganNya.

"Isabella," ujar salah seorang sahabatnya sebaik-baik saja Isabella menundukkan muka semula. "Orang-orang kafir ini sangat keras kepala. Bagaimana mereka boleh meninggalkan syaitan dan menyambut tangan Tuhan Kristus? Tambahan pula, yang sulit adalah paderi-paderi kita sendiri. Mereka takut kepada orang-orang Muslim. Macam kelmarin saja, setelah aku melihat kegusaran kau tentang keraguan mereka terhadap hukum-hukum agama kita dan tentang kutukan yang mereka perkatakan, aku tanya kepada paderi gereja kita. Mereka buat acuh tak acuh saja sambil berkata tak usah hiraukan sangat apa yang dikatakan oleh orang-orang Muslim itu. Jawaban mereka bukan pembahasan tetapi hunusan pedang. Bila sikap paderi-paderi kita serupa itu tak hairanlah kalau orang-orang Muslim semakin angkuh."

"Masalahnya bukan paderi-paderi kita tidak mahu berbincang dengan orang-orang yang tidak beriman itu atau sengaja mendiamkan diri." kata Isabella menjawab komen sahabatnya. "Diam mereka bukanlah bererti mereka tidak dapat menghuraikan masalah tetapi mereka mahu jaminan kalau nanti sesudah diberi keyakinan, semua orang-orang Muslim itu bersedia memeluk agama Kristian. Maka paderi-paderi kita dengan senang hati mahu berhadapan dengan mereka."

Sahabat Isabella diam sejurus mendengar kata-kata Isabella. Dalam kepalanya terlintas satu idea.
"Bagaimana kalau kita minta satu pengakuan bertulis daripada orang-orang Muslim itu bahwa mereka bersedia bersemuka dengan paderi-paderi kita. Dengan surat itu pula kita boleh mendesak cendekiawan Kristian untuk bercakap dengan orang-orang Muslim itu dan memaksa mereka memeluk agama kita."
"Cadangan itu baik sekali. Tetapi apakah orang-orang Muslim itu bersedia menerima?" tanya Isabella sedikit ragu.
"Mengapa pula tidak?" Bukankah kau juga baru mendengar dari mulut mereka sendiri?"
"Kalau begitu kenapa mesti kita tunggu lagi? Di sini juga kita beritahu mereka agar bersedia berbincang dengan paderi-paderi kita. Aku akan tuliskan secarik surat yang akan aku sampaikan kepada mereka dan lihat apa jawabannya." kata Isabella dengan perasaan gembira.
"Tetapi ...!"
"Tetapi apa lagi?" Isabella yang baru mahu mengeluarkan pena dan kertas dari begnya terhenti sebentar lalu memandang wajah sahabatnya dengan ragu-ragu.
"Tetapi bukankah baik kita mendapatkan jaminan daripada paderi-paderi kita lebih dulu? Nanti apa akan jadi kalau orang-orang kafir itu bersedia dan paderi-paderi kita menolak?"
Kalau orang-orang ini sudah membuat perjanjian dengan bertulis bahwa mereka akan memeluk agama Kristian apabila sudah diyakinkan kebenarannya," ujar Isabella, "maka cendekiawan kita sudah pasti mahu berdialog dengan mereka."
Mendengar penjelasan itu, sahabatnya pun diam.

Isabella mengeluarkan pena dan secarik kertas lalu menulis:

Maafkan saya. Saya telah mendengar dengan penuh perhatian perbincangan rahsia tuan-tuan itu. Bersebab kami juga berminat dalam masalah-masalah yang berkaitan dengan agama, saya percaya tuan-tuan tidak keberatan dengan gangguan saya ini. Saya telah mendengar salah seorang daripada tuan ada berkata kepada temannya bahwa jika kami penganut Kristian dapat memberi penjelasan yang memuaskan tentang perhubungan antara hukum-hukum agama dengan kutukan, tuan bersedia memeluk agama kami. Tuan juga mahu mencabar kami, orang-orang Kristian, tentang hukum-hukum agama dan kutukan. Jadi, sebagai hamba Tuhan Jesus Kristus, kami dengan sangat senang hati menyambut cabaran tuan dengan syarat tuan membuat pengakuan bertulis.

Hamba hina agama Kristian

Surat itu telah diserahkan oleh sahabat Isabella kepada Umar Lahmi. Agak terperanjat juga Umar kerana tiba-tiba saja seorang anak gadis datang menyerahkan surat serupa itu kepadannya. Gadis itu pula tidak dikenali sebelumnya. Maaz memandang sahabatnya dengan pandangan yang berisi pertanyaan.
"Surat apa ini?" tanya Umar Lahmi kepada sahabat Isabella.
"Dari teman saya. Dia sedang menunggu jawaban tuan." jawab gadis itu.

Umar Lahmi menyambutnya dengan perasaan yang berdebar-debar. Dia membuka lipatan surat sambil dahinya berkerut-kerut. Setelah membaca isinya, wajah Umar kembali berseri-seri. Dengan senyum kecil, dia menunjukkan surat itu kepada Maaz. Maaz mengangguk-anggukkan kepala dan memberi isyarat kepada Umar Lahmi supaya menjawab segera.

Umar Lahmi pun mengeluarkan kertas dan pena lalu menulis:

Kami mengucapkan terima kasih di atas susah payah nona. Kami bersetuju sekiranya anggota-anggota gereja dapat memberi penjelasan kepada kami tentang dilema hukum-hukum agama dan kutukan dengan penjelasan yang memuaskan, saya dan sahabat saya akan memeluk agama Kristian. Sila nyatakan tempat dan tarikh perbahasan akan diadakan.

Hamba hina agama Islam
(Umar Lahmi)

Setelah selesai ditulis dan ditandatangani, surat itu pun diserahkan kepada sahabat Isabella yang segera pula kembali ke tempatnya semula. Isabella sangat gembira menerima balasan surat tersebut, lebih-lebih lagi apabila dia mengetahui bahwa rancangannya dipersetujui oleh kedua pemuda Muslim itu. Dia segera membalasnya.

Tentang masa dan tempat, saya sendiri akan datang memberitahunya esok.

Hamba yang hina

Surat itu ringkas saja dan setelah disampaikan kepada Umar Lahmi, mereka pun beredar dari tempat itu dengan satu masalah baru pula. Siapa gerangan orang yang akan berhadapan dengan orang-orang Muslim itu. Sebaik saja keluar dari taman Cordova itu, Isabella terus saja ke tempat gurunya yang baik hati. Diceritakan kesemua yang berlaku tadi kepadanya. Guru itu yang juga seorang paderi adalah seorang yang benar-benar mengetahui semua masalah agama. Ketika dia melihat Isabella dalam keadaan resah gelisah, dia pun memarahinya dan memberitahu itu bukan suatu masalah besar yang boleh sampai merunsingkan fikiran. Isabella lalu menunjukkan surat Umar Lahmi.

Apabila guru itu membaca surat tersebut, dia pun bersetuju mahu membahas perkara itu dan merasa seseorang yang berpengalaman dan terkemuka patut ikut mengambil bahagian. Kesediaan gurunya membuat hati dan perasaan Isabella yang gundah menjadi tenteram dan membolehkannya pulang ke rumah dalam keadaan selesa. Guru itu berjanji akan menetapkan tempat dan tarikh sebelum tengah hari esok.

Malam itu, Isabella tidak dapat tidur dengan nyenyak. Berbagai-bagai macam persoalan terus menerus menghantui fikiran. Apa akan terjadi sesudah esok hari? Andaikata cerdikpandai Kristian tidak dapat memberi penjelasan yang memuaskan kepada orang-orang Muslim, maka orang Kristian akan dipertakuti sepanjang zaman. Akhirnya, pagi pun tiba. Setelah selesai membersihkan dirinya, Isabella mengambil Kitab Injil dan mentelaahnya. Menjelang tengah hari barulah dia keluar dan mengajak kedua orang sahabatnya yang akrab pergi ke rumah guru. Di sana mereka melihat sudah ramai paderi yang berkumpul seolah-olah mereka sedang menunggu seseorang yang penting. Apabila orang yang ditunggu itu tiba maka dia pun dipersilakan duduk di sebuah kerusi yang khas.

Guru Isabella, sesudah mengucapkan puji-pujian kepada Jesus Kristus, menerangkan tujuan perhimpunan diadakan dan dengan bersungguh-sungguh meminta semua cendekiawan yang hadir supaya berani dan bersedia untuk berdialog dengan orang-orang Muslim dan mencuba untuk menarik mereka masuk Kristian.

"Kami merasa hairan apakah gerangan masalah besar sehingga kami semua disuruh berkumpul di sini." kata seorang paderi yang berbadan kurus dan bermuka cengkung, nada suara seperti mengejek. "Tetapi bila sampai kemari, aku dapati hanyalah satu perkara remeh saja yang mahu dibincangkan. Panggil saja orang-orang Muslim itu ke mari sekarang juga dan sesiapa saja di antara kita dengan mudah boleh menyakinkan mereka."

Seorang paderi lain yang bertubuh gemuk dan berkepala bulat dan licin menyampuk.
"Memang benar perkara ini bukanlah besar sangat, kita pun selalu mengadakan perbincangan dengan orang-orang Muslim. Tapi setelah ada berita tersebar yang mengatakan orang-orang Kristian tidak dapat menjawab keraguan orang-orang Muslim maka perkara ini sekarang dapat dianggap sebagai perkara besar dan penting. Kita patut tetapkan masa untuk perbincangan itu."

"Besok hari Ahad dan semua penganut Kristian akan berkumpul di gereja besar. Ada baiknya kita memanggil mereka esok pagi. Mudah-mudahan Tuhan Jesus memberi petunjuk kepada mereka." ujar seorang paderi lain yang kelihatan lebih muda daripada yang lain.

Cadangan itu disampuk segera oleh seorang paderi tua yang duduk di sebelah Michael.
"Itu satu cadangan yang baik." Dia memandang muka Isabella yang sedang duduk berhadapan dengan Michael.
"Bapamu yang mulia yang memimpin sembahyang di gereja itu mesti ikut hadir sebab ada kemungkinan kami memerlukan bantuannya sewaktu-waktu. Apatah pula kamu sendiri yang menjadi perantaraan dalam perbincangan antara kita dengan orang-orang Muslim."

Seorang paderi yang perawakannya gemuk dan pendek menambah, "Bapamu ialah ketua semua paderi di Sepanyol ini. Tidak ada orang lain yang lebih alim daripadanya tentang hukum-hukum agama Kristian. Sebab itu kehadiran bapamu amat diharapkan."

Pada waktu itu, Michael, guru Isabella, segera menjawab, "Susah tentu!"

Setelah berlaku perbincangan yang agak serius, akhirnya dicapai kata sepakat, cadangan mengadakan dialog dengan orang-orang Muslim itu diterima dengan sebulat suara dan hari Minggu telah ditetapkan sebagai hari dialog itu diadakan. Atas permintaan Isabella, Michael telah menulis surat memberi kebenaran kepada Umar Lahmi untuk masuk ke dalam gereja besar pada hari tersebut.

Waktu perbincangan itu selesai. Matahari sudah condong ke barat. Isabella dan kedua sahabatnya meminta diri diikuti Mirano, anak Michael. Mereka berjalan perlahan-lahan menuju ke taman tempat Umar Lahmi dan Maaz menunggu. Mereka dapati selain daripada Umar Lahmi dan Maaz ada orang lain pula bersama-sama mereka. Baru pada petang itulah Umar Lahmi dan Maaz melihat wajah Isabella dari dekat. Mereka terpegun sejurus lamanya kerana terpesona dengan wajahnya yang jelita itu. Kedua-duanya mengucapkan 'Subhanallah!' di dalam hati, memuji kebesaran Allah.

Isabella lalu menyerahkan sendiri surat Michael, gurunya, kepada Maaz. Surat itu segera dibuka dan dibaca untuk didengar oleh semua yang hadir.
"Kami semua sangat berterima kasih di atas segala susah payah nona." kata Maaz. "Andaikata pihak mana saja yang nanti mendapat petunjuk, maka pahalanya pertama sekali nonalah yang menerimanya."

"Aku mendengar nona ini ialah seorang cendekiawan dalam ilmu falsafah Kristian di samping seorang ahli teologi yang terpelajar. Sesungguhnya pujian yang tinggi patut kita berikan kepadanya kerana usaha mahu melepaskan kita daripada 'kemungkaran'." kata Umar Lahmi kepada teman-temannya.
Isabella agak tersipu-sipu sedikit mendengar puji-pujian Umar Lahmi itu.
Dengan lemah-lembut dia menjawab, "Saya hanyalah seorang hamba hina Tuhan Jesus Kristus. Terima kasih banyak kerana sudi menerima jemputan kami."
Salah seorang Muslim yang hadir menyampuk dengan agak keras, "Astagfirullah. Tengok betapa orang-orang Kristian itu menyekutukan Allah dan memuja Nabi Isa. Memang benar mereka ini gila. Kalau tidak masakan manusia yang hidup ..."
Umar Lahmi dengan cepat memotong cakapnya untuk tidak menimbulkan kegusaran kepada Isabella.
"Nanti dulu. Tuan secara tidak langsung sudah memulai perdebatan. Perkara itu akan kita putuskan esok di gereja besar."
Kemudian dia memandang Isabella. "Nona boleh memberi jaminan kepada para paderi itu bagi pihak kami bahwa insyaAllah kami akan sampai di gereja esok sesudah sarapan."

Isabella dan sahabat-sahabatnya pun meminta diri meninggalkan tempat itu. Mereka tidak lagi tunggu sampai matahari terbenam seperti yang seringkali mereka lakukan.


BAB 4 Pertemuan Pertama

Tidak lama sesudah Isabella meninggalkan tempat itu, Umar Lahmi, Maaz dan kawan-kawan mereka yang lain berpisah untuk pulang ke rumah masing-masing. Sesampai di rumah, mereka mentelaah Kitab Suci Al Quran dan Kitab Injil serta membuat catatan-catatan perkara yang penting untuk dijadikan bahan yang akan dibahaskan di dalam pertemuan esok hari.

Pada pagi berikutnya iaitu pagi Ahad, berita tentang pertemuan itu telah tersebar dengan luas di seluruh kota. Orang-orang Kristian dengan penuh hati-hati membuat persiapan yang teliti terutama di dalam menghadapi orangramai yang ingin ikut mendengar perbincangan tersebut. Hanya beberapa orang Islam saja yang dibenarkan masuk ke dalam gereja sedangkan yang lain-lain terpaksa pulang dengan perasaan kecewa. Umar Lahmi, Maaz dan beberapa orang cendekiawan Islam dibenarkan masuk sesuai dengan persetujuan yang telah dibuat lebih awal. Ketika mereka masuk, didapati hampir semua paderi yang terkemuka di Cordova ada di dalamnya dan sedang sibuk mengerjakan sembahyang.

Tidak lama kemudian upacara sembahyang itu pun selesai. Paderi-paderi lalu mengambil tempat duduk di suatu meja panjang yang tersedia, berhadapan dengan Umar Lahmi, Maaz dan kawan-kawannya. Isabella dengan semua kawan-kawannya pun ikut serta duduk bersama-sama.

Sesudah mengucapkan selamat datang dan terima kasih kerana telah menyahut pelawaan mereka, Michael, guru Isabella membuka pertermuan dengan memperkenalkan tiap-tiap orang paderi yang ada di meja persidangan itu. Salah seorang daripada mereka bernama Peter yang terkenal sebagai seorang ahli pengajian Arab dan kitab-kitab Islam.

"Kami diberitahu bahwa tuan-tuan mempunyai sedikit keraguan tentang agama Kristian dan telah bersetuju datang kemari untuk meminta penjelasan daripada kami. Tuan-tuan juga telah berjanji kalau penjelasan yang kami berikan itu boleh meyakinkan maka tuan-tuan akan meninggalkan agama Islam dan memeluk agama Kristian." kata Michael.

"Kami sedikit pun tidak merasa ragu tentang kepercayaan dan ajaran-ajaran Kristian tetapi kami cukup yakin kepercayaan dan ajaran-ajaran itu tidak beralasan. Dalam pada itu pun jikalau tuan dapat memuaskan hati kami dengan penjelasan-penjelasan tentang agama tuan yang boleh meyakinkan maka kami bersedia masuk agama Kristian."

Mendengar kata-kata Umar Lahmi itu, Michael lalu berpaling kepada Peter yang kelihatan lebih tua daripada yang lain. Peter yang sudah menulis banyak buku menentang agama Islam, dianggap orang yang paling berkebolehan untuk berdebat dengan orang Islam.

Peter dengan nada suara orang yang menguasai keadaan berkata, "Saya diberitahu bahwa bantahan tuan-tuan yang terutama sekali ialah tentang mengapa St Paul telah mengatakan hukum-hukum agama itu satu kutukan. Tetapi ini adalah satu perkara remeh dan tida lebih daripada satu isu sampingan saja. Tuan-tuan orang Muslim dan berimankan Quran dengan sendirinya pendapat tuan-tuan mengenai Tuhan Jesus Kristus dan agama Kristian mengikuti lunas-lunas Quran.

Umar Lahmi tersenyum kecil sebelum menjawab, "Saya sudah membuat definisi yang jelas di dalam surat saya tentang persoalan yang akan kita bincangkan seperti yang tuan sendiri sudah akui tetapi mengapa pula tuan bawa kepada perkara-perkara lain? Saya sudah menulis perbincangan ini akan berisar di sekitar hukum-hukum agama dan kutukan, jadi apa ada bantahan tuan tentang hal itu?"

Peter masih dengan nada suara yang agak kuat berkata,"Kami akan menjawab pertanyaan tuan tetapi lebih dulu biarlah kita bincangkan isu-isu yang dasar yang juga dari Quran tuan-tuan. Bukankah dalam Quran ada mengatakan tentang Tuhan Jesus Kristus kami sebagai Rohullah, Kalimatullah. Tidakkah ada tersebut di dalamnya bahwa dia pernah menghidupkan orang yang sudah mati? Jadi, apabila tuan percayakan Quran bagaimana pula boleh tuan-tuan meragui Tuhan Jesus sebagai 'Putera Tuhan'?"

"Tuan telah memulai dengan perbincang yang agak menyimpang yang sedikit pun tidak ada kena-mengena dengan keraguan yang kami timbulkan." kata Umar Lahmi. "Apa yang saya inginkan ialah untuk memahami signifikan hukum-hukum agama dan kutukan. Andaikata tuan bersedia mahu membincangkannya, silakan. Kalau tidak, kami akan meninggalkan tempat ini." Umar Lahmi memandang muka sahabat-sahabatnya dan mereka semua menganggukkan kepala tanda bersetuju dengan keputusan itu.

"Saya mengemukakan Quran kepada tuan ialah supaya isu-isu dasar itu dibincangkan lebih dulu. Jikalau tuan mahu mengelakkan diri daripada persoalan dasar ini dan mahu membincangkan isu-isu sampingan, itu bererti tuan tidak dapat menjawabnya." kata Peter dengan sikap angkuh.

Umar Lahmi segera menjawab, "Baiklah, tuan mahu membincangkan isu-isu dasar, terlepas daripada persoalan agama tuan dan mahu berselindung di balik AlQuran. Jikalau tuan mahu membincangkan isu-isu dasar, mari kita selesai ini dulu. Apakah Adam benar-benar ada melakukan satu dosa dan bila kita putuskan dia benar-benar ada berbuat dosa, maka patutlah kita bincangkan pula apakah dosa itu diperturunkan dari generasi ke generasi sampai meliputi seluruh umat manusia. Yakni, kerana dosa Adam itu, semua manusia dengan sendirinya ikut dibebani dosa? Jika keadaannya benar begitu, kita akan bincangkan bagaimana noda dosa itu dapat dihapuskan? Kemudian kita bincangkan pula tentang kesucian Nabi Isa, tentunya menurut Kitab Injil. Sesudah itu tuan mesti buktikan kepada kami bahwa Jesus itu Tuhan dan hanya dia saja dapat memerdekakan manusia daripada dosa. Apabila semua ini dapat dijelaskan maka tuan mesti buktikan pula bahwa Jesus benar disalib dan kerana semua dosa manusia dia telah tinggal selama tiga hari di dalam neraka. Inilah yang patut dibahaskan dan bukan apa yang tersebut di dalam AlQuran tentang Nabi Isa."

"Semua itu tidak relevan. Tidak ada perhubungannya dengan persoalan." Peter menampik. "Apa yang saya maksudkan ialah untuk membuktikan dari Quran sendiri bahwa Jesus 'Roh Allah' dan 'Kalam Allah' dan telah menghidupkan orang yang sudah mati. Olehkerana itu, agama Kristian itu benar."

Umar Lahmi menjadi tidak senang dengan putar belit paderi tua itu. Masa sudah berjalan beberapa minit, pokok perbincangan belum juga diperolehi. Dia lalu memandang kepada Isabella yang sejak perbincangan itu dimulai tidak pernah melepaskan matanya dari wajah itu.

Sambil menunjuk kepada Isabella, dia berkata, "Sekarang saya tunjuk nona ini sebagai hakim dan memintanya memberitahu mengapa kami diundang kemari? Nah! Saudari mesti katakan apa yang telah saya tulis di dalam surat saya dan kenapa saudari membawa kami kemari?"

Isabella yang sedang tenggelam di dalam lamunannya itu agak tersentak apabila ditunjuki Umar Lahmi serupa itu. Pipinya tiba-tiba menjadi merah.
Dengan suara yang rendah tetapi berwibawa, dia menjawab, "Sebenarnya, perbincangan ini ialah untuk menentukan apakah hukum-hukum agama itu satu kutukan ataupun tidak. Tetapi keberatan yang dikemukakan oleh bapa suci kami juga ada kebenarannya. Menurut pendapat saya, mula-mula kita bahaskan dulu keberatan-keberatan tuan kemudian barulah bapa suci memajukan pula soalan-soalan tentang Quran."

Umar Lahmi mengangguk-anggukkan kepala tanda bersetuju dengan pendapat Isabella.
"Nah, saya bersetuju dengan pendapat nona. Sekarang saya buka gelanggang ini kepada tuan. Saya berjanji bahwa apbila tuan dapat menyelesaikan keberatan-keberatan kami dengan penjelasan yang meyakinkan, kami dengan tidak melewatkan waktu membenarkan tuan memajukan soalan-soalan secara umum. Tapi apabila saya berjanji mahu menganut agama Kristian, saya fikir tidak perlu lagi kita berbahas panjang-panjang."
Umar Lahmi menutup kata-katanya itu dengan senyum kecil dan memandang Isabella dengan ekor matanya. Isabella yang dapat melihat jelingan Umar Lahmi itu merasa tersindir.

"Baiklah," ujar Peter, "sebutlah soalan-soalan tuan dengan jelas bersama-sama dengan pendirian tuan mengenainya."

"Tuan boleh menjawab soalan saya satu persatu, persoalan demi persoalan. Ini akan menjadi lebih jelas.: kata Umar Lahmi. "Mula-mula, cuba beritahu saya apakah 'jangan mencuri, jangan membunuh, jangan menimbulkan kesukaran kepada tentangga dan lain-lainnya' itu merupakan firman-firman Tuhan dan apakah ada kaitannya pula dengan hukum-hukum agama?"

"Sudah tentu. Semua itu ada kaitan dengan undang-undang agama." jawab Peter dengan cepat.
"Apakah pula dikri St Paul tentang hukum-hukum agama?" tanya Umar Lahmi lagi.
"Dikri bagaimana? Saya tidak faham." jawab Peter, mengangkat muka memandang Umar Lahmi seperti hairan.
"Tuan faham benar-benar perkara itu." kata Umar Lahmi dengan suara agak keras sedikit. "Cuma tuan mahu mengelak daripada menjawabnya. Katakan saja bahwa St Paul telah menganggap hukum-hukum agama itu sebagai satu kutukan."

"St Paul menganggap hukum-hukum agama itu sebagai kutukan dari sudut bahwa inti hukum agama itu adalah bahagian daripada Jesus Kristus dan betapa bodoh apabila inti ditinggalkan sedangkan kulitnya dikejar-kejar."
"Begitulah pula yang saya maksudkan." jawab Umar Lahmi. "St Paul yang menganggap Jesus sebagai jiwa dan hukum-hukum agama sebagai tubuh telah mengatakan hukum-hukum agama itu sebagai satu kutukan dan apabila tuan juga berkata Firman Perjanjian Lama ada kaitannya dengan hukum-hukum agama maka menahan diri dari membunuh dan berzina juga adalah satu kutukan."

Mendengar hujah Umar Lahmi itu, Peter, paderi tua, kelihatan resah sedikit tetapi dia menjawab dengan satu dalih.
"Perkara ini sebenarnya merupakan satu perkara ghaib dan tuan tidak dapat memahaminya tanpa bantuan dari 'Roh Kudus' dan tidak semestinya pula bahwa sesuatu problem yang tidak dapat difahami itu merupakan perkara salah. St Paul telah menganggap hukum-hukum agama secara lahiriahnya satu kutukan dan tidak pula tertuju kepada semua bentuk hukum agama."
"Benar. Memang betul St Paul mengatakan hukum-hukum agama pada lahiriahnya satu kutukan. Sekarang cuba terangkan kepada saya. Jikalau tidak mencuri, tidak berzina, tidak menganggu keluarga dan lain-lain lagi itu adakah hukum-hukum agama yang lahiriah atau dalaman, rohaniah dan moral?" tanya Umar Lahmi.
"Tuan hanya menumpukan soalan kepada topik yang sama." Peter membantah. "Cuba dengar. Apa yang dikatakan oleh Jesus Kristus adalah lebih baik daripada yang dikatakan oleh St Paul. Tuhan kami menyuruh kami mengikut Firman-Firman Perjanjian Lama.* " ( *sila lihat Injil, Matius Bab 5:19 sampai Bab 10:25 )

"Iaitu memperoleh keselamatan maka perlu mengikuti Perjanjian Lama juga." kata Umar Lahmi. "Kalau sudah memang demikian keadaannya, mengapa pula tuan menimbulkan perkara penebusan dosa dengan menyalibkan 'Putera Tuhan'? Iaitu, mengapa Penebusan Dosa Momok ini apabila Perjanjian Lama perlu diikuti? Apakah perlu mengikuti Firman-Firman Perjanjian Lama malah sesudah Kristus menebus dosa?"
"Kami tidak tahu apa-apa." jawab Peter dengan suara perlahan. "Kecuali Tuhan kami telah mengarahkan kami mengikut Perjanjian Lama. Tetapi keselamatan tidak dapat diperoleh hanya semata-mata mengikuti Perjanjian Lama tanpa ada penebusan dosa."
"Jadi, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Yusuf, Nabi Nuh dan lain-lain nabi itu kehilanganlah keselamatan mereka kerana jalan keselamatan mereka satu-satunya hanya dengan mengikuti hukum-hukum agama?" tanya Umar Lahmi. "Begitu juga dengan para pengikutnya, keselamatan mereka dicabut." sambungnya lagi.
"Sebelum kedatangan Kristus, jalan keselamatan satu-satunya ialah dengan mengikuti hukum-hukum agama tetapi penebusan dosa oleh Jesus Kristus telah mengubahnya dan sekarang jalan yang ada hanyalah penebusan dosa." jawab Peter.

Umar Lahmi tersenyum mendengar jawaban Peter yang berbelit-belit itu. Dia memandang muka Isabella dan muka itu walaupun kelihatan tenang tetapi sedang tenggelam dalam satu fikiran yang membingungkan. Umar Lahmi memandang muka Peter, ditenung matanya.
"Mula-mula tuan menolak apa yang sudah dikatakan oleh St Paul iaitu hukum-hukum agama bukan satu kutukan kemudian tuan menolak hukum-hukum agama sebagai dasar keselamatan. Dapatkah tuan mengemukakan kata-kata 'wali' yang lain untuk membuktikan bahwa ucapan St Paul 'hukum-hukum agama itu satu kutukan' tidak benar?"

Tiba-tiba paderi kurus yang bermuka cengkung dari sudut sebelah kiri menyampuk dengan suara yang lantang.
"Tuan-tuan! Percakapan tentang hal ini adalah perbuatan murtad dan kufur. Semua yang dibincangkan berkaitan dengan perkara-perkara ghaib. St Paul memang mengatakan hukum-hukum agama satu kutukan dan kata-kata itu benar tetapi tuan-tuan tidak dapat memahami perkara-perkara ghaib serupa ini. Jalan keselamatan kami ialah ketuhanan Kristus dan penebusan dosa kerana Jesus bebas daripada dosa dan ia penjelmaan Tuhan, yang kerana kesayangan dan perbuatan baiknya menderita di atas salib sebagai ganti kita semua dan memberi kita keselamatan."

"Jangan itku rasa hati dalam perselisihan persahabatan." ujar paderi yang bertubuh gemuk dan berkepala bulat dan licin. Dia duduk di sebelah kanan Peter. "Tuan sudah mulai menyangkal St Paul."
"Inilah hasil perbincangan yang tidak benar dan tidak beralasan. Tuan kini telah mula membicarakan soal ketuhanan dan penebusan dosa." kata Umar Lahmi. "Eloklah kita selesaikan lebih dulu perbahasan mengenai hukum-hukum agama dan kutukan."
"Kami telah memberikan jawaban yang meyakinkan kepada tuan. Jadi, sekarang kami berikan masa selama delapan hari untuk tuan beristirehat. Andaikata keraguan tuan-tuan masih belum dapat dipecahkan pada masa itu, tuan-tuan boleh datang lagi kemari." kata Peter.

Umar Lahmi tidak menghiraukan kata-kata paderi tua itu.
Sebaliknya, dia bertanya, "Tuan tidak menganggap hukum-hukum agama sebagai satu kutukan dan kolega tuan pula mengatakan ia itu satu kutukan dan St Paul berada di pihat yang benar. Jadi, mana satu di antara tuan-tuan ini yang benar?"
"Orang yang mengatakan hal ini tidak ada kaitannya dengan misteri agama Kristian. Jangan tuan pedulikan kata-kata mereka itu." jawab Peter.

Umar memandang kepada Isabella.
"Nah, cuba terangkan kepada saya yang mana benar di antara mereka ini dan apakah St Paul itu silap kerana mengatakan hukum-hukum agama satu kutukan?"
Sekali lagi, Isabella tersentak apabila Umar Lahmi memajukan pertanyaan kepadanya.
"Saya datang kemari untuk mendengar perbahasan dan bukan untuk ikut campur. Tapi saya akan meminta kepada guru saya, Bapa Michael, untuk menyelesaikan masalah ini kerana beliau seorang ilmuwan yang agung dan cendekiawan pula, kerana sebagai sebahagian daripada tamu-tamu terhormat yang lain saya sendiri pun belum begitu faham tentang hal ini."
Kata-kata Isabella itu bagai petir di tengah hari. Semua orang yang hadir di dalam gereja amat terperanjat mendengarnya, lebih-lebih lagi para paderi yang duduk di meja persidangan. Mereka memandang muka Isabella dengan pandangan tajam yang berisi kehairanan. Di tempat para penonton telah timbul keributan kecil.

Melihat keadaan yang mula kacau, Michael bangun dan berkata, "Saudara-saudara, kita semua berhimpun di sini untuk mencari kebenaran dan sesungguhnya ini adalah satu tugas yang berfaedah. Tetapi untuk tujuan ini, maka perlulah kita mempunyai hati yang tulus ikhlas dan satu keinginan untuk menerima kebenaran. Masalah keimanan yang sedemikian itu tidak akan dapat dicapai oleh seseorang dengan usahanya sendiri tanpa pertolongan Tuhan. Oleh sebab itu, kita harus berdoa kepada Tuhan dengan setulus hati agar Dia menunjukkan kebenarn kepada kita melalui bantuan Roh Kudus dan menampakkan kepada kita segala misteri agama Kristian."
Michael terpaksa berhenti sejenak kerana dari para hadirin Kristian terdengar ucapan Amen sedarun. Kemudian dia menyambung semua.
"Saudara-saudara. Apakah hukum-hukum agama itu satu kutukan atau tidak adalah satu soalan titik-bengik, tidak penting. Persoalan yang sebenarnya ialah saudara-saudara Muslim kita ini tidak mengetahui tentang kepercayaan Kristian dan dasar-dasar pokoknya, sebab itulah mereka gemar berpolemik. Intisari agama kita hanya terletak pada dua kalimat, iaitu ketuhanan Kristus dan penebusan dosa. Seseorang yang memahami erti kedua kalimat ini maka fahamlah dia semua rahsia agama Kristian. Betapa sayangnya Tuhan kepada kita sehingga Dia mengirim putera tunggalnya bagi keselamatan kita untuk memikul semua derita manusia di dunia ini dan akhir sekali Dia telah dibunuh di atas salib sebagai penebus semua dosa kita. Oleh sebab itu saya ingin memohon kepada sahabat saya, Umar Lahmi, dan kawan-kawannya supaya membatalkan saja perbahasan yang sia-sia mengenai hukum-hukum agama dan kutukan dan memikirkan tentang keperibadian suci Tuhan Jesus kita dan penebusan dosanya yang tidak ada tolok bandingan. Marilah masuk agama Kristian."

Umar Lahmi merasa gusar dengan ucapan Michael yang sama sekali tidak diduganya itu lalu dengan segera dia menjawab, "Kami datang kemari bukanlah kerana mahu bercakap perkara-perkara yang kosong. Kami semua ada prinsip dan kami mahu membahaskan masalah-masalah dasar. Kami telah pun menjelaskan pokok perbincangan kita di dalam surat kami dan saudari Isabella ini yang menjadi saksinya. Jadi, kalau tuan mahu membatalkan pokok persoalan awal kita itu dan mahu membincangkan entang ketuhanan Kristus dan penebusan dosanya, saya juga bersedia asal saja tuan tuliskan bahwa kita batalkan masalah hukum-hukum agama itu dan kita patut bincangkan tentang ketuhanan Kristus dan penebusan dosanya pula."
"Kami tidak bermaksud bahwa tuan tidak boleh bincangkan masalah-masalah itu," kata Peter berdalih, "cuma kita patut tinggalkan isu-isu sampingan dan bincangkan masalah-masalah dasar."
Umar Lahmi mulai jengkel. "Jadi, kenapa tuan-tuan undang kami kemari? Gereja dan masjid tidak perlu diperbahaskan. Kalau tuan-tuan tidak mahu berbincang, katakanlah dengan berterus terang supaya masa kami terbuang tidak sia-sia begini."
"Tuan sudah salah faham tentang kata-kata Peter Suci. Dia tidak bermaksud kita tutup terus perbincangan ini. Dia cuma mahu menekankan bahwa pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah dasar yang dapat tuan fikirkan, tuan kemukakan kepadanya. Tapi sekarang sudah tengah hari dan tuan-tuan mungkin akan pergi makan. Bila waktu yang sebaik-baiknya tuan-tuan dapat kemari lagi?" Michael cuba membujuk.

"Sekaranglah waktu yang sebaik-baiknya." ujar Umar Lahmi. "Tidak sesiapa yang boleh menentukan apakah kita akan mendapat kesempatan yang berfaedah seperi ini lagi."
"Tapi tuan-tuan akan menunaikan solat?" kata Michael lagi.
"Kami boleh bersolat di gereja ini." jawab Umar Lahmi.
Peter lalu mencelah. "Saya fikir lebih baik kita berbincang lagi hari Ahad depan."
"Saya berpendapat perbincangan ini tidak boleh ditangguhkan terlalu lama. Mungkin kita mendapat petunjuk dari Allah." kata Umar Lahmi.
"Baiklah. Kita sambung perbincangan ini esok pada masa yang sama sampai tengah hari."
"Jika perbincangan ini mahu ditangguhkan sampai esok," Isabella tiba-tiba ikut campur, "tidak usah diberhentikan sampai tengah hari tetapi dilanjutkan sehingga petang. Barangkali kita boleh sampai kepada sesuatu keputusan."
Michael segera menjawab, "Sama sekali tidak. Tidakkah kita ada membuat kerja-kerja lain juga?"
"Saya fikir tidak ada kerja lain yang lebih penting daripada perbincangan ini." jawab Isabella, tidak mahu kalah.

Orangramai mulai bising. Akhirnya, diadakan satu perbincangan kecil di antara para paderi dan Umar Lahmi serta sahabat-sahabatnya. Mereka membuat keputusan akan menghentikan perbincangan hari itu sampai di situ saja dan akan disambung semula esok dari pagi sampai ke tengah hari. Pertemuan yang pertama itu pun berakhir. Setelah mengucapkan terima kasih kepada semua orang-orang Kristian, Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya meninggalkan gereja besar.

Isabella dan para paderi lain masih tinggal sehingga semua hadirin keluar meninggalkan tempat itu, pulang ke rumah masing-masing.
Setelah orang-orang lain habis keluar, paderi yang berbadan kurus bermuka cengkung bangun lalu berjalan mendekati Isabella.
"Amat mendukacitakan yang kamu telah memberi kesempatan kepada orang-orang kafir itu untuk mengemukakan keraguan mereka dan mengejek agama Kristian."
Belum sempat Isabella menjawab, paderi itu berjalan ke tempat Michael.
"Satu-satunya cara mahu melayani orang-orang murtad itu ialah meletakkan Quran di hadapan mereka. Peter Suci telah berbuat serupa itu pada mulanya tetapi malang, mereka menggelecek keluar dan membahaskan tentang hukum-hukum agama. Kalau esok terjadi lagi yang serupa, alamat kita akan dikecewakan dengan teruk kerana mereka tanyakan ialah tentang rahsia ketuhanan yang tidak siapa pun tahu kecuali wali-wali saja."
"Sebetulnya perbincangan itu sejak awal lagi telah menyimpang ke saluran salah kalau tidak mereka telah tunduk oleh Quran mereka sendiri." kata Michael menyampuk paderi kurus itu. "Bukankah Quran ada mengatakan yang Tuhan Jesus kita itu 'pembawa hidup' dan menghidupkan semula yang sudah mati? Bukankah Quran menyebutnya 'Roh Allah' dan 'Kalimat Allah'?
Peter kemudian berkata, "Pokok perbincangan esok hari sudah ditetapkan. Iaitu mengenai ketuhanan Kristus dan penebusan dosa. Aku dengan licik telah memesongkan mereka ke pokok persoalan lain tetapi kau, Michael, telah membawa mereka kembali ke persoalan itu."
"Tuan jangan salahkan saya. Itu semua perbuatan tuan sendiri." jawab Michael menangkis tuduhan paderi tua itu.
"Buat apa lagi kita memuaskan nafsu dengan perbahalan sesama sendiri." kata seorang paderi lain. "Kita tunggu esok dalam perbahasan tentang ketuhanan Jesus. Agama Kristian kita bukan seperti bubur lembutnya boleh ditelan dengan sekali teguk saja."
Dia bangun dan meminta diri. Semua paderi pun ikut meminta diri dan meninggalkan gereja. Mereka pulang ke tempat masing-masing dengan membawa berbagai-bagai mcam fikiran.

Isabella dan ketiga orang sahabatnya berjalan di belakan paderi-paderi itu. Dalam masa berjalan itu, dia berkata kepada sahabat-sahabatnya.
"Cuba kalian lihat. Di belakang orang-orang Muslim, mereka bercakap besar bahwa orang-orang Muslim tidak akan dapat berhadapan dengan mereka. Tetapi bila duduk berhadapan, tembelang mereka terdedah semuanya. Aku sangat menyesal bapaku terpaksa meninggalkan gereja sebaik saja selesai dia memimpin sembahyang kerana dia terlalu percaya dengan kebolehan dan ilmu Bapa Michael dan Bapa Peter. Kalau tidak, dia tentu boleh tutup mulut orang-orang Muslim itu."
"Sebenarnya, masalah itu terlalu berat, apakah bapamu sanggup menghadapinya?" Salah seorang sahabatnya menyahut.
Seorang lagi mencelah, "Sebenarnya, kepercayaan dan dogma kita terlalu kabur. Kalau tidak masakan paderi-paderi kita itu terpukul begitu teruk?"
"Minta dijauhkan Tuhan! Baru saja sekali berbahas kamu berdua sudah mula berputus asa. Kepercayaan kita cukup teguh asasnya tetapi mesti ada seseorang yang boleh menjelaskannya. Lihat saja esok nanti. Bila ketuhanan Kristus dibahaskan betapa teruk mereka akan dihentam."

Mereka lalu berpisah di persimpangan jalan. Masing-masing pulang ke rumahnya.

BAB 5 Pertemuan Kedua

Pada pagi Isnin, para paderi mula datang ke gereja besar. Pada hari itu juga, bersama-sama Isabella, ikut hadir perempuan-perempuan Kristian yang ingin mendengar perbincangan. Ruang sembahyang gereja sudah penuh dengan penonton lelaki dan perempuan, tua dan muda. Di meja panjang yang berhampiran dengan podium tempat paderi besar membaca khutbah sudah duduk para paderi yang ikut di dalam perbincangan hari kelmarin, diketuai oleh paderi tua Peter dan pembantu kanannya, Michael. Isabella ikut bersama-sama mereka.

Tepat jam delapan, Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya muncul di pintu depan gereja. Selain daripada Maaz dan penyokong-penyokong yang ikut dalam perbincangan pada hari kelmarin yang memang sudah dikenali, ada beberapa orang muka baru. Ini membuat para paderi bercakap berbisik-bisik sesama sendiri. Mereka kelihatan agak gusar tetapi tidak dihiraukan oleh Umar Lahmi. Dia segera mengambil tempat duduknya berhadapan dengan paderi-paderi itu.

Sebaik saja selesa duduknya, Umar Lahmi pun berkata, "Kelmarin kita telah membuat keputusan akan berbahas pada hari ini mengenai ketuhanan Kristus dan penebusan dosa. Oleh sebab agak sukar mahu membincangkan kedua-dua masalah ini sekaligus maka ada baiknya kita bincangkan secara berasingan."
Peter segera menjawab, "Kedua-dua masalah ini sebenarnya satu dan saling berkait. Jadi, tuan boleh pilih mana satu yang tuan suka."
"Terima Kasih." kata Umar Lahmi.
Dia lalu membaca beberapa ayat dari Surat Al-Furqan. Wajah Isabella tiba-tiba berubah. Kulit mukanya yang putih bersih menjadi merah seperti bunga raya kembang pagi. Bacaan Umar Lahmi terhenti apabila dia mendengar ada benda yang jatuh tidak jauh dari tempat duduknya. Dia yang sedang berpejam segera membuka mata dan dilihat sahabat Isabella sedang menolong mengangkat Isabella duduk. Seluruh hadirin menjadi gempar dan berdiri melihat ke depan.

Maaz membisikkan ke telinga Umar Lahmi memberitahu bahwa anak gadis itu terlalu terpesona dengan ayat-ayat AlQuran yang dibacanya. Peter dan Michael bukan main lagi terkejut melihat keadaan Isabella itu. Mereka serentak bertanya sebab musabab terjadi serupa itu tetapi Isabella tidak menjawab. Hanya beberapa titik airmata jatuh meleleh di atas pipinya yang masih merah. Isabella cuba menenangkan dirinya dengan keadaan yg agak payah. Dia memberitahu sahabatnya bahwa sejak bulan yang lalu dia mendapat serangan tiba-tiba serupa itu. Dia memberi isyarat supaya mereka jangan menghiraukan keadaannya. Mereka boleh meneruskan perbincangan. Sebahagian daripada paderi yang duduk di meja mencurigainya.

"Dia tidak apa-apa," kata sahabat Isabella, "dia selalu mendapat serangan tiba-tiba serupa itu."
Keterangan sahabat Isabella telah dapat mengikis sangkaan para paderi bahwa Isabella sudah mula terpengaruh dengan Islam. Setelah berhenti sejenak, Umar Lahmi menyambung bacaannya.
Dia berdiri lalu berkata, "Tuan-tuan, kami telah diberitahu bahwa asas prinsip agama Kristen ialah ketuhanan Kristus dan penebusan dosa. Jadi saya ingin majukan satu pertanyaan yang boleh menghuraikan masalah ketuhanan Kristus. Pertanyaan itu ialah: apa keperluannya yang khusus maka 'Putera Tuhan' membuat pengorbanan bagi penebusan dosa? Kalau untuk tujuan itu saja, orang alim yang lain juga boleh dipilih untuk mengorbankan jiwanya sebagai 'penebusan dosa semua orang yang berdosa'. Apa sebab secara istimewa 'Putera Tuhan' telah disalib?"

Para paderi telah berbisik sesama sendiri, berbincang perlahan-lahan. Sejurus kemudian, mereka memilih Peter untuk menjawab tetapi dia berada dalam keadaan bingung. Namun sebagai sikap kebapaan, dia bangun juga dan bercakap dengan lidah yang terketar-ketar.
"Untuk penebusan dosa, 'Putera Tuhan' diperlukan kerana orang lain baik dia nabi atau rasul penuh dengan dosa. Orang yang ada dosa tidak dapat menebus dosa orang lain. Kerana Tuhan Jesus Kristus satu-satunya 'Putera Tuhan' dan bebas dari dosa maka dia dikorbankan untuk kepentingan semua oang yang berdosa."
"Baiklah,' kata Umar Lahmi, "cuba terangkan apa yang disalib. Apakah ketuhanan yang disalibkan untuk penebusan dosa ataupun kemanusiaan yang ada pada Kristus? Jikalau ketuhanan Kristus yang disalibkan maka bererti bahwa Tuhan yang tunggal dan tanpa sekutu itu memikul semua beban seksaan penyaliban dan kematian datang ke atas peribadi Tuhan yakni Tuhan sudah mati. Tetapi kalau kemanusiaan di dalam Kristus yang disalib, jawaban tuan sudah hilang semua kekuatannya kerana kalau begitu caranya maka penyaliban manusia adalah lebih cocok dan bukan Tuhan kerana kedua-duanya menunjukkan akan kemanusiaan di dalam Kristus bukan ketuhanannya yang dikorbankan."

"Sudah tentu. Tuhan Jesus merupakan ketuhanan yang sempurna dan kemanusiaan yang sempurna. Kedua-dua sifat ini terhimpun dengan baik di dalam dirinya. Tetapi kemanusiaannya seperti juga dengan ketuhanannya bebas daripada dosa dan sebab itu pengorbanannya amat perlu kerana manusia lain semuanya bergelimang dosa. Dengan demikian mereka tidak sesuai untuk penebusan dosa." kata Peter.
"Itulah," jawab Umar Lahmi, "kerana tidak ada manusia di dalam dunia ini yang bebas daripada dosa maka Tuhan sendiri terpaksa turun ke dunia dan ketuhanannya tidak disalib tetapi kemanusiaannya. Andaikata seorang manusia yang bebas daripada dosa diperlukan untuk menebus dosa, mengapa Tuhan tidak cipta seorang manusia yg bersih sehingga tidak payah Tuhan sendiri mati di atas tiang salib kerena penebusan dosa."
Peter menjawab, "Tuhan saja yang mengetahui perkara yang ghaib. Kita tidak boleh kata kenapa Dia tidak berbuat serupa itu dan kenapa Dia sendiri datang ke duni untuk tujuan itu. Tetapi tentang hal ini, kami tahu bahwa Tuhan datang ke dunia untuk menebus dosa untuk menunjukkan kasihsayangNya yang agung terhadap kemanusiaan. Bahwa sayangnya Tuhan kepada makhluNya sampai ke tingkatan mengutus putera tunggalNya untuk menyerahkan nyawa sebagai galang ganti manusia-manusia lain. Tujuan ini tentu tidak akan tercapai kalau hanya dengan mengutus orang lain."
"Jikalau kasih sayang Tuhan sudah sedemikian besar kepada makhlukNya, kenapa Dia tidak mengutus 'puteranya' itu awal-awal lagi untuk disalib? Apakah tidak ada manusia sebelum Kristus yang patut dipedulikan oleh Tuhan? Apa sebab Dia baru menunjukkan kasihsayangNya itu setelah beribu-ribu tahun berlalu?" Umar Lahmi memajukan pertanyaan tanpa melepaskan peluang.

Peter menjadi serba salah. Dia lalu cuba melepaskan dirinya dengan menjawab, "Kita tidak tahu tentang keghaiban ini. Misteri Tuhan hanyalah diketahui Tuhan saja."
"Pertanyaan saya masih belum berjawab. Rujukan kepada keghaiban berulang-ulang tidak akan dapat menyelesaikan masalah. Nah, cuba katakan saja, kalaulah hanya kerana kemanusiaan penyaliban itu dilakukan maka kedatangan Tuhan ke dunia adalah sia-sia belaka. Orang lain pun boleh dikorbankan juga."
"Saya sudah menjawab," ujar Peter, "manusia tidak dapat dijadikan penebus dosa kerana dia sendiri bergelumang dengan dosa. Kemanusiaan Kristus sesuai untuk penebusan dosa kerana dia adalah penjelmaan kemurnian dan tidak berdosa."
"Kerana kemanusiaan Kristus murni dan tidak berdosa maka dia menjadi perlu untuk dipikulkan beban dosa seluruh manusia ke atas pundaknya." Umar Lahmi berhujah. "Tuan paderi yang mulia, logika tuan itu sedikit pun tidak meyakinkan malah kepada tuan sendiri juga. Sekarang cuba terangkan, apa salahnya jikalau 'Putera Tuhan' ini berbuat sesuatu yang lebih baik yang boleh menebus dosa semua orang daripada dia dibebankan dengan dosa-dosa itu? Dengan jalan itu, tidaklah payah Kristus yang tidak berdosa memikul beban dosa orang lain, tidak perlu dia disalib dan tidaklah timbul persengketaan tentang ketuhanan dan kemanusiaan. Penawar bagi dosa ialah kebajikan, kedatangan Kristus ke dunia ini sepatutnya membuat kebajikan-kebajikan sebagai penebus semua dosa dan bukan membunuh dirinya untuk penebusan dosa."

"Kita tidak dapat menasihati Tuhan. Dia berbuat apa yang disukaiNya. Satu kekurangan ajar kalau mahu mencapai darjat Tuhan." Peter menjawab.
Umar Lahmi tidak menghiraukan jawaban Peter yang kasar. Sebaliknya dia berkata, "Tuan tahu bahwa Kristus dilahirkan dari rahim Maryam Perawan. Nah, apakah kelahiran itu ada pertaliannya dengan manusia dan Tuhan yakni apakah yang dilahirkan itu 'Tuhan' atau 'manusia'?"
"Tuhan bebas daripada cacat kelahiran. Kemanusiaan di dalam Kristus itulah yang dilahirkan." jawab Peter dengan nada gugup.
"Siapa yang mati di atas salib? Tuhan atau manusia?"
"Tuhan itu bebas dari cacat kematian. Manusialah yang mati di atas salib. Iaitu kemanusiaan Kristus." jawab Peter lagi.
"Kalau begitu," kata Umar Lahmi, "kelahiran dan kematian ada pertalian dengan kemanusiaan Kristus dan bukan dengan ketuhanannya."
"Benar. Memang benar." jawab Peter dengan cepat dan bersungguh-sungguh.
Umar Lahmi lalu mencapa Kitab Injil yang terletak di hadapan Michael. "Maafkan saya. Saya minta pinjam sebentar."
Michael tidak sempat menjawab, Kitab Injil itu sudah ada di dalam tangan Umar Lahmi dan sedang membuka halamannya. Para paderi memandang kejadian itu dengan perasaan terkejut dan tanpa berkata bertukar-tukar pandangan antara satu dengan yang lain. Isabella semakin tertarik dengan perjalanan perbincangan itu dan dengan diam-diam dia mengagumi kepintaran dan keluasan ilmu Umar Lahmi.

Umar Lahmi membuka pada Injil Ayub bab 15:14.
"Cuba lihat, di sini ada tertulis 'Masakan manusia bersih, masakan benar yang lahir dari perempuan?' dan kerana kelahiran itu bukan bersifat ketuhanan tetapi kemanusiaan maka mengikut pendapat Ayub, kemanusiaan Kristus juga bergelimang dosa." Umar Lahmi membuka halaman lain pula.
"Dan lihat apa yang tertulis pada kitab Roma 6:23 bahwa 'upah dosa ialah maut' yakni kematian ialah bukti bahwa yang mati itu penuh dengan dosa. Oleh sebab itu timbul lagi pertanyaan: apakah sebab Tuhan tidak menyalibkan orang lain yang berdosa supaya ketuhanannya dapat diselamatkan? Selanjutnya, menurut tuan seseorang yang berdosa tidak boleh menebus dosa orang lain, jadi jelaslah Kristus tidak sesuai untuk penebusan dosa."
Peter kelihatan rusuh dan peluh-peluh renik memancut keluar dari dahi dan pipinya.
"Saya telah katakan bahwa semua ini adalah perkara-perkara ghaib ketuhanan. Tuhan berbuat apa yang disukaiNya. Bagaimana tuan atau saya boleh mengkritikNya?"
Umar Lahmi dengan suara lantang yang dapat didengar oleh semua yang hadir berkata, "Jikalau agama tuan hanya berdasarkan kepada keghaiban ketuhanan saja, kenapa tuan jemput kami kemari, menghabiskan masa tuan dan juga masa kami dengan sia-sia saja?"

Ucapan Umar Lahmi yang lantang itu telah menimbulkan keributan di tempat penonton. Isabella yang memang menaruh minat kepada soal-soal teologi, mendengar dengan penuh perhatian tiap-tiap patah perkataan yang keluar dari mulut Umar Lahmi. Terguris di dalam hatinya rasa hairan pada Peter Suci yang amat dihormatinya itu, kenapa apabila dia tidak dapat menjawab sesuatu masalah yang ditimbulkan oleh lawannya, dia lalu lari berselindung di balik tabir misteri ketuhanan. Keributan di tempat penonton semakin menjadi-jadi. Mereka tidak sabar menunggu jawaban dari paderinya tentang kata-kata Umar Lahmi yang agak pedas itu.

Tiba-tiba Michael bangun sambil memberi isyarat dengan tangannya supaya penonton berdiam diri.
Dia berkata, "Saudara-saudara. Hari ini ialah hari konfrontasi antara agama Kristian dengan agama Islam. Saudara-saudara tentu telah tahu apa itu agama Islam? Agama itu mewajibkan kahwin empat isteri. Membunuh orang-orang bukan Islam tanpa memandang bulu dan Rasulnya kahwin dengan sebelas perempuan dan ..."
Umar Lahmi melompat bangun dan menentang Michael dengan kata-kata, "Kalau tuan-tuan tidak dapat menjawab hujah saya katakan dengan berterus-terang dan kemudian apa saja kritikan tuan-tuan terhadap Islam boleh kemukakan, saya akan menjawab satu persatu."
Dia kemudian membalikkan badan memandang kepada hadirin.
"Di mana letaknya moral tuan-tuan ini. Kami dipanggil kemari ke tempat tuan-tuan, pertanyaan kami tidak dijawab sebaliknya mengeluarkan kata-kata yang menghina." Dia berpaling kepada Isabella, "Sekarang katakan apakah sikap para paderi saudari ini wajar?"

Isabella dengan segera bangun dan dengan perkataan yang terpatah-patah berkata, "Saya telah mengikuti perbincangan ini dari awal sampai ke akhir. Saya merasa dukacita bahwa Bapa Suci Peter mahupun Bapa Michael tida pernah dapat memberi jawaban kepada hujah-hujah yang dikemukakan. Permintaan saudara Umar Lahmi adalah adil" Sama ada pertanyaan-pertanyaan itu diberi jawaban yang meyakinkan ataupun mengaku kalah saja. Tetapi saya berpendapat tuan-tuan tidak dapat melakukannya. Jadi lebih baik perbahasan ini diselesaikan sekrang dengan ketentuan bahwa agama Kristian tidak boleh dipersenda-sendakan dan betapapun juga pengetahuan atau ilmu tuan-tuan tidak dapat menghuraikannya. Saya merasa agak aneh bahwa ..."

Isabella tidak sempat meneruskan kata-katanya kerana ditegur oleh Peter, "Kau ini sudah gila, bercakap merepek serupa itu."
Peter kemudian berucap kepada para hadirin.
"Sudah pasti anak gadis ini diresapi oleh syaitan dan dia sudah tersisih dari Kristus. Tidak hairan kalau dia sudah hilang ingatannya."
Mendengar kata-kata Peter, timbul kemarahan di dalam hati Isabella. Dia tanpa segan silu lagi menjawab agak keras.
"Daripada bapa meluahkan perasaan bapa kepada saya yang hina ini bukankah lebih baik bapa menjawab pertanyaan orang-orang Muslim itu ataupun membatalkan saja perbahasan ini. Saya tidak berhajat menjawab tuduhan yang ditimpakan kepada saya di sini tetapi kalau ini rupa hadiah di atas keikhlasan saya maka saya lebih rela dituduh sebagai orang gila."

Michael yang merasa tersinggung dengan kata-kata Isabella segera menyampuk dengan suara yang keras.
"Tak bolehkah kau diam? Bercakap, bercakap dan bercakap tak berhenti. Kami telah menjawab semua hujah-hujah orang Muslim. Kalau kau berani cubalah maju ke depan dan jawab."
Paderi gemuk pula bersuara, "Nampaknya anak perempuan ini secara diam-diam sudah murtad. Bagaimana dia mahu menjawab hujah-hujah orang-orang Muslim? Kelancangannya patut diberitahukan kepada bapanya yang dihormati dan dia patut dihukum dengan hukuman yang setimpal."
Catherine, sahabat Isabella, segera menjawab, "Malang sekali tuan-tuan semua sedikit pun tidak berlaku adil dan di atas pundak Isabella yang tidak berdosa ini tuan-tuan timpakan kesalahan. Ada yang mengatakannya gila dan yang lain pula membuat ancaman tetapi tidak seorang pun yang menumpukan perhatiannya kepada pokok persoalan. Isabella benar, apabila dia mengatakan tuan-tuan tidak dapat menjawab pertanyaan Umar Lahmi tetapi itu bukan bererti agama Kristian tidak benar."
Lalu dengan suara yang agak keras, dia melepaskan paku buah kerasnya.
"Tuan-tuan semua tidak berguna dan cuba menodai agama Kristian dengan kebahlulan tuan-tuan."

Peter dengan tubuh tuanya melonjak bangun dan dengan suara yang marah berkata, "Usir perempuan-perempuan ini dari sini. Siapa yang membenarkan perempuan-perempuan bedebah ini ikut campur dalam perbincangan kita?"
Umar Lahmi bangun cuba menyabari.
"Kalau tuan benarkan saya bercakap, saya akan menjelaskan apa yang dimaksudkan oleh Nona Isabella."
Michael memandang tajam kepada Umar Lahmi.
"Jangan tuan ikut campur percakapan kami. Ini soal rumahtangga kami sendiri."
Paderi yang berbadan kurus bermuka cengkung mencelah, "Bagaimana kalau Isabella dan Catherine ini sudah murtad?"
Michael berpaling kepadanya dengan mata yang ragu-ragu.
"Kita tidak dapat menentukan sekarang ini. Budak-budak perempuan ini tolol. Mereka mahu mempercepatkan perjalanan perbincangan meskipun masalahnya memakan masa berbulan atau bertahun hendak diselesaikan."

Perjalanan perbincangan telah terhenti buat seketika lamanya. Para paderi sedang sibuk berurusan mengenai masalah Isabella dan sahabatnya. Berbagai-bagai pendapat dan komen diluahkan kepada anak-anak perempuan yang malang itu. Mereka merancang tuduhan dan menghubungkannya dengan berbagai-bagai tohmah. Melihat keadaan yang ribut itu, Umar Lahmi dengan suayanya yang nyaring merdu membaca beberapa ayat AlQuran Surat Maryam. Seluruh hadirin diam terpaku dan suasana yang tadinya kacau itu menjadi senyap sunyi. Ada yang diam kerana terperanjat mendengar bacaan yang ganjil daripada biasa di perdengarkan di dalam gereja. Para paderi yang kebingungan menutup telinga mereka, khuatir ayat-ayat AlQuran itu menembus masuk ke dalam hati dan perasaan mereka. Ada sebahagian daripada orang-orang Kristian di dalam gereja termasuk Isabella yang faham sedikit bahasa Arab terharu mendengar pujian-pujian terhadap Nabi Isa dan ibunya yang suci dan bantahan-bantahan terhadap tohmah orang-orang Yahudi yang dilemparkan kepada mereka. Muka Isabella menjadi berseri-seri tetapi dia menguasai dirinya dengan sabar dan duduk tidak bergerak. Setelah selesai Umar Lahmi membaca ayat-ayat itu, barulah Isabella membuka mulutnya, menyusun kata-kata dengan teratur dan tenang.
"Tuan-tuan. Saya memohon kepada tuan-tuan semua untuk menjadi saksi bahwa saya adalah orang Kristian yang sempurna. Oleh sebab itu, saya tidak mahu agama Kristian diperhinakan. Saya tidak maksudkan bahwa kita tidak ada jawaban bagi semua pertanyaan mereka tetapi masalahnya ialah paderi-paderi kita tidak memusatkan perhatian kepada persoalan-persoalan itu. Mereka berpendapat bantuan daripada Roh Kudus diperlukan untuk memahami kepercayaan Kristian dan hal ini dianggap sebagai satu kelemahan kita oleh orang-orang Muslim. Saya harap sesudah ini tidak ada lagi salah faham terhadap saya. Permintaan saya sekarang ialah kita teruskan perbincangan ini."

Paderi yang berbadan kurus membuat komen seolah-olah kepada dirinya sendiri.
"Kita sama sekali tidak perlu berbincang dengan orang-orang kafir itu. Perbincangan yang lepas telah pun menggugat kepercayaan kita."
Teman yang disebelahnya menyampuk, "Apa maksudmu?"
"Saya maksudkan orang-orang kafir ini sepatutnya kita usir dengan segera keluar dari gereja ini." jawabnya sambil membuat muka.
Temannya itu berkata, "Jangan berkata mengikut emosi. Masalah ini harus diputuskan sesudah ditimbang dengan saksama. Saya juga berpendapat perbincangan ini harus dihentikan saja. Nampaknya, tidak ada manfaat apa-apa."

Umar Lahmi mendengar apa yang sedang dibincangkan oleh paderi-paderi yang ada di sekitarnya.
"Tuan-tuan, saya tahu tuan-tuan amat bangga dengan ajaran Nabi Isa sehingga kalau ada orang menampar pipi tuan-tuan, pipi yang sebelah lagi tuan-tuan berikan. Tetapi apa yang kami saksikan di sini sekarang? Apakah kami masuk kemari secara paksa? Apakah bukan tuan-tuan yang mengundang kami? Sekarang pun kalau tuan-tuan berterus-terang bahwa tuan-tuan tidak mahu berbincang lagi, kami akan meninggalkan tempat ini dengan segera. Tapi saya ingin ingatkan kepada tuan-tuan bahwa kami sudah sampaikan seruan kami dan Allah tidak akan membiarkan usaha kami itu berlalu begitu saja. Jadi, katakanlah apakah kami harus tinggalkan tempat ini ataupun tuan-tuan masih mahu berbincang?"

"Tuan yang dihormati. Masalahnya sekarang ialah tuan tidak dapat memahami realiti kepercayaan agama Kristian dan kedatangan tuan-tuan kemari pun bukan itu tujuannya." jawab Peter. "Andaikata tuan mahu menyambung perbincangan ini, tuan mesti menjawab pertanyaan saya dulu."
"Baiklah!" ujar Umar Lahmi. "Saya beri kebebasan kepada tuan untuk mengemukakan pertanyaan apa saja dan saya dengan rendah hati akan menjawabnya."
"Apakah Quran ada memuji Kitab Injil? Apakah tuan percaya dengan Kitab Injil?" tanya Peter.
"Sudah tentu AlQuran memuji Kitab Injil dan kami orang Muslim percaya Kitab Injil, Taurat dan Mazmur dan semua kitab yang disampaikan oleh nabi-nabi." ujar Umar Lahmi.
"Kemudian, kenapa tuan tidak percayakan Kitab Injil kami?" kata Peter lagi.
"Kerana ia bukan Kitab Injil." jawab Umar Lahmi. "Sekiranya seseorang itu menyusun sebuah fiksi dan menamainya Injil maka kami tidak terikat untuk mempercayainya kerana ia bukan Kitab Injil tetapi hanya menjudulkan saja serupa itu. Tuan boleh letakkan di hadapan kami Kitab Injil yang disebut di dalam AlQuran."
"Jadi, Injil yang disebut di dalam Quran itu berlainan dari Kitab Injil kami? Buktinya?" Peter dengan ghairah memajukan pertanyaan untuk memerangkap Umar Lahmi.

Umar Lahmi menghadapi pertanyaan itu dengan tenang.
"Benar, walaupun AlQuran menyebut-nyebut tentang Kitab Inji yang tulen, telah menyebut juga kepalsuan 'Injil' ini dan menunjukkan pernyataan-pernyataan yang salah."
"Jadi, apakah pernyataan-pernyataan salah Kitab Injil kami ini?" tanya Peter lagi.
Umar Lahmi tersenyum kecil. Dia lalu mencapai Kitab Injil yang ada di hadapannya lalu membuka.
"Sebagai contoh. Injil Matius bab 12:46-53 Jesus telah menolak mengakui ibunya, Maryam dan saudara-saudaranya kerana tidak melakukan kehendak bapanya di syurga. Penolakan ini samalah sebagai menuduh ibunya itu murtad. Padahal AlQuran kami menyebutnya 'siddiqa' yang bererti dia bukan murtad tetapi seorang yang beriman dan warak. Dalam ayat yang sama dalam Injil Matius bab 12: 46-50 itu juga jelas menunjukkan keangkuhan Jesus dan ketidaksopanannya terhadap ibunya. Meskipun di dalam Taurat melarang keras menghormati dan memuja ibu tetapi AlQuran menyebutnya bahwa itu salah dan mengatakan Jesus telah berkata bahwa dia patuh kepada ibunya dan telah dilarang berbuat baik kepada ibunya itu. Ataupun juga seperti yang disebutkan dalam Injil bahwa Jesus telah dikutuk dan kerana kutukan tersebut maka dia telah disalibkan.* ( * sbg bukti bahwa Kristus telah dikutuk, lihat Galatia 3 : 12-13 )
Tetapi Kitab Suci AlQuran menyebutnya 'Roh Kudus' dan 'Kalimat Allah' dan bahwasanya 'Al-Masih ibn Maryam seorang yang mempunyai kemegahan dan kemuliaan di dunia dan di akhirat dan salah seorang yang diperdekatkan kepada Allah.* "
( *AlQuran 3:45 )

Satu suara sumbang kedengaran dari khayalak ramai.
"Itu salah! Injil mengatakan dia itu 'Tuhan'."
"Ya. Sangat menakjubkan. Menurut tuan, Tuhan juga boleh dikutuk. Tuan telah mengutuk Kristus di samping mengakuinya sebagai Tuhan tanpa memperdulikan sedikitpun bagaimana Tuhan yang Menjadi Sumber semua kebaikan dan kesempurnaan itu pantas dikutuki." kata Umar Lahmi menjawabnya.
"Yang patut dikutuki ialah syaitan bukan Tuhan. Agama Islam tidak memuja Kristus sebagai dewa tetapi menganggapnya sebagai manusia biasa dan pada masa yang sama dia seorang yang bebas dari dosa dan diakui kesuciannya. Nah, cuba pilih apakah 'Tuhan' yang terkutuk itu baik dan suci ataupun seorang manusia yang bebas dari dosa?"

Peter menyampuk, "Pokoknya mengapa tuan tidak percayakan Injil tetapi tuan telah melemparkan ke dalamnya persoalan kutukan. Kalau tuan ada mempunyai Injil yang original yang diakui Quran, nah bawa kemari kepada kami."
"Tuan tidak berhak memintanya dari kami. Kalau tuan telah mengakui lebih dulu bahwa Injil tuan itu karangan dan dipalsukan, pada waktu itu baru boleh tuan datang kepada kami meminta Injil yang sebenarnya. Saya sudah buktikan bahwa Kitab Suci AlQuran tidak mengesahkan kesahihan Injil yang ada sekarang ini tetapi telah membuktikan kepalsuannya dan secara terang-terangan menceritakan kesalahan-kesalahan Injil sekarang. Cuba bayangkan, bolehkah Injil ini yang memuja Kristus dan kemudian terbunuh di atas salib menjadi Injil yang diakui AlQuran? Dalam AlQuran dirakamkan kata-kata Kristus. 'Inni Abdallah' - aku hamba Allah dan 'padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak mensalibnya' * Apakah AlQuran mengesahkan Injil tuan atau membuktikan kepalsuannya?" * AlQuran 4:157

"Bukankah Quran ada menyebut Jesus itu sebagai 'Roh Kudus' dan 'Kalimat Tuhan'? Bukankah ini satu bukti bahwa dia mengatasi manusia?" Peter bertanya.
"Benar. Kitab Suci AlQuran ada menyebut Nabi Isa sebagai 'Kalimat Allah' tetapi ia juga ada menyebut bahwa Kalimat Allah itu tidak terkira banyaknya dan jika semua lautan dijadikan dakwat dan semua pokok di dunia dijadikan pena masih saja tidak akan sanggup menceritakan semua Kalimat Allah kerana kalimatNya tidak terpermenai banyaknya. Jadi, Kristus juga salah satu dari Kalimat Allah. Mengenai Kristus menjadi 'Roh Kudus' maka hal ini juga tidak akan melebihkannya daripada manusia lain sebab kalimat yang sama pula digunakan untuk Adam. Di dalam AlQuran ada disebutkan 'Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan Aku tiup padanya rohKu, maka tiaraplah kamu kepadanya dalam keadaan bersujud'. * Jadi, dengan kalimat yang sama maka Kristus juga serupa Adam. Jikalau Kristus menjadi 'Tuhan' maka Adam juga demikian dan semua anak-cucunya juga 'Tuhan'." * AlQuran 15:29

Peter segera menyampuk, "Sekiranya Quran ada mengatakan Adam sebagai Roh Kudus maka itu adalah satu kesalahan kerana tidak ada 'Roh Kudus' yang lain selain daripada Kristus."
Umar Lahmi tersenyum geli mendengar sangkalan paderi tua itu. Dia lalu berkata dengan tenang.
"Tuan fikir seluruh AlQuran itu salah tetapi tuanlah yang mendesak supaya ketuhanan Kristus dibenarkan oleh AlQuran. Jadi, saya telah membuktikannya bahwa dia bukan Tuhan. Andaikata dia boleh menjadi 'Tuhan' kerana 'Roh Kudus', maka Adam alaihissalam juga 'Tuhan'. Tuan telah mengatakan AlQuran itu salah dalam soal ini jadi mengapa pula tuan membawa AlQuran ke mari?"

Mendengar jawaban Umar Lahmi itu, Peter menjadi agak gugup. Dia seolah-olah tenggelam punca sejurus lamanya. Isabella yang diam mendengar dengan penuh minat tiba-tiba bersuara.
"Tuan percaya akan ketuhanan Nabi Muhammad meskipun dia memprakarsai pertumpahan darah di dalam dunia ini dan menyuruh membunuh orang-orang yang ingkar akan agamanya."
"Barang dijauhkan Allah! Saya berlindung dengan nama Allah dari kepercayaan jahat serupa itu." jawab Umar Lahmi. "Kami anggap Nabi Suci kami hanya sebagai manusia biasa, hanya dia itu Penghulu Segala Rasul dan Mahkota Segala Kebaikan. Inti daripada keimanan kami ialah La ilaha illallahu, Muhammad-ur Rasulullah ertinya tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Muhammad itu rasulNya. Sesiapa menganggap Muhammad sebagai Tuhan maka dia menjadi kafir dan terkeluar dari islam. Tentang Nabi memprakarsai pertumpahan darah di dunia , itu sama sekali tidak benar. Baginda memang ada melakukan peperangan terhadap kaum musyrikin yang bercita-cita mahu menghapuskan baginda dan agama yang dibawanya tetapi baginda tidak pernah mengganggu orang-orang yang tidak memusuhinya. AlQuran memerintahkan kami berperang melawan orang-orang yang memerangi kami."

Kemudian Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya dapat memahami mengapa Isabella memajukan pertanyaan serupa itu. Para paderi Kristian sejak lama dulu telah menyebarkan fitnah terhadap Islam sambil mempertalikan segala macam keburukan kepadanya. Para paderi inilah yang mencemarkan nama baik Islam dengan mengatakan bahwa orang-orang Muslim menganggap Rasulnya sebagai Tuhan.
"Tuan telah berkata berulang-ulang kali bahwa Injil kami tidak tulen meskipun Injil telah disusun oleh murid-murid Kristus dengan bantuan Roh Kudus. Quran memuliakan mereka itu dan menganggapnya sebagai orang-orang beriman. Injil telah dianggap sah oleh penganut-penganut Kristian sedunia." kata Michael cuba mengetengahkan hujah baru.

"Persoalannya," jawab Umar Lahmi dengan tenang, "ialah apakah benar Injil itu disusun oleh murid-murid Kristus yang khusus bertugas untuk tujuan itu ataupun oleh beberapa orang yang menggunakan nama murid-murid Kristus. Malah orang-orang Kristian sendiri ada yang tidak sependapat bahwa murid-murid Kristus yang menyusun Injil. Kemudian ada masalah lain pula, samaada murid-murid Kristus yang menyusun Injil ataupun oleh pesuruh-pesuruh lain, AlQuran tetap tidak mengakui Injil yang disusun itu. AlQuran hanya mengakui Injil yang disampaikan kepada Kristus langsung dari Allah, seperti yang termaktub di dalam ayat 27 surat Al-Hadid yang kira-kira maksudnya, 'Kami berikan kepadanya Injil' dan di dalam surat Maryam ayat 30 pula ada disebutkan begini "Putera Maryam berkata: "Sesungguhnya aku adalah seorang hamba Allah. Dia pasti akan memberikan kepadaku Kitab (Injil) dan Dia pasti akan jadikan aku seorang nabi." Nah, tuan-tuan mengakui bahwa Injil itu disusun oleh murid-murid Kristus sedangkan AlQuran dengan tegas mengatakan bahwa Injil diwahyukan kepada Kristus."

Sebaik saja selesai Umar Lahmi berkata keadaan dalam gereja terganggu sebentar apabila bapa Isabella yang menjadi ketua paderi tiba-tiba muncul. Dia terus menempelak paderi-paderi itu.
"Gelanggang gusti apakah yang telah kamu lakukan di sini? Kamu telah bercakap dengan orang-orang yang tidak beriman di dalam gereja yang suci ini dan perbuatan kamu itu telah mengganggu kepercayaan orang-orang Kristian. Orang-orang Kristian telah datang kepadaku mengadu tentang ketidakupayaan kamu berhujah dengan orang-orang ini. Sudah banyak orang-orang Kristian yang goncang imannya dan mereka mengatakan malah anakku, Isabella, juga sudah tidak terkendalikan lagi."
Dia memandang Isabella dengan mata yang tajam.
"Kau, siapa yang menyuruh kau datang kemari? Apa ada hubunganmu dengan perbahasan ini? Kau telah mempelajari Quran secara sembunyi-sembunyi, ya? Aku tahu apa yang kau buat. Kau anak perempuan bodoh. Apa yang kamu semua lakukan ini ialah memutar-belitkan lidah dengan orang-orang kafir ini dan perbuatan kamu itu menimbulkan kegusaran kepada Tuhan Yesus. Jikalau aku dapati kamu semua mengulangi perbuatan ini lagi, aku akan pecat kamu semua."

Tempelakan ketua paderi itu membuat paderi-paderi yang ada di dalam majlis tergamam dan terkejut. Kulit muka Isabella yang tadinya merah mendadak berubah menjadi pucat lesi. Sejurus lamanya tidak ada seorang pun di antara paderi-paderi yang berani membuka mulut memberi penerangan kepada ketua paderi. Tetapi ada seorang paderi muda, kurus tinggi dengan jambang yang jarang, yang duduk agak jauh di tepi sebelah kiri, memberanikan diri bangun bercakap.
"Bapa yang suci. Apa yang telah bapa katakan itu benar sekali. Benar, tidak ada manfaat apa-apa kecuali kerugian kita berbincang dengan orang-orang yang tidak beriman ini. Tetapi wahai bapa yang suci! Apakah bapa ingin kita diperhina dan dipermalukan di seluruh Sepanyol ini? Apakah bapa mahu agama Kristian hapus dari bumi Sepanyol? Demi Tuhan Jesus, kalau kita tidak dapat mengganyang mereka ini, kita tidak akan dapat mengangkat kepala lagi di negeri ini. Saya juga dapat mengatakan bahwa tidak ada seorang pun di antara kita yang boleh menjawab bantahan-bantahan orang-orang Muslim ini. Andaikata bapa sudi menerima permohonan kami, saya dengan rendah hati mengatakan bahwa soalan-soalan yang dikemukakan oleh orang-orang Muslim ini tidak dapat kami jawab tanpa bantuan bapa yang dihormati. Di seluruh Sepanyol tidak ada abdi agama Kristian yang dapat menandingi yang mulia, yang boleh menyelesaikan tugas berat ini dan dengan jawaban yang pendek dan tepat dari yang mulia, maka mulut orang-orang yang tidak beriman ini dapat kita tutup untuk selama-lamanya. Andaikata yang mulia tidak tampil ke muka untuk menyelamatkan agama Kristian sekrangan ini maka bapa yang sangat mulia, akibatnya bagi kita dan agama Kristian adalah sangat membahayakan dan dakwahan kita dipermalu dan dihinakan. Bolehkah saya meletakkan harapan bahwa yang mulia bersedia untuk menjawab masalah yang ditimbulkan oleh orang-orang Muslim ini?"

Bapa Isabella, ketua paderi, terdiam sebentar demi mendengar kata-kata paderi muda itu. Air mukanya kembali tenang, rasa marahnya pun menjadi berkurangan.
Setelah difikirkan sejenak, dia lalu memandang Michael.
"Kamu sendiri yang membuat perkara ini begitu penting dengan mengundang orang-orang Muslim kemari. Amat malang, kamu tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan mereka walaupun pertanyaan-pertanyaan yang remeh-temeh serupa itu dan kamu menjadi bodoh sesudah mempelajari masalah-masalah teologi. Bolehkah orang-orang Muslim ini dibawa ke jalan yang benar sesudah mendapat jawaban yang memuaskan?"
Michael segera menjawab, "Ya, mereka telah berjanji kalau mereka mendapat jawaban yang memuaskan, mereka akan keluar dari agama Islam dan masuk agama Kristian. Mereka telah membuat janji dengan bertulis."
Mendengar jawaban Micahel, ketua paderi lalu mengambil tempat duduk yang disediakan khas untuknya, diapit oleh Peter dan Michael. Dia terus memandang ke wajah Umar Lahmi dan berkata, "Nah, kemukakan pertanyaanmu!"

"Jika tuan dapat mendengar dengan tenang maka saya akan kemuakan pertanyaan saya." kata Umar Lahmi.
"Sikap tuan terhadap orang-orang yang malang dan sikap tuan terhadap etika Kristian menunjukkan kemauan tuan bahwa saya seharusnya menolak bercakap dengan tuan. Tetapi kerana saya seorang yang mencari kebenaran, maka saya mahu mencari cahaya petunjuk melalui tuan dan saya ingin bercakap dengan tuan dengan syarat tuan mendengarnya dengan tenang apa yang akan saya ucapkan."

"Tuan jangan ambil hati di atas kata-kata saya yang kasar tadi." ujar ketua paderi. "Dan sekiranya perbincangan ini menyinggung perasaan tuan, saya minta maaf bagi pihak semua yang hadir. Saya percaya tuan seorang yang mencintai kebenaran dan sudah tentu Tuhan Kristus kami akan menolong dan menunjuk jalan kepada tuan. Olehsebab itu, saya persilakan tuan datang ke rumah saya esok supaya semua keraguan dan salah pengertian tuan akan diselesaikan secara bijaksana."
Ketua paderi itu kemudian berpaling kepada para paderi yang duduk di kiri dan kanannya.
"Tuan-tuan juga dijemput datang supaya tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan orang-orang Muslim ini dan pada masa hadapan tuan-tuan boleh berurusan langsung dengan mereka."
Kemudian, paderi besar melihat wajah Umar Lahmi sekali lagi seraya berkata, "Saya persilakan tuan datang ke rumah saya pagi esok. Pintu rumah saya sentiasa terbuka untuk tuan."
BAB 6 Pertemuan Ketiga

Isabella menjadi salah seorang peserta yang cukup besar minatnya di dalam perbincangan teologi itu. Selama perbincangan itu berlangsung, fikirannya menjadi penuh dengan perkara-perkara yang dibincangkan. Dia sudah tidak menghiraukan lagi segala aktiviti yang lain. Semua janji dibatalkannya, masalah-masalah sosial yang mengusutkan ditolak ke tepi. Setiap kali para paderi itu tidak dapat menjawab pertanyaan Umar Lahmi, Isabella membuat kesimpulan sendiri bahwa mereka memang tidak mempunyai jawaban dan kepercayaannya terhadap agama Kristian pun mulai goyah sedikit demi sedikit. Dalam ingatannya, terbayang dengan jelas peristiwa yang berlaku di rumahnya ketika bapanya berhadapan dengan Umar Lahmi.

Umar Lahmi bersama dengan beberapa orang sahabatnya telah datang ke rumah ketua paderi sesuai dengan perjanjian mereka waktu pertemuan di gereja besar. Paderi-paderi yang lain dan beberapa orang kenamaan dalam kalangan penganut Kristian juga ikut diundang. Ketibaan Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya pada pagi itu telah disambut dengan penuh hormat. Mereka ditempatkan di sebuah bilik yang berasingan dan dijamu dengan minuman serta kuih-muih yang lazat citarasanya.

Sebuah ruang telah disiapkan untuk perbincangan yang penting itu. Umar Lahmi dengan beberapa orang pengiringnya duduk berhadapan dengan empat puluh orang cendekiawan Kristian yang hebat-hebat. Isabella dengan teman-temannya serta beberapa orang wanita lain duduk di bilik sebelah.
Setelah semua duduk dengan selesa, ketua paderi berkata kepada Umar Lahmi, "Saya sudah tahu akan pertanyaan yang tuan mahu kemukakan teapi saya tidak mahu berbicara secara terperinci dan memanjangkan perbincangan ini. Saya cuma akan bercakap sepatah dua saja yang boleh mencapai tujuannya dalam beberapa minit. Apa yang saya maksudkan ialah Islam dan Kristian akan diuji tentang ajaran-ajaran dasarnya dan agama yang dapat memperlihatkan ajaran-ajaran yang terbaik, itulah agama yang benar. Bukankah begitu?"

"Saya tidak ada bantahan apa-apa dan saya bersedia untuk membincangkan tiap-tiap garis yang tuan pilih," kata Umar Lahmi, "memang benar hanya melalui ajaran sajalah Kristian dan Islam itu dapat diketahui benar atau palsunya."
"Bagus, bagus!" ujar ketua paderi dengan suara gembira. "Sudah tentu pertolongan Roh Kudus berada di pihak tuan dan tuan segera akan dipimpin keluar dari lorong yang salah masuk ke lorong yang benar. Nah, sekarang tuan telah bersetuju dengan garis yang saya cadangkan, saya ingin menyatakan bahwa dalam tiap-tiap agama ada dasar-dasar prinsip dan perkara-perkara yang terperinci. Saya mahu meletakkan di hadapan tuan inti dasar agama Kristian yang tidak lebih dari sepatah perkataan dan sebagai balasannya tuan juga mesti memberikan inti dasar agama tuan dengan sepatah perkataan juga. Tuan bersetuju?"
"Silakan! Saya bersetuju saja dengan cadangan tuan." jawab Umar Lahmi.

Ketua paderi itu berpaling kepada paderi-paderi lain dan berkata, "Cuba lihat! Beginilah caranya berbincang cuma dengan sepatah perkataan saja isu dapat diputuskan." Kemudian dia menoleh semula kepada Umar Lahmi, "Nah, sekarang dengar baik-baik. Inti dasar agama Kristian ialah kasih. Dengan sepatah perkataan ini saja agama Kristian telah disingkatkan. Sekarang giliran tuan pula memberikan inti dasar agama Islam dengan sepatah perkataan juga."
"Saya merasa bangga untuk menyatakan bahwa Islam telah meringkaskan inti dasar ajarannya dengan satu perkataan saja yang meliputi semua dasar prinsip dan perkara-perkara yang terperinci. Akar prinsip Islam dan ajarannya ialah Tauhid." kata Umar Lahmi.
"Kalau inti dasar Islam itu tauhid maka kasih tidak termasuk ke dalamnya. Selain daripada itu, kami juga mengatakan tauhid* sebagai inti agama kami." ujar ketua paderi itu. * dalam terjemahan 'Tauhid' disebut 'unity'. Erti tauhid ialah kesaksian akan keesaan Allah.

"Kalau tauhid menjadi inti dasar agama tuan, tuan harus mengetengahkannya. Kenapa pula tuan katakan kasih sebagai dasar agama tuan? Dan amat salah mengatakan dengan menerima tauhid sebagai inti dasar agama kasih terkeluar daripadanya. Sebaliknya menurut kenyataan bahwa kasih itu datang dari tauhid. Kalau tauhid tidak diambil dengan segala aspeknya maka kasih menjadi perkataan yang tidak bermakna. Untuk menerima kasih sebagai inti dasar agama bererti penolakan total terhadap tauhid atau menidakkannya sebagai inti dasar agama." jawab Umar Lahmi.

Ketua paderi itu menyambut jawaban Umar Lahmi itu dengan mengatakan, "Pokoknya ialah tauhid itu datang dari kasih dan bukan kasih dari tauhid."
"Itu suatu logika yang salah. Kalau tauhid datang dari kasih maka kasih menjadi perkataan yang tidak bermakna. Kerana tanpa tauhid, yakni kesaksian akan keesaan. Allah akan menidakkan kasih akan Allah yang sebenarnya kerana kasihkan Allah bergantung kepada ilmu tentang ketuhanan, dan ketauhidan merupakan pengakuan yang hakiki akan Allah. Dengan hanya kasih saja belum lagi menjadi bukti kasihkan Allah."
Umar Lahmi menghujah kata-kata paderi tua itu.

"Tuan telah memulakan perbincangan panjang. Apa yang saya maksudkan ialah kasih tidak ada tempat dalam Islam." ujar ketua paderi itu.
"Kalau kasih tidak ada tempat di dalam Islam," sahut Umar Lahmi dengan cepat, "maka bererti bahwa kasih tidak wujud sama sekali di dalam dunia ini. Walau bagaimanapun benarnya kata-kata tuan itu tetapi tidak ada sedikit juga kesan-kesan kasih dalam agama Kristian. Kasih cuma permainan bibir. Tidak ada ukuran dan tidak ada bukti."

Ketua paderi itu mula meradang. Air mukanya berubah.
"Begini! Sudah menjadi cogankata yang terkenal di dalam kitab kami bahwa Tuhan ialah kasih. Bukankah ini bukti tentang kasih itu?"
"Cuma pengakuan mulut saja," kata Umar Lahmi, "kecuali ada ukuran kasih itu. Teori kasih yang dikatakan itu tidak dapat diterima."
"Kini tuan membuat definisi tentang kasih pula. Bukankah dalam kitab kami ada disebutkan Tuhan bapa? Bukankah bapa itu mengasihi anak-anaknya?"
Umar Lahmi juga sudah mula gusar. Lalu dijawabnya, "Pokoknya, hanya dengan berulang-ulang menyebut perkataan kasih saja kita tidak akan sampai ke mana-mana kecuali semua syaratnya dipenuhi. Jikalau seseorang itu mengasihi seseorang lain maka dia harus membuktikan dengan pengorbanan diri dan hartabendanya dan barulah dapat dikatakan kasih yang sejati. Oleh sebab itulah Islam telah menentukan ketaatan dan amalan sebagai kriteria kasih yang dengan lain perkataan disebut pengorbanan diri dan hartabenda. Dalam AlQuran Allah berfirman kepada Nabi Muhammad "Katakanlah jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah akan daku agar kamu dikasihi oleh Allah dan diampuni dosa-dosamu; dan Allah Maha Pengampun lagi sentiasa mencurahkan rahmatNya. Katakanlah! Taatlah akan Allah dan RasulNya. Jika mereka tetap berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir*. Ayat ini telah memberikan ketentuan tentang ukuran kasih yang membezakan antara kasih sejati dengan kasih palsu. Tetapi di dalam agama tuan tidak ada kriteria kasih ini. Sesiapa saja yang munafik boleh bangun berdiri dan berkata dia kasihkan Allah."
* AlQuran, surat Al-Imran : 32-32

"Tuan mulai lagi perbahasan yang panjang. Saya mahu segala sesuatu itu meliputi banyak hal supaya keputusan dapat dicapai segera. Bagaimanapun, jikalau Quran tuan juga ada menyebut Tuhan bapa maka mana satu tingkat kasih yang paling tinggi?" ketua paderi bertanya.
"Kalau AlQuran menggunakan perkataan bapa untuk Tuhan maka itulah bukti yang paling besar akan ketidaksempurnaannya. Islam tidak pernah menggunakan perkataan yang mengelirukan ini untuk Tuhan tetapi sebaliknya ia ada menggunakan perkataan-perkataan yang lebih agung ertinya dibandingkan dengan perkataan bapa." jawab Umar Lahmi.
"Mulut tuan terlalu lancang mengatakan perkataan bapa itu mengelirukan."
Nada suara ketua paderi agak meninggi kerana dipengaruhi oleh perasaan marah.
"Cuba beritahu saya cepat apa perkataan yang digunakan oleh orang Islam sebagai ganti yang lebih baik daripada perkataan bapa?"

Melihat kemarahan ketua paderi itu, Umar Lahmi dengan tenang berkata, "Tidak ada sebab untuk naik darah. Saya mengatakan perkataan bapa itu mengelirukan kerana ia menjadi dasar tugas sekutu Allah. Tuan juga percaya kepada ketuhanan Kristus. Tentang perkataan yang lebih baik sebagai ganti perkataan bapa kami orang Muslim menggunakan perkataan Rab yang secara tidak langsung menyatakan ia zat yang memelihara kita dari awal sampai akhir dan pemeliharaanNya tidak pernah terhenti. Jadi dengan menggunakan perkataan Rab, Islam telah mengajarkan bahwa pemeliharaan kasih Allah terus menerus ada. Tetapi konsep bapa membawa makna bahwa bapa itu akan mengasuh anaknya sampai kepada satu waktu yang tertentu saja setelah itu dia tidak ambil peduli lagi. Selain daripada itu seorang bapa hanya dapat memelihara anak-anaknya dalam perkara-perkara opsional saja tidak dalam perkara-perkara di luar dari keupayaannya. Sebagai contoh kalau anak itu jatuh sakit, bapa tidak dapat menyembuhkan penyakit itu sementara orang di dalam pemeliharaan Allah adalah sebaliknya kerana Dia mempunyai kuasa atas segala sesuatu dan Maha Berkuasa. PemeliharaanNya kekal abadi. Ini membuktikan bahwa perkataan pemeliharaan adalah lebih sesuai dengan martabat Allah daripada perkataan bapa. Lagi pula perkataan pemeliharaan menunjukkan 'Keesaan Allah' sementara perkataan bapa pula menjadi punca menugaskan seorang sebagai sekutu kepada Allah di dalam dunia."

Ketua paderi itu kelihatan gelisah mendengar hujah Umar Lahmi tetapi dia cuba juga untuk menjawabnya dengan berkata, "Pengaruh pemeliharaan yang tuan katakan itu tidak dapat dibuktikan di dunia ini. Tuan tidak boleh menutup mata terhadap kasih bapa. Jadi, bagaimana orang dapat menerima perkataan yang tidak ada erti dan tidak ada bukti di dunia ini. Tuan tidak boleh menolak pengaruh kasih bapa."
"Malang sekali kepercayaan tuan kepada penebusan dosa telah menutupi pemandangan tuan, kalau tidak tentulah tuan tidak akan berkata serupa itu." kata Umar Lahmi.
"Tiap-tiap hari kita melihat anak kecil dipelihara dalam rahim ibunya. Kanak-kanak, orang remaja, orang dewasa terus menerus dipelihara. Pemerliharaan itu berterusan dari awal sampai akhir. Bukankah itu pekerjaan Rab yang kita saksikan setiap hari?"

"Kitab Suci Injil mengatakan bahwa Tuhan mempunyai kasih yang sedemikian rupa terhadap manusia di dunia ini sehingga Dia mengorbankan putera satu-satunya untuk menyelamatkan manusia. Apakah lagi bukti yang lebih baik tentang kasih bapa yang telah mengorbankan anak yang dikasihinya kerana kasih?" kata ketua paderi.
"Keterangan dari Injil itu sendiri telah membantah dakwaan tuan. Tuan maksudkan bahwa bapa itulah yang mengorbankan anaknya yang suci bersih demi manusia yang kotor dan penuh dosa," kata Umar Lahmi, "itulah pernyataan kasih bapa yang ditunjukkan dengan membunuh anaknya yang tidak bersalah? Tetapi Rab tetap berlaku adil kepada sesiapa saja. Sebaliknya Dia menghukum orang yang zalim. AlQuran dalam surat Al-An'am ayat 164 mengatakan 'Dan tiada seseorang yang berdosa memikul dosa orang lain'. Tetapi bapa tuan membunuh anak sendiri. Jikalau menyalib dan membunuh anak sendiri yang tidak berslaah dan tidak berdosa dikatakan kasih, maka kita tidak akan menyebutnya lagi sebagai kasih."

Ketua paderi berpaling kepada paderi-paderi lain sambil berkata, "Saya fikir orang ini cenderung kepada Jesus Kristus tetapi rupanya dia seorang pemungkar yang gigih. Semua yang telah saya katakan ialah perkara-perkara tinggi tetapi bagaimana orang-orang ini dapat memahaminya?"
Kemudian dia memandang Umar Lahmi, "Hati tuan sudah tertutup. Kristus tidak bersedia menerima tuan. Sekarang baiklah tuan pergi jauh dari sini. saya tidak mahu lagi berurusan dengan tuan. Tuan kemari hanya menggusarkan saya saja."
Kemudian dia berkata kepada paderi-paderi yang lain. "Kalian juga jangan lagi berurusan dengan orang-orang ini. Kalian sudah melihat betapa mereka sangat keras kepala. Tidak dapat menyetujui apa pun juga."
"Tapi tuan ..." Umar Lahmi mahu membantah.
"Tutup mulut tuan." Ketua paderi membentak. "Saya sudah tahu akan tujuan tuan datang ke mari dan tentang apa yang tuan mahu berbincang dengan kami."
Sambil mengucapkan kata-kata itu, ketua paderi memperlihatkan tatakrama Kristian. Dia terus bangun dan meninggalkan tamu-tamunya lalu naik ke bilik di tingkat atas. Melihat keangkuhan ketua paderi itu, Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya lalu bangun dan dengan suara kuat berkata, "Nasrum-min-a-Allahi wa fat-hunqarib*"
* pertolongan dari Allah dan kemenangan yang sudah dekat - surat Ash-Shaf :13

Mereka semua lalu keluar meninggalkan rumah ketua paderi sambil terus mengucapkan kata-kata itu berulang-ulang disaksikan oleh paderi-paderi dan hadirin yang lain yang masih belum hilang perasaan terkejut kerana sikap ketua suci mereka yang tiba-tiba saja meninggalkan perbincangan itu. Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya lalu berpisah, menuju ke rumah masing-masing.

Pada petang itu, Isabella bertemu semula dengan sahabat-sahabatnya di taman yang selalu mereka kunjungi. Mereka tidak duduk di tempat biasa, khuatir bertemu dengan Umar Lahmi dan sahabat-sahabatnya. Mereka berasa malu dengan sikap bapa Isabella yang sangat-sangat mereka hormati. Dalam pertemuan itu mereka bercakap tentang perbahasan yang telah berlaku pada pagi itu. Berbagai-bagai macam komen, pro dan kontra mereka keluarkan. Isabella lebih banyak mendengar. Perasaan dan fikirannya sarat dengan berbagai-bagai macam persoalan. Kepercayaannya kepada agama Kristian mulai mendapat godaan. Daripada hujah-hujah yang dikemukakan oleh Umar Lahmi, dia dapat melihat walaupun belum begitu yakin bahwa agama Kristian hampir menyerupai satu kepura-puraan yang tidak mempunyai dasar atau prinsip.

Waktu perbincangan awal dulu, Isabella berpendapat Peter dan Michael serta paderi-paderi yang lain itu tidak begitu dalam ilmunya sehingga mereka tidak dapat mematahkan hujah-hujah Umar Lahmi. Pada masa itu dia yakin dengan sepenuh hati akan bapanya, ketua paderi, dapat dengan mudah mengalahkan orang-orang Muslim itu kerana bapanya terkenal sebagai seorang yang alim dalam selok-belok agama Kristian. Kalau orang-orang seperti Michael dan Peter tidak dapat menundukkan Umar Lahmi, bapanya sudah tentu dalam waktu yang singkat dapat menutup mulutnya. Tetapi setelah mendengar perbincangan pada pagi itu maka dia sungguh amat kecewa terhadap bapanya. Kekecewaannya itu menjadi makin pedih apabila bapanya mengusir orang-orang Muslim itu pulang dan dengan angkuh meninggalkan majlis dan para tamu. Daripada kejadian itu terfikir olehnya bahwa dasar agama Kristian tidak lebih daripada semacam sarang labah-labah.

Sahabat-sahabat Isabella merasa gundah dengan sikapnya yang tidak banyak bercakap dan ketawa seperti biasa. Dia lebih banyak tenggelam dalam fikirannya sendiri tetapi mereka tidak berani bertanya. Mereka membiarkan dia terus dalam keadaan begitu dengan sangkaan akan berubah apabila peristiwa pagi itu dapat dilupakan.

Sedikit demi sedikit, Isabella mulai renggang daripada sahabat-sahabatnya. Dia kini lebih banyak menyendiri dan menumpukan perhatiannya kepada mempelajari isi Kitab Inji dan AlQuran. Dia membuat perbandingan untuk mencari yang mana satu di antara kedua agama itu mempunyai unsur-unsur kebenaran yang banyak dan yang mana pula berisi dengan khurafat. Dia mengukur perbandingan itu dengan menumpukan fikirannya kepada masalah-masalah tauhid, kerasulan, Kitab Suci AlQuran, salam, penebusan dosa, pengantaraan, erti dosa, tindakan manusia dan akibatnya.

Sudah sebulan masa berlalu dari tarikh pertemuan antara bapa Isabella dengan Umar Lahmi. Dalam masa itu Isabella secara bersembunyi telah beberapa kali menemui Umar Lahmi untuk mendapat penerangan yang lebih lanjut tentang masalah-masalah yang dihadapinya ketika membuat kajian perbandingan antara Islam dan Kristian. Isabella sudah mulai menundukkan kepalanya kepada Islam dan dia bukan lagi penganut Kristian yang taat. Tetapi untuk menukar agama merupakan satu masalah besar baginya. Fikirannya terganggu apabila datang keinginan untuk meninggalkan agama yang telah dianutinya sejak dia lahir ke dunia ini. Betapa besar cubaan dan godaan yang harus dihadapinya jika dia menyeberang ke agama Islam. Bapa, ibu, saudara-saudara perempuan dan kaum kerabat terpaksa ditinggalkannya dan betapa pula keadaan hidupnya di hari depan. Pada masa itu terlintas fikiran lain di kepalanya, cubaan dan godaan harus dihadapi di dalam mencapai jalan kebenaran dan setelah mengenali kebenaran, tentulah dia akan hina di hadapan Allah kalau dia tidak berterus-terang mengakuiNya.

BAB 7 Cendekiawan Islam


Kisah ini berlaku ketika pemerintah Islam di Sepanyol mulai membina masjid dan sekolah di seluruh negeri. Para cendekiawan dan ahli hukum Islam yang termuka telah datang ke negeri itu dari berbagai-bagai tempat. Di ibu negeri, Cordova, sistem pendidikan dan amalan telah pun diperkenalkan kepada penduduk. Ziad bin Umar merupakan salah seorang ahli falsafah, pentafsir Hadis dan Al-Quran yang ulung. Kealimannya tidak ada bandingan dan kerana ketulusan hatinya, kesucian serta kesahihannya maka dia dihormati dan dimuliakan di seluruh Sepanyol. Pada waktu siang, dia menghabiskan masa di universiti dengan mengajar dan pada waktu malam dia menghadiri perhimpunan para cendekiawan dan pegawai-pegawai kerajaan. Tempat kediamannya terletak tidak berapa jauh dari kampus Universiti Cordova. Biasanya sesudah selesai solat isyak, orang-orang yang hauskan ilmu agama akan berkumpul di rumahnya.

Pada suatu hari ketika satu pertemuak waktu petang sedang berlangsung di rumahnya, yang dihadiri oleh para cendekiawan dan ilmuwan yang terkenal, Ziad bin Umar turun dari tempat ibadatnya. Semua yang hadir berdiri penuh hormat. Setelah duduk, Ziad pun bertanya akan keadaan kesihatan masing-masing dan kemudian dia berkata kepada Umar Lahmi.

"Mudah-mudahan Allah memberikan taufik dan hidayatNya kepada usaha-usaha anda yang mulia. Anda telah berdakwah seruan kebenaran sampai ke dalam rumah orang-orang kafir dan menundukkan pula mereka. Anda telah menyampaikan seruan Allah."
Umar Lahmi dengan rendah hati menjawab, "Semuanya itu adalah berkat dari doa dan perhatian anda juga. Kalau tidak saya ini hanyalah seorang Islam yang lemah tidak berdaya dan berkat doa anda pula maka Isabella telah menerima agama Islam di dalam hatinya. Oleh sebab itu dia ingin sekali bertemu dengan anda, maka dia telah ada di sini sekarang."
"Isabella ada di sini?" tanya Ziad dengan nada gembira.
"Ya. Dia ditempatkan di bilik sebelah dan kalau diizinkan, dia akan dibawa menghadap." jawab Umar Lahmi.
"Sudah tentu. Kalau dia datang mahu menemui saya, benarkan dia masuk."
Asad, salah seorang yang hadir di pertemuan itu mencelah, "Demi Allah, tuan. Ini sungguh-sungguh suatu peristiwa penting. Sekarang ini terjadi kehebohan besar di kalangan orang-orang Kristian di Cordova. Tetapi apakah Isabella seorang saja yang tertarik kepada Islam ataupun ada orang lain lagi bersama-sama dengannya?"
Umar Lahmi memandang Asad. "Tentang hal itu, anda akan dapat mendengar sendiri daripadanya."
Satu suara lain terdengar di antara para hadirin. "Saya dengar orang-orang Kristian mahu membunuh Isabella."
"Sebegitu jauh Isabella telah mengambil langkah-langkah melindungi dirinya. Dia merahsiakan keislamannya sehingga belum ada yang mengetahui bahwa dia sudah memeluk agama Islam ataupun bermaksud akan melakukannya. Jadi, berita angin tentang orang mahu membunuhnya itu agak terlalu awal." jawab Umar Lahmi.
"Sekarang bawa Isabella ke mari." kata Ziad setelah mendengar percakapan Umar Lahmi dengan hadirin itu. "Kita akan mendengar cerita yang menarik dari mulutnya sendiri."

Isabella dijemput masuk ke majlis. Waktu melihat Ziad bin Umar duduk di tempat khas dikelilingi oleh para hadirin, Isabella dengan takzim menundukkan kepalanya memberi hormat lalu mengambil tempat di suatu sudut. Semua yang hadir mengucapkan selamat kepadanya dan memuji-muji keberanian dan ketegasannya membuat keputusan.

"Anakku, Isabella." ujar Ziad. "Saya bersyukur dan mengucapkan tahniah di atas pilihanmu kepada jalan kebenaran. Bahwa Allah telah mengeluarkan kamu daripada kegelapan dan telah menganugerahkan kepadamu nikmat Islam. Melepaskan kamu daripada cengkaman trinitas yang membingungkan. Allah telah membawa kamu ke jalan yang benar. Bagi mereka yang sudah kukuh kepercayaannya kepada Islam tidak akan takut dan gentar dengan segala macam kesukaran dunia ini biar betapa pun besarnya kerana Allah akan memimpinnya mengatasi semua kesukaran itu."
"Bapa yang mulia ...." Isabella mahu berkata.
Tetapi Ziad mengangkat tangannya, menyuruh dia bersabar.
"Anakku," kata Ziad, "panggilan serupa itu jangan kau gunakan lagi. Di dalam Islam, tidak ada kepausan seperti yang dilakukan oleh penganut-penganut agama Kristian terhadap paderi-paderinya. Dalam Islam ada persamaan hak yang sempurna. Tugas suci orang-orang alim ialah membimbing orang-orang Islam menurut Al-Quran dan Hadis Nabi SAW. Menjadi tugas tiap-tiap Muslim untuk mengikut bimbingan itu dan bukan mendewa-dewakan mereka ataupun menjadikan mereka itu berkuasa di atas semua urusan kehidupannya."

Isabella merasa malu. Cahaya kemerahan naik ke pipinya.
"Ajarlah saya bagaimana caranya mahu memanggil tuan dan pemimpin-pemimpin Islam yang lain."
"Panggillah saya dan orang-orang Islam lainnya dengan panggilan saudara atau kalau mahu ditambah, tambahlah dengan perkataan tuan." kata Ziad.
"Baiklah tuan. Saya akan mematuhi kata-kata tuan." ujar Isabella.
Setelah diam sejenak, dia lalu menyambung, "Tuan. Dengan petunjuk dan pertolongan Tuhan maka Dia telah menunjukkan kepada hamba yang hina ini jalan kebenaran dan keadilan dan membawa saya keluar dari jalan trinitas dan penyembahan salib. Yang menjadi pembuka jalan kepada saya ialah dari bimbingan guru rohaniah yang dermawan, Umar Lahmi, yang telah mendakwah kepada paderi-paderi Cordova samapi ke dalam rumah mereka sendiri. Melalui beliaulah, seruan kepada kebenaran ini sampai ke telinga saya. Saya dengan tulus ikhlas berdoa kepada Tuhan, mudah-mudahan kepadanya dianugerahkan segala kebajikan di dunia ini dan juga di akhirat. dan dengan doa tuan pula hidup dan mati saya di dalam Islam."
"Amin!" semua hadirin serentak mengucapkannya.

"Anakku," kata Ziad, "Allah menghendaki khidmat yang amat besar daripadamu. Sudah pasti seluruh orang Islam akan mendapat faedah yang besar melalui khidmat itu. Tetapi, apakah ada wanita-wanita lain yang telah ikut kau Islamkan?"
"Ya tuan. Empat sahabat saya yang sudah hilang kepercayaannya kepada agama Kristian sudah tertarik kepada Islam." ujar Isabella. "Dengan izin Tuhan, esok atau lusa saya akan bawa mereka kemari supaya mereka mendapat doa dari tuan dan pembersihan segala sisa syak wasangka tentang Islam kalau masih ada di dalam diri mereka."
"Saudara Isabella," Umar Lahmi menyampuk, "siapakah gerangan sahabat-sahabatmu itu? Demi Allah, kami belum lagi kenal dengan mereka dan kau pun tidak pernah memberitahu kami sebelumnya."
"Salah seorang daripadanya ialah anak guru teologi saya, Michael dan ada tiga orang lain lagi. Semua mereka ikut mendengar perbahasan tuan." ujar Isabella.
"Apakah benar-benar mereka itu sudah Islam dan kesemuanya telah melihat akan kelemahan agama Kristian? Apakah mereka telah pasti dengan kebenaran Islam? Ataupun mereka belum begitu berani untuk melepaskan agama nenek moyangnya dan berterus-terang memeluk Islam?" kata Umar Lahmi dengan agak ghairah.

Ziad tersenyum mendengar kata-kata Umar lalu dia menjawab dengan kata-kata yang bijaksana.
"Insya-Allah, Allah akan memberikan kepada mereka keberanian yang anda inginkan itu. Mari kita semua berdoa untuk mereka."
"Bawalah juga anak perempuan Michael pada suatu hari nanti supaya kita dapat menghilangkan keraguannya." kata Umar Lahmi kemudian.
"Esok atau lusa saya akan membawanya ke mari." ujar Isabella. "Jikalau keempat-empat mereka itu tidak dapat datang sekaligus sudah pasti seorang daripadanya, anak Michael akan saya bawa."
"Anakku," kata Ziad kepada Isabella, "dengar baik-baik kataku ini. Kamu menerima Islam ialah sesudah membersihkan semua keraguan yang ada di dalam dirimu. Jangan sekali-kali kerana kecurangan atau muslihat. Allah menghendaki keikhlasan hati dan Al-Quran menyebut bahwa hidup dan mati seorang Islam, solat dan baktinya, duduk dan berdiri, tidur dan berjalan, tiap-tiap sesuatunya adalah kerana Allah semata-mata dan kerelaan Allah hendaklah menjadi tujuan hidupnya."
"Saya mengaku bahwa Allah menjadi saksi, tuan. Saya menjejaki ambang Islam ini bukan kerana nafsu dan muslihat juga bukan kerana tujuan inginkan kekayaan dan kekuasaan. Tuan sendiri tahu tentang kehormatan yang diberikan kepada bapa saya di Cordova ini dan juga di seluruh Sepanyol." kata Isabella.
"Allah akan melimpahkan rahmatNya kepadamu dan memberikan keteguhan serta nikmatNya yang tidak terhingga." ujar Ziad.
Umar Lahmi menyampuk, "Hanya agama Islam saja, dengan menerimanya, Allah akan melimpahkan rahmatNya yang banyak ke atas pemeluknya dan semua dosa diampunkan."

Mendengar kata-kata Umar Lahmi menyebabkan Isabella tersenyum. Dia teringat pada pengampunan dosa yang dilakukan oleh para paderi.
"Semua dosa saya sudah diampunkan setiap minggu oleh paderi Cordova, yang bertanggungjawab terhadap jabatan penyiasatan."
Menundukkan kepalanya lalu menyambung, "Saya sekarang sudah bebas dari dosa dan suci bersih."
"Apakah maknanya jabatan penyiasatan itu dan apa maksudnya paderi memberi pengampunan dosa? Bolehkah manusia mengampunkan dosa?" tanya Ziad.
Mendengar pertanyaan itu, Isabella merasa malu sejurus.
"Tuan, cerita ini amat menarik, boleh jadi agak aneh pada pendengaran tuah kerana tuan tidak begitu mengetahui perkara-perkara yang terjadi di dalam agama Kristian."
Ziad menjadi tertarik dengan kata-kata Isabella.
"Sudilah anakku menceritakan hal ini kepada kami. Perkara-perkara yang menarik serupa itu tentu amat baik menjadi pengetahuan kami dan apatah pula tidak ada orang yang lebih tepat untuk menceritakannya selain daripada anakku."
"Tuan yang mulia. Penganut agama Kristian mempunyai suatu adat iaitu tiap-tiap orang duduk di depan 'altar' Kristus menghadap ketua paderi pada tiap-tiap minggu dan mengakui dosanya yang akan diampuni oleh ketua paderi menurut kepercayaan agama Kristian. Ketua paderi mempunyai kekuasaan untuk melakukannya kerana dia dianggap sebagai wakil St. Petrus." kata Isabella.
"La haula wala quwwata illa billa." kata Ziad. "Bolehkah manusia mengampunkan dosa selain daripada Allah. Inilah sebabnya mengapa Al-Quran menuduh Kristian menjadikan paderi dan anggota tertua gereja mereka sebagai 'Rab' selain Allah. Apakah ada hak paderi-paderi itu mengampunkan dosa?" suaranya mengandungi kehairanan.
"Ya," jawab Isabella, "asalkan yang berdosa itu mengakui dosanya yang terang dan yang tersembunyi di depan paderi. Kalau dia masih menyembunyikan juga maka dosanya tidak dapat diampunkan."

Umar Lahmi mencelah, "Jadi untuk mendapat pengampunan dosa segala macam perbuatan kotor mestilah didedahkan? Bagaimana cara kita mahu mendapatkan pengampunan itu?"
Isabella menundukkan mukanya. "Tiap-tiap orang hendaklah pergi ke gereja besar menurut waktu yang telah dijanjikan. Kalau di sini perjanjian itu dibuat dengan Michael atau Peter dan kemudian ..."
"Wanita-wanita juga ikut hadir?" tanya Umar Lahmi lagi.
"Ya, tiap-tiap gadis dan pemuda yang dewasa hadir di situ. Paderi akan bertanya tentang dosa yang telah mereka lakukan pada minggu berikutnya. Setelah dosa-dosa itu didedahkan dan pengakuan dibuat, paderi lalu meletakkan tangannya di atas kepala yang berdosa dan berkata, "Kini kamu boleh pergi. Dengan restu Jesus Kristus semua dosamu telah diampunkan."
"Apakah paderi itu bertanya kepada seseorang itu secara bersembunyi ataupun di depan orangramai secara terbuka?" tanya Umar Lahmi dengan penuh minat.
Isabella dengan cepat menjawab. "Tidaklah begitu memalukan kalau tiap-tiap orang disuruh mengaku secara sulit. Tetapi yang berlaku ialah diminta mengaku di depan semua yang hadir. Sijil pengampunan juga dikeluarkan."
"Astagfirullah! Walaupun di depan pemuda-pemudi yang belum kahwin?" tanya Umar Lahmi,
"Ya." ujar Isabella sambil menundukkan mukanya dengan rasa malu. "Malah pemuda dan pemudi yang belum kahwin terpaksa mengakui dosanya di depan umum dan dapat didengar oleh semua orang."
"Astagfirullah." Umar Lahmi beristigfar panjang. "Dalam membuat pengakuan dosa mereka serupa itu banyak perkara yang memalukan akan terdedah. Andaikata seseorang itu telah mencuri, dia terpaksa mengaku di depan ..."
"Bukan saja mencuri," ujar Isabella "perbuatan yang paling hina dan keji pun terpaksa diakui di depan umum. Kalau dia tidak mengaku atau menyembunyikan sesuatu maka pengampunan tidak diberikan dan yang berdosa itu akan masuk neraka."
"Tentulah amat buruk kesannya kepada moral pemuda-pemudi yang belum kahwin?" kata Umar Lahmi.
"Sudah tentu. Tetapi di kalangan penganut Roman Katolik, dosa itu tidak begitu penting dibandingkan dengan usaha mendapatkan pengampunan dosa yang terlalu mudah. Orang-orang dengan senang boleh melakukan dosa." kata Isabella.
Salah seorang yang hadir mencelah, "Dosa orang biasa juga diampunkan oleh paderi sendiri?"

Setelah sekian lama berdiam diri kerana mendengar soal jawab Umar Lahmi dan Isabella, Ziad sambil tersenyum berkata perlahan seolah-olah kepada dirinya sendiri.
"Barangkali paderi-paderi itu tidak ada melakukan dosa." Sesudah berkata serupa itu, dia lalu meminta diri naik ke atas untuk menunaikan solat dan berwirid.
Isabella menundukkan kepalanya cuba menyembunyikan perasaan malu.
"Tuan tidak dapat membayangkan betapa pemimpin-pemimpin agama kami melakukan dosa. Lebih-lebih lagi para rahib yang kebanyakan hidup penuh bergelimang dosa."
"Apa?" Umar Lahmi terperanjat mendengar kata-kata Isabella.
"Apakah kehidupan pemimpin-pemimpin agama itu lebih buruk daripada orang-orang biasa? Apa yang saudara katakan ini? Jangan kerana saudara menjadi Islam, saudara membuat tuduhan palsu terhadap orang lain. Menurut Al-Quran, hukuman terhadap tuduhan palsu amat berat."
"Memang benar. Tuan boleh berkata serupa itu kerana tuan tidak tahu terutama tentang catatan hitam kehidupan para rahib dan kerana tuan tidak dapat membayangkan perbuatan-perbuatan keji mereka, tuan tidak bersalah kalau menuduh saya berbohong ataupun tidak percaya dengan keterangan saya." kata Isabella.

"Benarkah ini satu kenyataan?" ujar Umar Lahmi lagi dengan suara rendah, seolah-olah merasa menyesal dengan ucapannya tadi. "Kalau begitu cubalah ceritakan kepada kami secara terperinci."
Semua yang hadir ikut mendesak Isabella memberikan sedikit penerangan tentang cara-cara amalan yang dilakukan oleh penganut-penganut agama Kristian supaya mereka mendapat sedikit idea untuk membandingkannya dengan agama Islam.
"Saudara-saudara tentu tahu," kata Isabella setelah diam sejurus mempertimbangkan permintaan hadirin itu, "bahwa mengabaikan dunia dan pengorbanan diri oleh para rahib sangatlah dituntut di dalam agama Kristian. Oleh sebab itu, kebanyakan daripada paderi terdiri daripada rahib-rahib atau orang yang telah membuang dunia. Untuk mencapai keselamatan, mereka mesti menderita kesusahan dan menyeksa dirinya. Dengan cara yang serupa bila kaum wanita menjadi rahib perempuan yakni mereka mengikuti jejak Maryam dan hidup tanpa kahwin. Tetapi dalam wakut yang sama rahib lelaki dan rahib perempuan tidak dapat mempertahankan kesuciannya. Rahib dan pemimpin-pemimpin agama juga berlaku curang dan rahib perempuan seringkali hilang kesuciannya. Kerana ada sistem pengakuan dosa, para rahib itu mendapat satu kesempatan baik untuk memuaskan nafsu bejatnya. Rahib perempuanlah yang kebanyakannya terlibat di dalam kebejatan moral itu. Sementara rahib lelaki ada yang tidak memilih bulu sampai-sampai kepada ibu dan saudara perempuannya jua." Isabella mengucapkan kata-kata yang terakhir itu dengan penuh rasa malu dan tanpa disedari peluh menyucur keluar dari dahinya.
Semua yang hadir serentak mengucapkan "Astagfirullah! Astagfirullah!"

Setelah diam sejurus lamanya, Umar Lahmi lalu berkata "Keadaan yang serupa ini berlaku kerana agama Kristian memuliakan kehidupan tanpa kahwin dan sistem pembujangan yang bertentangan dengan tabii manusia dan undang-undang Tuhan. Suatu hujah yang kuat tentang kepalsuan agama Kristian ialah ia memaksakan undang-undang serupa ini ke atas manusia yang berlawanan dengan sifat semulajadi dan sudah pasti manusia tidak dapat mematuhinya. Kerana itu, Nabi kita menyatakan: 'Tidak ada pembujangan di dalam Islam' yakni tidak ada pembujangan atau membuang dunia di dalam Islam. Nabi juga bersabda "Nikah itu adalah sunnahku maka sesiapa yang tidak suka beramal dengan sunnahku maka tidaklah dia daripada golonganku". Kitab Suci Al-Quran* juga ada menyebut 'Kemudian mereka mengadakan rabbaniyah* yang kami tidak memfardhukan ke atas mereka'. Mereka orang-orang Kristian tidak dapat mengawal pembujangan. Betapa mereka dapat mengawali sesuatu yang tidak wajar dan bertentangan dengan undang-undang tabii."

* AlQuran S57:27 * terlalu menekunkan diri dalam beribadat, menjauhkan diri dari masyarakat dan tidak mahu beristeri.

"Apakah Islam melarang pembujangan dan membuang dunia?" tanya Isabella.
"Sudah tentu. Apa yang saudara dengar tadi ialah hukum di dalam Al-Quran dan dari Hadiths." jawab Umar Lahmi.
Isabella sangat terharu mendengar keterangan itu dan kemuliaan Islam semakin dalam membekas di dalam hatinya. Tiba-tiba salah seorang daripada hadirin bersuara.
"Jadi para rahib itu tidak dapat membezakan antara yang hak dengan yang batal dan yang benar dengan yang salah?"
"Banyak sekali perkara yang memalukan," ujar Isabella "kita dapat menilainya sendiri apabila kehormatan ibu dan saudara perempuan tidak dapat dipercayakan kepada mereka maka apalagi yang tak dapat mereka lakukan?"
Seorang lain yang hadir bertanya "Apakah rahib perempuan juga berbuat kecurangan?"
"Allah melindungi kita semua. Keadaan mereka adalah lebih buruk lagi daripada rahib lelaki." ujar Isabella. "Kebanyakan mereka hidup penuh kehinaan. Sejarawan Eropa pernah menulis tentang tengkorak bayi yang dijumpai di dalam tangki sekolah rahib perempuan bila tangki itu dicuci. Bayi-bayi itu dicampakkan ke dalam tangki untuk menyembunyikan perbuatan di luar nikah."
"Semua perkara ini berlaku kerana kepercayaan kepada penebusan dosa itulah." kata Umar Lahmi lagi. "Kepercayaan itu seperti semacam keizinan kepada penganut Kristian untuk berbuat dosa."
"Memang benar." kata Isabella. "Tuan pun telah mengetahuinya. Dengan kepercayaan kepada penebusan dosa maka ketakutan kepada dosa menjadi hilang dan tiap-tiap orang yakin bahwa dengan membuat pengakuan di hadapan paderi semua dosa akan diampunkan."

"Allahu Akbar!" Umar Lahmi mengeluh panjang. "Keagungan dan kebesaran Islam jelas dari kenyataan bahwa di samping menolak kepercayaan penebusan dosa, ia menekankan pekerti yang baik sebagai dasar keselamatan dan kebahagiaan dan pada waktu yang sama menganjurkan prinsip 'barangsiapa yang berbuat kebajikan walaupun sebesar zahra akan diberi pahala dan barangsiapa yang berbuat jahat walaupun sebesar zahra akan menerima balasan."
Satu suara dari antara hadirin menyampuk.
"Saudara Isabella, saudara tentu tahu bahwa kepercayaan kepada penebusan dosa itu telah menyebabkan penganut-penganut Kristian melakukan dosa tetapi ada sebab lain lagi iaitu orang-orang Kristian menganggap semua nabi itu berdosa belaka dan berpendapat mereka itu telah melakukan berbagai dosa dalam hidup mereka."
"Pendapat itu tidak benar. Jikalau semua nabi suci dianggap berdosa maka siapa lagi yang akan tinggal untuk membenci dosa? Dan apa pula hak mereka untuk mencegah orang lain dari berbuat dosa?"
"Saudara benar," kata Umar Lahmi " tetapi bagaimana pula pendapat saudara terhadap anggapan penganut-penganut Kristian bahwa, dijauhkan Allah, nabi-nabi suci itu penyembah berhala, penzina dan pembohong?"
"Oh tuan! Benarkah itu kepercayaan Kristian dan mereka menganggap nabi-nabi sebagai penyembah berhala dan pembohong? Kalau benar, manakah satu kitab Kristian yang menyebutnya?" tanya Isabella agak terperanjat.
"Saudaraku. Saudara belum tahu lagi tentang idea-idea Kristian dan untuk membenarkan dosa mereka maka mereka membuat tuduhan yang serius kepada nabi-nabi. Kerana saudara belum mengkaji secara menyeluruh kitab-kitab suci agama Kristian maka saudara terperanjat mendengar kata-kata saya." jawab Umar Lahmi. "Saya berani menjamin bahwa kalau Islam tidak ada dan Penghulu segala Rasul yang menjadi jagoh dari semua kebajikan tidak membuka keduk tentang kepalsuan Kristian dan Yahudi, maka tidak seorang pun akan menemui kebenaran tentang kesucian nabi-nabi."

"Apakah orang-orang Kristian itu begitu tidak malu, masih juga percaya kepada nabi-nabi sedangkan nabi-nabi itu mereka anggap orang yang berdosa? Barangkali tuan salah mengerti. Saya belum pernah mendengar dari sesiapa pun bahwa nabi-nabi menyembah berhala atau bercakap bohong. Bolehkah tuan membuktikan dakwaan tuan itu melalui kitab-kitab agama Kristian?" kata Isabella.
"Sudah tentu dari kitab-kitab suci agama saudari." jawab Umar Lahmi.
"Kitab-kitab suci agama saya?" Isabella hairan dan terperanjat. "Kitab suci agama saya ialah Al-Quran."
Umar Lahmi tersenyum dan cuba membetulkan kesilapannya. "Maksud saya kitab-kitab yang saudara anggap sebagai kitab-kitab agama Kristian. Kitab-kitab itu ada mengandungi hal-hal serupa itu."
"Agak aneh," ujar Isabella "cuba perjelaskan sedikit."
"Maksud saya," jawab Umar Lahmi "dalam kitab-kitab suci agama Kristian ada dijelaskan nabi-nabi itu sebagai penzina dan penyembah berhala. Ada disebutkan bahwa Nabi Lot telah membuntingkan kedua anak perempuannya." Umar Lahmi lalu mencapai Kitab Perjanjian Lama.
"Lihat Injil Kejadian bab 19 ayat 36. Tentang Nabi Daud dikatakan telah tidur dengan Batsyeba binti Eliam isteri Uria orang Het. Lihat 2 Samuel bab 11 ayat 4. Kemudian ada dikatakan pula tentang Nabi Simson yang juga telah tidur dengan seorang perempuan sundal waktu dia sampai di Gaza kemudian jatuh cinta kepada seorang perempuan di Lembah Sorek yang namanya Delila, lihat Injil Hakim-Hakim bab 16:14."
"Astagfirullah," sahut orang-orang yang hadir. "Muga-muga Allah mengutuki orang-orang Yahudi dan Kristian. Astagfirullah! Astagfirullah!"

Isabella merasa amat malu. Peluh dingin memercik dari tubuhnya. Lama dia tidak dapat berkata-kata.
"Cuba dengar ini pula," kata Umar Lahmi menyambung "dalam kitab suci Kristian nabi-nabi juga dikatakan sebagai pendusta. Yakni meskipun mereka itu menjadi nabi tapi mereka tetap bercakap bohong. Mula-mula tentang Nabi Simson. Dia telah berbohong kepada Delila tentang rahsia kekuatannya. Delila cuba mencungkil rahsia kekuatan Nabi Simson itu kerana dia mendapat upah daripada orang-orang Filistin yang mahu menangkap Nabi Simson. Lihat Injil Hakim-Hakim bab 16:6-15. Kemudian tentang seorang nabi lain yang tidak disebut namanya di dalam Injil telah berbohong kepada seorang abdi Tuhan yang tidak mahu pergi ke rumahnya sehingga akhirnya abdi itu percaya kepadanya dan mengikutnya. Lihat Injil 1 Raja-Raja bab 13:18. Seorang nabi lain membuat cerita palsu kepada raja dengan membalut kepalanya yang luka bukan kerana pertempuran di dalam perang tetapi dia sengaja menyuruh orang memukulnya. Lihat Injil 1 Raja-Raja bab 20:37-39. Dalam Injil 2 Raja-Raja pula pada bab 22:13-15 Nabi Mikha bin Yimla disuruh berbohong kepada raja Israel. Nabi Yeremia pula banyak sekali bercakap dusta. Lihat Injil Yeremia bab 38."
Kemudian Umar Lahmi berkata kepada Isabella. "Saudari cukup kenal dengan St Petrus, bukan? Apa kata orang-orang Kristian terhadapnya?"
"Orang-orang Kristian percaya St Petrus sebagai nabi wali dan semua paderi besar dianggap sebagai pengganti St Petrus dan kerana itu pula maka mereka diberi kuasa untuk mengampunkan dosa." jawab Isabella.
"Memang benar." kata Umar Lahmi. "Tetapi tidakkah ada dikatakan dalam kesemua empat-empat Injil bahwa ketika musuh menangkap Jesus Kristus dan kemudian mereka mahu menangkapnya sama, dia lalu menyangkal ada mengenali Jesus Kristus. Dia mengutuk dan menyumpah-nyumpah sampai tiga kali bahwa dia tidak mengenali Jesus Kristus dan Jesus pun pernah berkata kepadanya: 'Sebelum ayam berkoko engkau telah menyangkal aku tiga kali'.*

*lihat Injil Matius bab 26:69-75, Injil Markus bab 14:66-72, Injil Lukas bab 22:56-62 dan Injil Yohanes bab 18:19-24

"Memang benar ada ditulis begitu." jawab Isabella. "Saya belajar Injil setiap hari dari guru saya, Michael."
"Sekarang lihat pula bukti perkara yang ketiga. Menurut orang-orang Kristian, nabi-nabi itu penyembah berhala. Ini ada tertulis dalam Injil Keluaran yang menjadi bahagian keempat Kitab Taurat. Pada bab 32 ayat 4-6 ada dikatakan bahwa Nabi Harun telah menerima barang-barang emas orang-orang Israel lalu dibuatnya anak lembu dan disuruh mereka menyembahnya. Pada bab 11 dari Kitab Raja-Raja di bawah tajuk 'Salomo Jatuh ke Dalam Penyembahan Berhala' ada disebutkan bahwa Nabi Sulaiman mencintai banyak perempuan asing dan atas desakan isteri-isterinya ikut menyembah berhala pada ketika usianya sudah lanjut dan dengan demikian telah menyekutukan Allah. Astagfirullah." kata Umar Lahmi.
"Mudah-mudahan Allah melindungi kita." jawab Isabella.
"Cuba lihat ini," sambung Umar Lahmi "di dalam Injil ini saya telah meletakkan tanda pada lembaran-lembaran penting. Saudara boleh melihatnya sendiri,. Saya tidak berbohong."
Injil itu diserahkan kepada Isabella untuk dilihatnya. Isabella menyambut dan terus membuka halamannya untuk melihat.

"Tujuan saya memperlihatkan perkara ini," kata Umar Lahmi "ialah kerana orang-orang Kristian itu terlalu lancang dan berani membuat berbagai macam dosa kerana menurut mereka nabi-nabi juga ada membuat dosa dan mereka berpendapat apabila nabi-nabi itu tidak dilucutkan kenabiannya maka mengapa pula orang-orang biasa mesti dihukum atas dosa yang sama."
"Apakah Al-Quran ada mengatakan nabi-nabi itu orang yang suci?" tanya Isabella.
"Itulah kelebihan Al-Quran yang paling agung. Al-Quran dengan tegas menyangkal semua idea dan tuduhan yang dibuat oleh orang-orang Yahudi dan Kristian. Al-Quran menyatakan bahwa nabi-nabi tidak pernah berfikir untuk melakukan dosa apatah lagi untuk benar-benar melakukannya." kata Umar Lahmi. "Lihat Al-Quran Surat Hud yang mengatakan antara lain bahwa apa yang dilarang oleh nabi-nabi itu mereka tidak pun pernah berfikir akan melakukannya* dan menurut Al-Quran nabi-nabi tergolong dalam golongan insan yang suci."

* "... dan tiada aku berkehendak akan mengerjakan sesuatu yang aku larang kamu mengerjakannya" AlQuran S11:88

"Tidakkah Al-Quran ada menyebut bahwa Adam ada memakan buah yang dilarang? Bukankah melanggar perintah Tuhan itu satu dosa?" tanya Isabella.
:Definisi dosa ialah sesuatu perbuatan yang terlarang dilakukan dengan sengaja," jawab Umar Lahmi "sesuatu yang dilakukan dalam keadaan tidak sedar tidak dianggap berdosa. Misalnya seseorang yang sedang berpuasa dilarang minum atau makan tetapi jikalau dia makan dan minu dalam keadaan terlupa, puasanya itu sah dan dia tidak berdosa. Nabi Adam memakan buah yang terlarang dalam keadaan terlupa seperti yang disebutkan Al-Quran dalam Surat Taha iaitu Allah telah menerima pengakuan Adam kerana dia telah terlupa dan Allah tidak melihat ada kesengajaan dengan perbuatannya itu." *

* "Sesungguhnya telah kami janjikan kepada Adam sebelumnya, lalu dia lupa dan tidak mempunyai cara berfikir yang kuat," Al-Quran S20:115

"Maha Suci Allah. Tahulah saya sekarang bahwa Adam tidak melakukan dosa. Kalau tidak, pada paderi Kristian selalu mendakwa Al-Quran ada mengatakan Adam itu orang berdosa." ujar Isabella. Dia kemudian melihat jam. "Oh, saya sudah terlalu lewat dan mesti pulang ke rumah segera. Bapa saya dan ibu tentu sedang menunggu saya pulang dan saya pun belum lagi makan."
"Kalau saudari mahu makan di sini bersama kami juga boleh. Dapat kami sediakan menurut makanan biasa guru kami, Ziad. Sudikah saudari makan di sini?" tanya Umar Lahmi.
"Terima kasih banyak. Tetapi saya lebih suka makan di rumah, kadang-kadang ibu saya tidak akan makan sampai saya pulang. Dia biasa menunggu saya untuk makan bersama-sama." jawab Isabella.
Umar Lahmi tersenyum kecil mendengar jawaban Isabella. "Berapa lama dia dapat menunggu makan bersama-sama saudari agaknya kerana pada suatu hari nanti rahsianya akan bocor juga?"
"Itu kita serahkan kepada keadaan tetapi buat masa ini, izinkanlah saya pulang dulu."
"Jadi bila saudari akan membawa sahabat-sahabat saudari ke mari?" tanya Umar Lahmi.
"Esok kalau tidak ada halangan. Paling lambat lusa. Saya mohon doa tuan-tuan agar mereka diberi petunjuk ke jalan yang benar seperti saya." kata Isabella.
"Amin!" Para hadirin menyahut serentak.

Isabella lalu bangun. Umar Lahmi dan para hadirin ikut bangun menghormatinya.
"Sampaikan salam saya kepada Tuan Ziad." kata Isabella kepada Umar Lahmi sebelum dia meninggalkan majlis itu.

BAB 8 Isabella Di Rumah


Setelah meninggalkan majlis yang penuh bererti dan banyak memberikan harapan, Isabella pulang melalui jalan yang terus menuju ke rumahnya; melewati Qasrus Syuhada dan terus ke Suqul Asafir. Pertemuan dgn Ziad bin Umar telah meninggalkan kesan yang cukup mendalam di hati sanubarinya. Perasaannya riang gembira sehingga dia tidak menghiraukan keadaan sekeliling. Dia menhayunkan kaki perlahan-lahan dengan teratur. Matanya tunduk ke bawah. Kira-kira setengah jam kemudian dia pun sampai ke rumahnya. Dilihat ibu sedang menunggu kepulangannya di pintu rumah dalam keadaan gelisah.

"Kemana kau pergi sehingga pulang lewat serupa ini?" tanya ibu sebaik-baik saja dia mengucup tangannya.
"Saya di rumah kawan, mama." jawab Isabella. Tetapi dia tidak menyebut nama kawannya walaupun didesak ibunya.
Ibunya segera menyuruh pembantu rumah menyediakan makanan. Mereka lalu makan bersama-sama. Kemudian bapa Isabella pula datang dan ikut makan. Mereka tidak banyak berbicara di meja makan. Setelah selesai, masing-masing masuk ke dalam bilik. Malam itu, Isabella tidak ke mana-mana. Dia terbenam di dalam biliknya sambil mentelaah tafsir Al-Quran yang diberikan oleh Umar Lahmi.

Di waktu pagi, dia terbangun apabila mendengar suara muazzin yang mengumandangkan azan subuh dari menara Masjid Cordova. Betapa merdu laungan itu sampai ke telinga di pagi yang bening, membangunkan orang-orang yang sedang tidur supaya mengerjakan solat subuh, rukuk dan sujud kepada Allah Yang Maha Besar. Betapa mempesonakan kata-kata Allahu Akbar! Allahu Akbar! Berbeza daripada bunyi loceng gereja yang juga mulai memecah keheningan pagi dengan keriuhan yg tidak ada erti. Suara muazzin yang beralun-alun menusuk sukma secara mendalam sementara bunyi ding-dong, ding-dong loceng hanya menggegarkan perasaan secara tidak menentu. Dua macam cara yang membezakan dua macam agama. Tidak lama kemudian pemeluk-pemeluk agama Islam yang taat mulai keluar meninggalkan masjid sesudah menyerahkan jiwa dan raga kepada Allah. Kaum buruh, peniaga dan petani masing-masing menuju ke tempat kerja, pasar dan ladang mulai ramai. Kicauan burung mulai tenggelam oleh suasana siang.

Mendengar panggilan beribadat itu, Isabella pun bangun dari tempat tidurnya. Setelah membersihkan diri, dia pun masuk ke dalam bilik bacaan di rumahnya, duduk di suatu sudut mentelaah sebuah kitab. Sedang asyik dia dengan kitabnya, pintu bilik diketuk orang. Isabella agak hairan. Siapa gerangan yang mengetuk pintu bilik di waktu pagi begini. Dia tahu bapa dan ibunya masih bersembahyang di gereja besar. Mereka akan pulang ketika hampir waktu sarapan.

"Siapa?" tanya Isabella.
"Kami!" sahut suara di luar.
Isabella kenal suara itu. Suara gurunya, Michael. Dengan segera, dia bangun membuka pintu. Isabella sangat terperanjat melihat Michael dan Peter berdiri di depan pintu. Dia dengan segera menundukkan kepalanya memberi hormat dan mempersilakan mereka masuk. Ketika dia hendak menutup pintu, bapanya pula muncul. Perasaan Isabella menjadi gempar melihat kehadiran bapanya, Michael dan Peter secara serentak. Dia lalu meminta diri kerana sangkanya mereka hendak membincangkan sesuatu perkara yang penting. Boleh jadi masalah yang berhubungan dengan orang-orang Islam.

"Kau tunggu!: Bapanya memberi isyarat dengan tangan. Perasaan Isabella menjadi semakin gempar dan kecut apabila mendengar arahan bapanya yang aneh. Tentu kedatangan gurunya dan Peter secara tiba-tiba itu ada hubungan dengan dirinya. Barangkali pertemuannya dengan orang-orang Islam telah sampai ke pengetahuan mereka.
"Duduk!" Bapanya memberi arahan.
Isabella pun duduk di sebuah kerusi yang agak jauh sedikit tetapi berhadapan dengan bapanya. Dia melihat urat-urat timbul di wajah bapanya. Air mukanya yang selalu lembut itu agak tegang, sekali-sekala dia menggigit-gigit bibirnya menahan perasaan. Ibu Isabella juga dipanggil masuk. Bapa Isabella pun membuka mulutnya. Mula-mula dia tujukan kepada ibu Isabella. Kemudian kepada Michael dan Peter.
"Tahukah kamu akan keadaan anak ini sekarang? Betapa dia memalukan dan menghina kita. Kerana memikirkan hal itulah maka saya memanggil anda berdua ke mari."

Peter kelihatan terperanjat. Dia memandang Isabella dan berkata, "Oh, ada apa?"
"Perkaranya amat serius," ujar ketua paderi "sudah agak lama saya mendengar berita anak ini telah meninggalkan agama Kristian dan secara sembunyi-sembunyi memeluk agama Islam."
"Apa? Apa?" Helena, ibu Isabella, hampir memekik mendengar kata-kata suaminya. "Apa anda katakan ini? Jesus Kristus tidak akan mengizinkan. Tetapi kenapa anda begitu meradang pagi ini sehingga tanpa sebab menuduh anakku masuk Islam?"
"Apa yang aku katakan ini adalah benar." jawab ketua paderi. "Kalau tidak hari ini, beberapa hari lagi kau akan mengetahuinya juga."
"Bapa yang suci," sampuk Peter "kata-kata bapa agak aneh. Isabella seorang anak yang baik. Dia telah belajar teologi. Dia tidaklah begitu bodoh untuk menerima agama Islam yang terkutuk itu."
"Saya tidak tahu kenapa anda berprasangka begitu." ujar Helena seraya bangun mendekati Isabella yang sedang duduk dalam ketakutan di sudut bilik.
Helena memegang bahunya dan berkata "Kau dengar apa yang dikatakan oleh bapamu?"

Isabella diam dan tunduk. Waktu itu bapanya memberi isyarat kepada Michael supaya bertanya.
"Anakku," kata Michael "benarkah kau telah memberontak terhadap agama Kristian? Benarkah begitu? Kalau ada orang yang menuduh kau serupa itu, kau mesti membantahnya."
Isabella mengangkat muka memandang Michael. Kemudian segera tunduk kembali dan mendiamkan diri. Air matanya berlinang.
"Nah, tengoklah," kata Helena "bukankah telah aku katakan ada orang yang membuat dakwaan palsu terhadap anakku. Apa bantahan yang dapat dia buat? Airmatanya itulah saja yang dapat menjawab tuduhan dia memberontak terhadap agama Kristian. Tuduhan itu palsu."
"Cuba anda diam dulu. Biar Isabella menjawab sendiri." ujar ketua paderi dengan perasaan gusar melihat ibu Isabella ikut campur. "Nah, anakku. Cuba ceritakan benar atau tidak laporan mengenai dirimu itu?"
"Saya belum menerima Islam dan masih tetap menjadi penganut Kristian." jawab Isabella.
"Kalau kau belum lagi terima Islam apakah kau akan menerimanya nanti?" Michael segera bertanya.
"Kenapa bapa tanya saya tentang hari depan?" Isabella memandang Michael dan menentang matanya. "Saya juga boleh bertanya serupa itu kepada bapa."
"Nah, kalau begitu cuba terangkan pendapatmu tentang agama Islam." kata Michael membalas tenungan Isabella.

Isabella tidak menjawab segera. Dia memandang muka bapanya yang masih tegang menggigit bibir. Dari muka bapanya dia beralih ke muka ibunya yang sudah kembali ke tempat duduknya. Mukanya membayangkan kesan-kesan kegelisahan. Kemudian melihat muka Peter. Paderi tua itu tenang tetapi ada tanda-tanda kegoncangan perasaan di dalam.
"Saya tidak pernah menghina Islam." katanya sambil melihat wajah Michael. "Kerana di dalam Kitab Suci Islam, Jesus diberi kemuliaan sebagai nabi yang suci dan orang-orang Islam memuliakannya."
"Kalau begitu kamu cintakan Islam dan orang-orang Islam?" Michael mengajukan pertanyaan dengan cepat.
"Bapa boleh mengatakan serupa itu ataupun dengan perkataan lain yang bapa suka." jawab Isabella. "Bagaimanapun saya bukanlah orang yang tidak berbudi. Jikalau orang-orang Islam memuliakan Kristus kita maka saya pun memuliakan nabi dan kitab suci mereka."
"Jadi sudah jelas sekarang ini bahwa di dalam hati kamu, kamu telah menjadi seorang Islam, kalau tidak masakan kamu memuji Islam dan penganutnya begitu." kata Peter cuba memerangkap Isabella. "Nah, beritahu kami apa fikiranmu terhadap agama ygn kamu anuti sekarang yakni agama Kristian?"

Isabella dapat menangkap arah tuju pertanyaan paderi tua itu.
"Saya beriman dengan Kitab Injil dan semua kitab yang diwahyukan tetapi saya tidak mahu terima segala cacat-cela yang telah dimasukkan ke dalam agama oleh penganut-penganut Kristian sekarang ini."
Mendengar jawaban itu, bapa Isabella lalu berkata ke arah Michael, Peter dan ibu Isabella.
"Kita sekarang sudah tahu fikirannya. Sudah tidak ada lagi jalan untuk mengubatinya melainkan dengan mata pedang."
Ibu Isabella terperanjat mendengar keputusan suaminya yang nekad itu. Lidahnya kelu tidak dapat berkata-kata. Peter segera membuat isyarat dengan tangannya.
"Berilah saya masa. Saya pasti akan dapat mengubah fikirannya. Saya akan mengikis semua salah fahamnya, apatah lagi Isabella pun ada belajar ilmu ketuhanan."
"Baiklah! Anda boleh cuba dan kita akan lihat hasilnya. Kalau gagal saya akan fikirkan satu cara lain mengubatinya."
Setelah berkata begitu ketua paderi pun bangun dan mengajak Michael dan Peter mengikutinya. Mereka berangkat ke gereja besar kerana menghadiri satu perhimpunan penganut-penganut Kristian yang datang dari seluruh negara Sepanyol untuk menyaksikan tanda peninggalan nabi-nabi dan ketua paderi yang terdahulu yang merupakan tulang-tulang dan lain-lain. Pada hari itu orang-orang Kristian telah datang dari tempat-tempat yang jauh untuk ikut ambil bahagian di dalam upacara tersebut yang akan dirahmati oleh ketua paderi.

Setelah ketua paderi, Michael dan Peter meninggalkan bilik, ibu Isabella yang masih kebingungan bangun mendekati anaknya sekali lagi.
Dia memeluk leher Isabella sambil berkata "Benarkah apa yang dikatakan oleh bapamu itu, nak?"
Isabella tidak menjawab. Dia memegang tangan ibu dan menepuk-nepuk dengan lembut sambil bangun melepaskan diri.
"Saya mahu masuk ke bilik saya, mama." katanya lalu terus berjalan menuju ke bilik sambil diperhatikan oleh ibunya dengan perasaan sedih bercampur hiba.
Isabella mengunci pintu bilik. Dia merebahkan diri di atas katil dan mula memikirkan nasibnya. Dia yakin akan menerima hukuman daripada bapanya dan paderi-paderi lain. Hukuman dan seksaan yang kejam bukan sesuatu perkara asing bagi penganut-penganut agama Kristian yang murtad ataupun mengeluarkan sesuatu pendapat agama yang bertentangan dengan ketua-ketua agama. Dia akan menghadapi hukuman yang berat. Namun dia sedikit pun tidak gentar dengan segala macam kekejaman dan seksaan yang akan ditimpakan ke atasnya. Hatinya telah bulat dan tekadnya telah tetap, dia akan menghadapi semua percubaan itu dengan hati yang tabah dan tidak berganjak.

Isabella kemudian mengambil kertas dan pena lalu menulis surat kepada Mirano, anak Michael, yang menjadi sahabat akrabnya.

Saudaraku yang dikasihi.
Tadi malam kira-kira jam sembilan, aku telah menghadiri satu pertemuan para cendekiawan Islam. Umar Lahmi dan ahli-ahli agama juga ikut hadir. Bagaimana aku akan menerangkan kepadamu suasana pertemuan itu! Suatu pertemuan yang sungguh menakjubkan. Kehadiranku di situ sesungguhnya semakin menebalkan lagi keyakinanku terhadap Islam. Aku sangat berharap kau juga ikut bersama-sama aku pada waktu itu. Tetapi aku telah berjanji dengan ketua mereka, Ziad bin Umar, akan membawa kau bersama-sama untuk ikut serta dalam pertemuan yang akan diadakan malam esok atau malam lusa.

Satu perkara penting telah terjadi ke atas diriku hari ini. Nampaknya, aku akan dihadapkan ke inquisisi. Doakanlah agar aku tetap di jalan yang benar. Bapaku rupanya telah mendapat berita tentang diriku bahwa aku telah memeluk agama Islam. Dia telah memanggil bapamu dan Peter ke rumah kami. Berbagai macam pertanyaan telah diajukan kepadaku. Cuba kau bayangkan betapa tersepitnya keadaanku waktu itu. Tetapi aku telah memberikan jawaban yang tegas kepada mereka.

Peter telah memberikan janji kepada bapaku bahwa dia akan membawa aku kembali kepada agama Kristian. Kalau keadaan yang serupa berlaku, aku harap kau dan ketiga orang kawan kita yang lain akan ikut hadir sama.

Perkara-perkara lain akan aku sampaikan secara lisan kepadamu nanti.

Saudaramu,
Isabella

Setelah siap surat itu ditulis, Isabella memanggil pengasuhnya dan menyuruh mengembalikan sebuah buku kepada Mirano serta mengambil buku lain daripadanya.
"Surat ini yang telah lama terletak di sini juga dibawa bersama-sama dan diberikan kepadanya."
Pengasuh pun segera melakukan apa yg disuruh. Dia pergi ke rumah Michael dan menyerahkan buku dan surat kepada Mirano. Mirano segera membaca surat tersebut lalu memberitahu pengasuh Isabella bahwa dia sendiri akan menghantar buku itu kepada Isabella nanti.

Pada petang itu, Isabella dan keempat orang sahabatnya bertemu di taman tempat mereka pertama kali mendengar perbualan Umar Lahmi. Dia menceritakan kepada sahabat-sahabatnya tentang kejadian pagi tadi di rumahnya seraya meminta pendapat mereka. Sahabat-sahabatnya sangat ingin berjumpa Ziad bin Umar. Mereka juga mencadangkan agar Isabella memberitahu kejadian pagi itu kepadanya.

Mereka membuat keputusan akan ke rumah Ziad bin Umar pada petang berikutnya. Setelah itu mereka pun bersiar-siar di taman itu sampai waktu perpisahan lalu pulang ke rumah masing-masing.

BAB 9 Ujian Keimanan

Pagi berikutnya, Isabella menerima surat dari Michael yang dibawa oleh seorang pesuruh. Surat itu berbunyi : Anakku Isabella. Harap kamu dapat datang segera ke tempatku kerana ada perkara yang penting yang akan kubincang denganmu. Tinggalkan dulu urusanmu yang lain. Aku menunggu kedatanganmu.

Sepintas lalu, Isabella sudah dapat menanggapi maksud surat itu, tentu ada hubungan dengan peristiwa yang berlaku kelmarin pagi di rumahnya. Isabella lalu memberitahu ibunya. Dia pun segera bertolak ke rumah Michael.

Di sana, selain daripada Michael dan Peter, ikut plua seorang rahib yang cukup terkenal, cukup popular dan mashyur di seluruh Sepanyol kerana kehidupan pertapaannya. Mirano di lain pihak telah memanggil kawan-kawannya supaya datang berkumpul di rumahnya untuk mendengar pemeriksaan ke atas Isabella.
Setelah Isabella dipersilakan duduk di tempat yang disediakan khas untuknya, Michael pun memulai pertanyaan seperti berikut, "Kelmarin kamu telah menangkis pertanyaan-pertanyaan kami dengan jawaban yang bersifat kabur. Hari ini kami akan bercakap kepadamu secara berterus-terang. Nah, mahukah kamu menjawab soalan saya dengan jawaban yang benar?"
"Saya tidaklah begitu pintar untuk menjawab semua pertanyaan bapa dan yang kedua saya fikir tidak ada perkara sehingga interogasi serupa ini dilakukan ke atas saya."
"Apakah kamu sudah menjadi seorang penganut Islam?"
"Saya sudah menjawabnya kelmarin dan saya tidak mahu berkata apa-apa lagi tentang hal itu."
"Baiklah," kata Michael, "apakah kamu percaya dengan Ketuhanan Suci dan Jesus Kristus sebagai Tuhan dengan segala keperluan kewujudannya?"
"Saya percaya kepada Tuhan sebagai Tuhan dan bukan manusia sebagai Tuhan." jawab Isabella.
"Jadi jelaslah bahwa kamu tidak percaya kepada Ketuhanan Tuhan Jesus Kristus. Jadi, apa lagi bukti yang ada kalau kau bukan seorang Muslim?" tanya Michael.
"Maksud saya tidak ada bukti di mana-mana pun juga di dalam Injil bahwa Jesus itu Tuhan." jawab Isabella.
"Demi Tuhan!" kata Michael dengan nada yang agak meninggi. "Jangan memfitnahkan Injil Suci. Tidakkah kau baca di dalam Injil itu bahwa dia adalah 'putera Tuhan'?"
Isabella lalu mengambil Injil dan dipegangnya.
"Nah, kalau begitu tolong jelaskan kepada saya makna ayat berikut." Lalu dibukanya Kitab Jonah, bab 1 ayat 31-36 dan dibacanya: "Orang-orang Yahudi lalu mengangkat batu untuk melempari Kristus, yang berkata kepada mereka. Aku telah menunjukkan kepada kalian banyak perkara yang baik dari bapa, apakah kerana itu kalian merajami aku? Orang-orang Yahudi menjawab: Kami bkan merajami kamu kerana perbuatan-perbuatan baik tetapi kerana kecuranganmu sebagai manusia mengaku dirimu sebagai Tuhan. Kristus berkata: Tidakkah agamamu ada berkata bahwa kamu juga Tuhan? Waktu dipanggil Tuhan itu kepada mereka yang diberi wahyu maka orang yang telah dikirim Tuhan ke dunia sesudah dimuliakannya, maka betapa kalian berkata dia bercakap curang. Itulah sebabnya aku berkata aku ini 'putera Tuhan'. Ini serupa dengan panggilan terhadap lain-lain nabi di dalam Kitab Taurat dan lain-lainnya. Maka serupa itulah pula aku dipanggil 'putera Tuhan'. Jadi," kata Isabella, "saya ingin bertanya nabi yang manakah sebelum Jesus yang dipanggil Tuhan? Orang-orang Kristian percaya bahwa nabi-nabi yang terdahulu itu dipanggil Tuhan sebagai kiasan dan kerana kasih dan saya berkata dalam bentuk kiasan yang sama pula dan kerana kasihkan Jesus Kristus maka dia dipanggil Tuhan dan bukan kerana dia benar-benar Tuhan seperti yang didakwakan."
"Gadis terkutuk!" Michael sudah tidak dapat membendung kemarahan lagi. "Kamu sudah suka bercakap. Daripadaku kamu belajar, sekarang kamu berani bertanyakan erti ayat-ayat itu kepadaku seolah-olah aku terlalu bodoh dan kamu seorang terpelajar. Tetapi dengan ini nabi-nabi dulu tidak dapat jadi Tuhan dalam erti sebenarnya kerana mereka itu tidak suci, sedangkan Tuhan Jesus Kristus bersih dari dosa dan suci maka sebab itulah dia menjadi Tuhan."

"Kita tidak bercakap tentang dosa atau suci. Soalnya ialah Jesus Kristus menamakan dirinya Tuhan serupa dengan nabi-nabi lain yang menamakan diri mereka Tuhan. Jikalau Jesus Kristus benar-benar Tuhan maka kita pun juga mesti mengakui bahwa nabi-nabi lain itu pun Tuhan." jawab Isabella. "Lagi pula dalam ayat itu Jesus Kristus menjawab tuduhan orang-orang Yahudi. Kalau benar dia putera Tuhan maka ia patut menerima tuduhan Yahudi itu."
"Oh betapa hebatnya! Kamu kini telah menjadi ilmuwan besar sehingga kamu mau meremehkan kami." kata Michael. "Sudah jelas kini kamu telah dipengaruhi. Jikalau Jesus Kristis itu bukan Tuhan tetapi manusia biasa bagaimana dia boleh melakukan penebusan dosa bagi dosa kita semua. Apakah ada manusia yg bebas dari dosa?"
"Saya tidak begitu faham bagaimana bapa membuat peraturan ini bahwa tidak ada manusia yang suci meskipun dalam Injil Lukas bab 1 ayat 6 ada kisah tentang Zakaria dan isterinya. Dalam Injil itu mereka berdua ada disebutkan bahwa Zakaria dan isterinya Elizabet adalah benar di hadapan Tuhan dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. Jadi, jelaslah bahwa Zakaria dan isterinya orang-orang suci jikalau tidak perkataan ''tidak bercacat'' itu tentu tidak ada makna. Jadi, kesucian Kristus bukanlah satu perkara unik. Dia suci seperti sucinya orang lain juga. Tentang masalah penebusan dosa ini juga tidak terdapat bukti di dalam Injil, kerana tidak ada orang yang memikul beban dosa orang lain apatah lagi memikul beban dosa seluruh manusia lalu mati menderita di atas salib. Pada kenyataannya Jesus ada menyebut di dalam Injil bahwa keselamatan diperoleh berdasarkan amalan bukan dengan penebusan dosa, seperti yang tertulis di dalam Injil Matius bab 16 ayat 27: Anak manusia (Adam) akan datang dalam kemuliaan bapanya, diiringi malaikat-malaikatnya, pada waktu itu dia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Dalam Injil Matius juga bab 19 ayat 16-20, Injil Markus bab10 ayat 17-27, Injil Lukas bab 18 ayat 18-27 ada kisah tentang seorang lelaki datang kepada Jesus dan bertanya: Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?"
Jesus menjawab, "Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaku tentang apa yang baik? Hanya satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk syurga turutlah segala perintah Tuhan." Kata orang itu lagi, "Perintah yang mana?" Jesus menjawab "Jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihlah sesama manusia seperti dirimu sendiri." Maka terbukti sekarang daripada ayat-ayat itu bahwa jalan keselamatan hanyalah melalui amalan. Kristus tidak berkata begini sebagai jawaban kepada pertanyaan orang lelaki itu. "Kamu tidak payah lakukan apa-apa kerana aku akan melakukan penebusan dosa untukmu."

"Perempuan! Kau nampaknya seperti mahu mengajar aku," kata Michael menahan kemarahan, "apakah kau tidak percayakan aku lagi. Aku ialah gurumu. Kamu mesti percaya semua kata-kataku. Kalau hanya dengan kebijaksanaanmu saja kamu tidak dapat memahami masalah-masalah agama yang sulit. Nah, perkara penebusan dosa akan kita bicarakan kemudian. Sekarang kita selesaikan masalah ketuhanan Jesus Kristus dulu. Orang-orang Islam juga percaya bahwa Kristus telah diangkat ke langit hidup-hidup. Apakah ini bukan bukti tentang ketuhanannya? Jesus telah memperlihatkan mukjizat-mukjizat yang agung. Dia menghidupkan orang mati, memberi celek kepada orang yang buta. Bukankah perkara-perkara ini membuktikan ketuhanannya? Perkara yang utama ialah kamu mesti lebih dulu menerima atau menolak ketuhanan Jesus kemudian baru kita bercakap perkara lain."
"Soal penebusan dosa tuan dulu yang memulakannya dan saya ikut membincangkan saja. Kalau Jesus Kristus boleh menjadi Tuhan kerana dibawa ke syurga hidup-hidup maka Elia juga patut menjadi Tuhan. Sebab menurut Injil dia juga dibawa hidup-hidup ke syurga.* Tentang Jesus menghidupkan orang mati dan memberi celek kepada orang yang buta, maka itu pun belum boleh dijadikan bukti yang dia adalah Tuhan sebab nabi-nabi lain juga ada memperlihatkan mukjizat mereka seperti yang sudah jelas disebutkan di dalam Injil. Kalau mukjizat serupa itu boleh menjadikan dia Tuhan, maka nabi-nabi lain juga Tuhan, tentunya." kata Isabella.

*lihat 11 Raja-Raja bab 2:1-8 'Elia Naik ke Syurga'

"Lihat! Betapa pandainya budak perempuan ini menipu." kata Peter. "Hai perempuan bodoh! Mukjizat yang ditunjukkan oleh nabi-nabi lain itu bukanlah kekuasaan mereka sendiri tetapi kekuasaan yang diberikan Tuhan. Mukjizat Kristus adalah dari kekuasaannya sendiri, yang menunjukkan bahwa dia adalah Tuhan."
"Mukjizat bukan bukti kenabian apalagi mahu disebut sebagai ketuhanan," jawab Isabella, "menurut agama Kristian bukan satu kemestian seseorang yang melakukan mukjizat itu nabi. Jadi, kalau nabi saja masih belum boleh dipanggil bagaimana pula dia mahu menjadi Tuhan. Jesus pernah berkata: "Saya dengan berterus-terang memberitahu kamu, barangsiapa beriman dengan saya, juga akan ikut membuat amalan seperti saya beramal, malah lebih hebat lagi*. Tentang dakwaan tuan bahwa mukjizat Kristus adalah kekuasaannya sendiri, sementara yang lain didapati dengan paksaan, ini juga dakwaan yang salah. Kitab Injil telah membuktikan bahwa tidak saja dalam melakukan mukjizat, dalam semua perkara yang lain pula pun Jesus tidak berdaya seperti nabi-nabi yang lain juga. Kerana apabila Jesus mahu melakukan mukjizat dia lebih dulu memohon bantuan daripada Tuhan. Dalam mukjizat roti dan ikan, dia menengadah ke langit dan mengucap berkat*, meminta pertolongan Tuhan dan ditempat lain pula dia berkata, "Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa." Jesus menyembuhkan orang tuli. Dia masukkan jarinya ke telinga orang itu lalu dia meludah dan meraba lidah orang itu kemudian menengadah ke langit Jesus menarik nafas. Jadi, dia berdoa juga kepada Tuhan*. Jadi dari Injil sendiri ada bukti bahwa Kristus serupa juga dengan orang lain, tidak ada kuasa untuk berbuat sesuatu. Kalau dia benar-benar Tuhan tentulah dia tidak terlalu lemah untuk berbuat sesuatu dan meminta bantuan daripa orang lain. Sebagai Tuhan maka dia bebas melakukan apa saja seperti Tuhan yang Maha Berkuasa."

* Injil Jonah, bab 14:12 *Injil Matius, bab 14:13-21; Markus 6:30-44; Lukas 9:10-17; Yoh 6:1-13 * Injil Markus 9:29 *Injil Markus 7:31-35

Isabella lalu mengambil Injil dan membuka.
"Jesus Kristus berkata: Kerana bapanya telah bersenyawa di dalam dirinya dan bapanya juga memberikan kepadanya kekuasaan untuk melakukan keadilan kerana dia dilahirkan sebagai manusia*. Malah nyawa Jesus Kristus juga bukan haknya sendiri tetapi diberikan oleh Tuhan dan Tuhan pula yang memberikan kekuasaan kepadanya untuk melakukan keadilan. Tanpa rahmat Tuhan, keadilan apapun tidak dapat dilakukan olehnya. Hujah saya, Jesus adalah manusia dan manusia tidak akan dapat berbuat sesuatu tanpa pertolongan Tuhan. Di tempat lain Jesus pernah berkata: Saya tidak dapat berbuat apa-apa sendirian, saya berbuat keadilan seperti yang saya dengar dan pengadilan saya adalah adil*. Selanjutnya dia berkata: Saya datang dari syurga bukan mahu berbuat menurut sesuka hati saya tetapi berbuat menurut arahan orang yang mengirim saya ke mari. Nah, itulah bukti-bukti bahwa Kristus seorang yang tidak berdaya seperti juga manusia yang lain dan bergantung kepada orang lain tidak boleh menjadi Tuhan, maka Jesus juga bukan Tuhan*."

*lihat Injil Jonah 5:26-27 * lihat Injil Jonah 5:30 *lihat Injil Jonah 16:38

Tidak saja Peter dan Michael yang terperanjat mendengar hujah-hujah Isabella yang lancar itu tetapi rahib yang seorang lagi pun seperti kelu lidahnya, tidak dapat mencelah sedikitpun. Hanya sesudah Isabella berhenti barulah mereka itu tersentak sedar dari pesona. Peter dengan cepat berkata sambil memandang kepada Michael.
"Nah, anda lihat betapa keras sudah anak ini. Orang-orang Islam telah mengajarnya untuk petah berkata-kata. Apakah anda masih berharap dia akan kembali ke jalan yang lempang? Saya fikir tidak ada gunanya lagi kita berhujah dengannya kerana imannya sudah hilang dan dia sudah menjadi ingkar."
"Saya yakin dia telah berada di bawah kekuasaan syaitan." jawab Michael.
Dia lalu berpaling kepada Isabella. "Semua hujah yang kamu katakan itu telah ada jawaban yang jelas dan kamu telah pun membacanya di dalam pelajaran teologi. Ada juga jawaban yang kamu tidak akan faham sama sekali. Dan sekarang, saya tidak mahu menjawab semua pertanyaanmu itu sebaliknya saya mahu tahu apa pendapatmu yang sebenarnya mengenai agama Kristian supaya mudah kami membuat keputusan tentang dirimu. Kamu telah menerangkan dengan jelas tentang pendapatmu mengenai ketuhanan Kristus dan penebusan dosa. Nah, ada apa-apa lagi yang akan kamu tambah."
"Saya tidak pernah menafikan Kitab Injil dan Jesus Kristus. Tetapi apa yang saya katakan ialah menurut ajaran Injil tidak ada bukti bahwa Jesus itu Tuhan dan tidak ada alasan yang munasabah tentang penebusan dosa. Semua itu hanyalah rekaan orang-orang Kristian saja." jawab Isabella.
"Jadi maksudmu semua penganut Kristian penipu dan semua penganut Kristian telah bersatu menentang Kitab Suci Injil?" Michael mengherdik. "Gadis terkutuk isi neraka! Kalau au tidak dapat memahaminya, terima saja keputusan yang telah dibuat oleh ketua-ketua agama. Bapamu yang menjadi ketua paderi mempunyai kuasa penuh untuk mengampunkan dosa, apakah dia juga menganggap semua ini salah? Apakah semua paus, rahib, alim ulama Kristian dan hamba abdi agama Kristian berjalan di jalan yang salah?"

Isabella sedikitpun tidak terpengaruh dengan herdikan Michael, malah dia dengan tenang menjawab, "Seperti Kitab Injil yang tidak membuktikan ketuhanan Kristus dan penebusan dosa maka serupa itulah pula agama Kristian dari orang-orang yang mengaku Kristian hari ini tidak wujud menurut Injil. Oleh sebab itu pendapat mereka tidak dapat saya terima sebagai bimbingan."
"Hebat sekali!" kata Michael. "Kami sekarang semuanya penganut-penganut Kristian yang palsu dan tidak wujud sedangkan kamu adalah penganut Kristian tulen dan sejati. Gadis malang! Ke manakah sudah pergi fikiranmu yang waras? Kamu telah membuang orangtuamu. Tunjukkan bukti bahwa kami ini bukan Kristian sejati?"
"Tidak ada sebab bapa mesti naik darah." ujar Isabella. "Perkara ini sudah cukup jelas. Andaikata bapa dapat membuktikan dari Injil bahwa penganut-penganut Kristian zaman moden ini benar-benar Kristian maka saya dengan seluruh jiwa raga akan menerima keputusan itu dan tidak akan mengemukakan hujah apa pun jua terhadap mereka menurut Injil. Jadi, bapa buktikanlah menurut Kitab Injil bahwa orang-orang Kristian sekarang adalah Kristian tulen."
"Di seluruh dunia ada orang Kristian dan kamu berani mengatakan bahwa mereka itu bukan Kristian menurut Kitab Injil. Apakah ada bukti lain lagi? Bukankah ini sudah bukti yang cukup bahwa kami beriman Injil, berimankan ketuhanan Jesus dan penyalibannya?" kata Michael.
"Tidakkah orang-orang Islam itu percaya Kitab Injil?" tanya Isabella. "Bolehkah bapa mengatakan bahwa mereka itu juga penganut Kristian? Tentang kepercayaan kepada ketuhanan Kristus dan penebusan dosa maka itu bukanlah hujah-hujah akan keagamaan Kristiannya. Sebaliknya ia membuktikan bahwa orang itu bukanlah penganut Kristian sama sekali kerana tidak ada garis-garis kepercayaan serupa itu di dalam Injil."
"Kau gadis tak berguna!" sampuk Peter. "Kenapa kamu menimbulkan keraguan kepada agama Kristian kami? Kalau kami ini bukan Kristian cuba kamu tunjukkan Kristian yang sebenarnya. Katakan saja di mana di dunia ini orang-orang Kristian sejati dan tulen itu ada."
"Bapa boleh marah sebanyak mana yang bapa suka," kata Isabella, "tetapi yang benar itu tidak dapat bapa sembunyikan. Kalau bapa mahu buktinya dari saya maka saya dengan tulus ikhlas mengatakan bahwa orang-orang Kristian sekarang ini bukanlah penganut Kristus sama sekali dan tentang siapa yang boleh menjadi penganut Kristian tulen saya bersedia membuktikannya menurut Kitab Injil sendiri."
"Gadis terkutuk!" Michael menjerti. "Kenapa kau membebel-bebl saja? Kenapa tidak tunjukkan bukti-buktinya?"

Isabella tersenyum kecil yang menyebabkan paderi-paderi itu menjadi bertambah jengkel dan sakit hati melihatnya.
Dengan tenang dia mengambil Injil sambil berkata, "Cuba dengar baik-baik tentang tanda-tanda penganut Kristian yang sebenarnya."
Isabella lalu membaca Injil Markus pada bab 6 ayat 17 dan 18: "Dan di antara manusia yang beriman maka mukjizat-mukjizat ini akan berlaku: Mereka akan mengusir roh jahat dengan menyebut namaku, mereka akan bercakap dengan bahasa baru, mereka akan memegang ular, mereka tidak akan terkena bisa kalau meminum benda-benda yang boleh membawa maut, mereka akan meletakkan tangan ke atas orang sakit dan menyembuhkan penyakitnya."
Isabella kemudian membuka pula Injil Matius pada bab 16. "Ini tanda-tanda penganut Kristian yang beriman."
Dia lalu membaca ayat 16 hingga 20. "Pengikut-pengikut mendekati Jesus dan berkata: Kenapa kami tidak dapat mengusir roh-roh jahat itu? Dia menjawab kerana kecacatan dalam imanmu kerana terus terang aku katakan kalau padamu ada iman walaupun sebesar atom dan kamu menyuruh gunung itu pindah dari tempatnya, dia akan pindah dan tidak ada yang mustahil bagimu. Nah," kata Isabella, "Daripada kedua-dua kutipan Injil ini, ada enam tanda Kristian yang sudah dipastikan:
1. Mengusir keluar roh jahat. 2. Bercakap dengan bahasa baru tanpa mempelajarinya. 3. Memegang ular yang berbisa. 4. Meminum racun tanpa memudaratkan diri. 5. Menyembuhkan penyakit dengan sentuhan tangan dan 6. Mengubah gunung dari tempatnya. Jadi, barangsiapa yang mengaju menjadi Kristian mestilah dapat membuktikan bahwa keenam-enam tanda ini ada di dalam dirinya. Sekarang, bapa adalah seorang Kristian, kita tolak sebelah dulu keenam-enam tanda itu dan sembuhkan seorang sakit dengan sentuhan tangan bapa, gunung tentu tak mungkin bapa pindahkan tetapi ini ada seketul batu. Cuba gerakkan saja kira-kira 10 atau 20 meter, maka kekristianan bapa telah dibuktikan oleh Injil."
"Memang benar semuanya itu ada disebutkan di dalam Injil tetapi tunjukkan pula tempat yang mengatakan sesiapa yang tidak melakukan mukjizat itu bukan Kristian? Selain daripada itu, tanda-tanda tersebut hanya khas kepada pengikut-pengikut Kristus yang dua belas itu saja bukan kepada semua orang."
"Kedua-dua keterangan bapa itu salah." kata Isabella. "Dalam Injil sudah jelas dinyatakan bahwa setiap orang Kristian walaupun imannya sebesar atom, boleh dapat memindahan gunung kalau dikehendakinya, diikuti dengan sesiapa yang tidak ada iman walaupun sebesar atom tidak akan dapat memindahkan gunung. Dan juga salah mengatakan bahwa tanda-tanda ini hanya khas untuk pengikut-pengikut Kristus yang dua belas itu kerana di dalam Injil ada disebutkan dengan jelas bahwa mukjizat ini diberikan kepada semua orang yang beriman. Kalau tanda-tanda ini hanya dikhususkan kepada pengikut-pengikut Kristus saja, maka keimanan pun hanyalah kepada pengikut-pengikut itu saja yang bererti tidak ada Kristian tulen yang dilahirkan sesudah pengikut-pengikut itu."

"Kau gadis malang!" ujar Peter. "Itulah sebabnya telah kukatakan bahwa kamu tidak dapat memahami misteri dan inti erti Injil. Gadis bodoh! Mukjizat itu ada kaitannya dengan masalah-masalah rohani iaitu dengan sebutan penyakit ertinya penyakit rohani, racun bererti kufur yang dimaksudkan kepada orang-orang Kristian walaupun mereka diserang oleh orang-orang kafir, mereka tidak akan berganjak dari keimanannya dan begitulah seterusnya."
"Fikir dulu masak-masak sebelum bapa menjawab," kata Isabella, "bapa kata saya bodoh tetapi topik itu mungkin tidak padan dengan bapa. Dengar kata Jesus Kristus seperti tertulis dalam Injil Jonah 14:12 ini. Barangsiapa beriman dengan aku akan melakukan kerja yang aku lakukan. Jadi, Kalau mukjizat itu ditafsirkan sebagai masalah rohaniah semata-mata maka kesimpulannya ialah Kristus tidak menghidupkan yang mati, juga tidak mencelekkan mata yang buta, juga tidak menyembuhkan yang sakit tetapi dia cuma menyembuhkan rohaniah yang mati, roh jahat dan mebina di dalamnya cahaya keimanan. Tetapi bapa-bapa tidak mahu mengaku interpretasi tentang Kristus serupa ini, jadi mengapa pula bapa-bapa reka tugas baru untuk orang lain? Kristus berkata 'kerja yang aku lakukan', jadi apa yang dilakukan olehnya dalam bentuk bagaimanapun juga, penganut-penganut Kristian mesti ikut melakukannya dan dalam bentuk yang sama pula, kalau tidak mereka itu tidak beriman."
"Memang susah mahu membuat gadis yang ingkar ini mengerti." kata Peter. "Ubatnya bukan lagi dengan desakan tetapi seksaan yang sama yang dilakukan oleh inquisisi*."
Kemudian Peter berkata kepada Michael "Anda usir dia dari rumah ini dan beritahu bapanya yang suci bahwa dia sudah tidak dapat diubati lagi. Cara lain mesti dilakukan."
Dengan mengucapkan kata-kata itu, Michael dan Peter bangun dari kerusi lalu masuk ke dalam bilik sebelah untuk berbincang.

Setelah bapanya dan Peter masuk ke bilik sebelah, Mirano pun segera menemui Isabella dan menasihatinya supaya meninggalkan rumah itu seberapa cepat yang boleh, kalau tidak dia pasti akan mendapat kesusahan besar. Sebelum Isabella keluar mereka lebih dulu berjanji akan berjumpa di Taman Cordova pada petang itu untuk memikirkan tindakan selanjutnya yang akan mereka lakukan. Setelah berteguh-teguhan janji, Isabella pun segera keluar dari rumah Michael, lalu terus pulang ke rumahnya. Dalam masa dia menghayun langka, fikirannya melayang ke rumahnya. Apa gerangan yang akan menunggunya di sana? Bagaimanapun ketika dia sampai, ibunya menyambut dengan muka manis dan memaksanya makan sedikit. Setelah makan, Isabella meminta izin kepada ibunya untuk masuk ke dalam bilik. Fikirannya agak runsing sedikit, sehingga dia tidak dapat berfikir apa yang patut dilakukan pada waktu itu. Jadi, sementara menunggu hari petang, dia berlengah-lengah di tempat tidurnya. Dia melihat perpustakaannya yang penuh dengan berbagai-bagai buku dan barang-barang miliknya dengan perasaan sayu. Dia kemudian melayangkan pemandangan ke setiap sudut bilik itu. Fikiran berkelana jauh. Apakah dia akan ditakdirkan tinggal di situ lagi atau ada orang lain yang akan menempati dan menggunakan semua buku dan barang-barangnya? Kemudian bawahsedarnya berkata: Biarlah sesiapa pun membaca bukunya dan menggunakan barang-barang miliknya, tinggal di bilik itu, dia akan pergi mencari kebenaran yang kini sudah dapat dicapai puncanya. Allah akan membimbingnya. Rasa syukur tidak terkira banyaknya kepada Dia yang telah menganugerahkan kepadanya nikmat kebenaran yang begitu besar dan tidak ada yang lebih besar daripada itu. Beribu-ribu buah rumah serupa itu boleh dikorbankan demi untuk memperoleh rahmat Islam. Sambil berkata-kata, Isabella lalu duduk bertelut di lantai. Kemudian, dia melakukan sujud syukur kepada Allah Yang Maha Berkuasa.
...........................

Petang pun menjelang tiba setelah ditunggu dengan penuh harapan oleh Isabella. Memang nasibnya baik, pada masa itu ibunya sedang sibuk membuat sesuatu urusan di dalam biliknya. Isabella pun keluar perlahan-lahan menuju ke rumah gurunya, Michael. Dia mendapati Mirano sudah siap menunggu. Mereka lalu berjalan bersama-sama menuju Taman Cordova. Di dalam perjalanan, Mirano dalam diam-diam memperhatikan perubahan pada diri sahabatnya. Wajahnya murung tidak seperti biasa.
"Isabella," ujar Mirano, "aku lihat anda di dalam kesusahan besar. Kenapa? Karena anda mau berpisah dengan keluarga?"
"Aku di dalam keadaan yang sulit setelah pulang dari rumah anda tadi." jawab Isabella. "Waktu aku hendak keluar kalau tidak karena ibuku sibuk di biliknya, aku tentu tidak dapat memenuhi janji kita ini. Tuhan saja yang mengetahui apa yang akan dilakukan olehnya. Tetapi sekarang dengan rahmat Allah, aku tidak khuatir lagi. Aku sudah bersedia menghadapi apa jua percubaan demi kebenaran."
"Isabella," kata Mirano, "aku sangat kagum dengan anda. Anda telah memberikan pukulan yang hebat waktu menjawab hujah-hujah bapaku dan Peter. Mereka semua tercengang-cengang, tidak dapat menjawab. Hairannya, hujah-hujah anda semuanya berdasarkan Kitab Injil."

Mereka sudah sampai di taman dan di sana sahabat mereka, Catherine dan Martha, sedang menunggu.
"Dari jauh kami melihat anda berdua sangat asyik bercakap." tegur Martha. "Bolehkah kami ikut tahu sama?"
"Kami bercakap tentang perbahasan Isabella dengan bapaku dan Peter pagi tadi." jawab Mirano.
"Bapamu dan paderi tua itu seperti tidak dapat berhujah dengan Isabella." kata Martha. "Rahib yang seorang lagi itu siapa agaknya? Dia diam saja."
"Aku tidak pernah melihatnya sebelum ini." kata Isabella.
Pada waktu itu barulah mula terfikir olehnya tujuan rahib itu ikut serta mendengar perbahasan. Air mukanya pun berubah.
"Kenapa muka kau pucat tiba-tiba?" tanya Mirano.
"Oh, tidak ada apa-apa." jawab Isabella cuba menyembunyikan kebimbangannya. "Apa yang kau mau katakan tadi, Martha?"
"Aku hairan," ujar Martha yang tidak sedar akan perubahan pada wajah Isabella. "walaupun mereka itu telah terpukul begitu hebat, mereka masih tetap tidak mahu mengaku."
"Mereka mungkin tidak mengaku dengan lidah tetapi aku percaya hati kecil mereka membenarkannya." jawab Mirano. "Sesudah kalian meninggalkan rumahku tadi, aku mendengar bapaku berkata kepada Peter bahwa memang benar tidak ada bukti tentang ketuhanan Kristus di dalam Injil. Tetapi biar bagaimanapun kita terpaksa patuh kepada keputusan gereja, kata bapaku. Aku nampak Peter terpengaruh dengan ketegasan hujah-hujah anda karena dia berkata semua hujah-hujah anda itu cukup kuat."
"Dalam perbahasan pagi tadi, Islam terbukti agama yang benar, sementara agama Kristian tidak ada apa-apa kecuali kesesatan saja." kata Martha seperti mengeluh.

Setelah mereka duduk di suatu tempat yang agak terpencil dari orangramai, Mirano lalu bertanya kepada Isabella.
"Apakah anda sudah membuat keputusan mahu meninggalkan bapa, mama, adik-adik dan abang-abang dan kaum keluarga serta kehidupan selesa serba mewah? Dan apakah tindakan anda kalau bapa anda berkeras mau menyerahkan anda kepada inquisisi?"
Mendengar pertanyaan Mirano itu, Martha dan Catherine memandang muka Isabella sambil menunggu jawaban dengan hati yang berdebar-debar walaupun jawabannya itu telah mereka duga dari awal. Isabella memegang bahu Mirano sambil memandang muka Martha dan Catherine.
Dia berkata dengan suara yang tetap dan perlahan, "Aku kini telah membebaskan diriku daripada semua fikiran yang bukan-bukan. Allah telah menganugerahkan kepadaku nikmat Islam dan Dia juga akan membimbing aku menjalani hari depanku serta tidak akan mensia-siakan niat yang baik. Aku menemui ketenangan yang luarbiasa daripada ayat-ayat Al-Quran yang maksudnya begini: Barangsiapa yang takut akan Allah, maka Allah akan menunjukkan kepadanya jalan keselamatan dan akan memberikan kepadanya rezeki dari tempat yang sama sekali tidak disangka-sangkanya."

Ketiga-tiga sahabatnya diam terpegun mendengar kata-katanya. Sejurus lamanya, apabila tidak ada yang berkata-kata, Mirano memecah kesepian dengan bertanya, "Anda berjanji akan membawa kami menemui Ziad bin Umar dan kawan-kawannya. Bila?"
Isabella seperti tersentak. "Kalau kita mahu pergi ke sana, kita mesti pergi lebih awal sedikit. Jadi, lebih banyak ilmu yang kita dapat dan tidak akan terlalu lewat pulang ke rumah."
"Anda mahu memberitahu kepada Ziad tentang perbahasan anda pagi tadi?" tanya Mirano.
"Ya. Kenapa pula tidak?" balas Isabella. "Nah, mari kita bertolak sekarang dan sampai di sana waktu solat isyak. Kita duduk kira-kira satu jam sebelum kita pulang."

Isabella dan sahabat-sahabatnya keluar dari Taman Cordova. Mereka mengambil jalan yang menuju ke masjid besar Cordova. Dalam perjalanan, Isabella memberitahu sahabat-sahabatnya bahwa walaupun pada batinnya dia sudah menjadi Islam tetapi dia belum lagi secar rasmi menganutinya. Dia akan memeluk agama itu melalui Ziad bin Umar. Dengan demikian, Allah akan lebih menguatkan lagi imannya, memberi dia keberanian dan seluruh jiwaraganya akan diserahkan kepada Allah. Semua sahabat-sahabatnya sangat gembira dan mengucapkan tahniah di atas niatnya yang baik. Mereka lebih dulu singgah di rumah Umar Lahmi yang bersambung dengan tempat kediaman Ziad bin Umar. Kedatangan mereka telah diberitahu kepada Ziad oleh Umar Lahmi.

Selesai solat isyak, maka berhimpunlah cerdikpandai, alim ulama, para pengikut , ahli Hadis, penyair, penulis, ahli akademik dan para cendekiawan. Setelah bertukar-tukar khabar, Umar Lahmi meminta kebenaran Ziad untuk menjemput anak-anak gadis yang sedang menunggu di rumahnya. Ziad dengan segera memberi persetujuan. Anak-anak gadis itu pun dibawa ke hadapannya. Mereka masuk dengan penuh hormat dan tertib. Masing-masing mengambil tempat duduk di atas hamparan agak jauh sedikit di hadapan Ziad bin Umar. Setelah bertanyakan khabar tentang keadaan mereka, Isabella pun menceritakan kisah perbincangan dengan bapanya, ketua paderi dan lain-lain paderi serta kisah perbahasan dengan gurunya, Michael dan Peter tentang masalah lain dan hujah-hujah yang dikeluarkan olehnya. Para hadirin menyambut keterangannya itu dengan perasaan gembira dan mereka mengucapkan tahniah di atas keberanian Isabella. Mereka turut mengagumi ilmunya yang luas.
"Tuan yang dihormati," kata Isabella kepada Ziad sesudah itu, "perkara ini sudah pun berlaku dan akibatnya akan kita lihat kemudian tetapi sekarang saya mohon tuan Islamkan saya secara rasmi supaya saya dapat ikut dalam persaudaraan Islam sedunia, yang mengimankan Allah yang Esa."

Mendengar permohonan Isabella itu, Ziad pun memanggil Isabella supaya dekat dengannya. Disuruh Isabella membaca kalimah syahadat yang memang sudah lancar dihafal oleh Isabella. Seluruh hadirin menadah tangan sambil berdoa dengan penuh keikhlasan agar Isabella diteguhkan iman dan menjadi hamba yang berbakti.

"Anakku," ujar Ziad setelah selesai doa diaminkan, "kini kamu telah rasmi menjadi umat Muhammad, penganut Islam. Maka sebagai wanita Islam, tutuplah kepalamu. Menurut ajaran Islam, wanita-wanitanya mesti selalu melindungi wajah dan mengerjakan solat lima kali sehari yang diwajibkan ke atasmu. Kamu tidak boleh meninggalkannya walaupun dalam keadaan yang bagaimana juga kerana ia adalah pintu kebahagian."
Kemudian Ziad memandang kepada sahabat-sahabat Isabella. "Jadi, inilah kawan-kawanmu?"
"Ya, tuan." jawab Isabella berpaling memandang sahabat-sahabatnya yang sedang duduk dan takjub dengan perhimpunan yang dirasakan amat berlainan dengan perhimpunan alim ulama agamanya.
"Itu Mirano, anak guru saya, Michael. Yang satu lagi Martha dan Catherine. Hanana tidak datang."
"Apakah mereka masih ragu terhadap Islam?" tanya Ziad.
"Mereka tidak sedikit pun meragui akan kebenaran Islam dan seperti saya, mereka telah mempercayainya. Bila dikehendaki Allah, mereka dengan rasmi akan menyatakan keislaman masing-masing. Mirano barangkali ada yang mahu ditanyakan dan semuga saudara Umar Lahmi dapat menolongnya. Dia akan datang ke mari selalu untuk belajar."

"Nampaknya sikap bapa saudara akan semakin keras terhadap saudara. Tidak menghairankan kalau satu masa nanti saudara diserahkan kepada inquisisi." kata Umar Lahmi. "Michael dan Peter tentu telah melaporkan kepada bapa saudara. Bapa saudara tentu sudah bersikap antagonis sekarang ini. Apa yang telah saudara fikirkan tentang hal ini?"
"Saya fikir pun begitu. Waktu perbahasan pagi tadi, ada seorang rahib tua yang ikut serta. Saya fikir dia dari panel inquisisi. Allah lebih mengetahui apa yang akan terjadi. Saya telah menyerahkan masalah saya kepada Allah. Namun kalau bapa saya terlalu menekan, ada kemungkinan saya pindah ke rumah tuan." jawab Isabella.
"Saudara boleh pindah ke mari bila-bila masa saja." jawab Umar Lahmi. "Bagaimanapun saudara terpaksa melakukannya pada suatu hari nanti kerana orang-orang Kristian itu agak kolot sikapnya, mereka akan menekan saudara dan tidak akan membiarkan bebas begitu saja apabila mereka mengetahui saudara telah memeluk Islam."
Isabella berkata kepada Ziad bin Umar, "Tuan yang mulia. Doakan saya agar Allah memberikan ketabahan dan kesabaran. Sekarang saya minta izin pulang dulu."
Ziad bin Umar dan semua hadirin mengucapkan selamat jalan kepada Isabella dan sahabat-sahabatnya sambil memanjatkan doa agar mereka sentiasa di dalam perlindungan Allah.

Setelah meninggalkan rumah itu, Isabella dan sahabat-sahabatnya pulang ke rumah masing-masing sambil berteguh-teguh janji akan bertemu lagi. Apabila sampai di rumah, ibunya menunggu seperti biasa dan tidak banyak bertanya. Mereka lalu makan bersama-sama. Setelah selesai, Isabella meminta izin masuk ke biliknya.
Isabella tidur di dalam biliknya yang terletak di salah satu sudut rumah. Lama sebelum fajar menyingsing, dia telah terbangun. Dia tidak keluar dari bilik. Waktu sedang berbaring-baring, kedengaran suara azan sayup-sayup dari menara masjid besar Cordova. Mendengar laungan Allahu Akhbar! Allahu Akhbar! membuat hatinya menjadi terharu. Kebesaran dan kehebatan Allah, kekuasaanNya menyelinap masuk ke dalam hati, menimbulkan rasa takut sehingga tanpa disedari airmatanya meleleh jatuh. Dia lalu turun berlutut di lantai dan mencecahkan dahi ke lantai, bersujud kepada Maha Pencipta bumi dan langit.
"Oh Allah. Berikanlah kepadaku kasihMu dan juga kepada orang-orang yang mendapat rahmatMu. Oh Allah. Limpahkanlah cahaya Islam dan tauhid ke dalam hatiku dan jadikanlah ketaatanku kepada RasulMu sebagai jalan hidupku. Oh Allah. Aku bersyukur kepadamu kerena telah menjadikan aku salah seorang pengikut Rahmat Dunia. Oh Allah. Cucurilah hidayat kepada ibubapaku, keluargaku dan semua orang-orang Kristian dan mereka yang sesat dari rahmat Islam. Berilah kami semua hidup dan mati dalam agama Islam. Oh Allah. Makbulkanlah doa hambamu yang tertekan ini kerana Engkau Maha Mengetahui dan Maha Melihat."

Setelah mengucapkan doa itu, Isabella merasa dadanya menjadi ringan seolah-olah suatu beban yang berat sudah terangkat dan hatinya menjadi terhibur. Dia menemukan suatu perasaan yang penuh dengan kesabaran, kegigihan dan rasa gembira yang amat sangat. Dia terlalu gembira kerana telah dapat memiliki kekayaan Islam dan dengan itu dia tidak lagi merasa takut kerana tauhid telah mengikis semua rasa takut yang ada dalam dirinya kecuali takutkan Allah saja.

Ibu Isabella tidak begitu peramah pada pagi itu. Dia tidak bersarapan bersama-sama anaknya seperti biasa. Isabella sudah menduga bahwa perbahasan antaranya dengan Peter dan Michael telah pun sampai ke pengetahuan bapanya. Mereka tentu telah menyakinkan bapanya bahwa dia sudah murtad dan semua pintu untuk membujuknya kembali dalam pelukan agama Kristian telah tertutup rapat. Dalam keadaan gelisah, Isabella menunggu kepulangan bapanya dari gereja; menunggu hukuman yang akan dikenakan ke atasnya.
BAB 10 Satu Komplotan


Setelah keluar sebentar untuk sarapan, Isabella kembali semula ke biliknya. Ibunya tidak kelihatan dan menurut pembantu rumah, ibunya telah bersarapan awal dari biasa. Isabella tidak mengesyaki apa-apa cuma terasa sudah ada bibit-bibit kerenggangan sudah mula ada. Bagaimanapun tekadnya sudah bulat. Dia sanggup menghadapi apa saja demi untuk mempertahankan keislamannya. Dia tidak akan melepaskan lagi jalan kebenaran yang telah diperolehinya itu.

Dalam masa dia berfikir, pintu biliknya diketuk orang. Ketika dibuka, pembantu rumah memberi sepucuk surat yang bersampul.
"Ini dari pembantu rumah Nona Mirano," katanya, "dia sedang menunggu di luar."
Isabella segera membuka surat. Dia merasa hairan melihat tulisan surat itu bukan tulisan Mirano. Tentu ada sesuatu perkara yang telah terjadi ke atas dirinya, fikir Isabella.

Saudara Isabella.
Aku mesti berjumpa dengan anda segera kerana ada perkara penting yang hendak kusampaikan. Harap anda datang pada waktu ini juga. Jangan lengah-lengahkan lagi, terlalu penting. Aku sedang menunggu di sebuah rumah lain. Datanglah bersama-sama dengan pembantu rumahku ini.
Saudaramu, Mirano

Tanpa mengesyaki sesuatu, Isabella mengikuti pembantu itu. Mereka berjalan melewati Qasrul Syuhada lalu berjalan lurus menuju ke Rabat Ramani. Isabella merasa hairan kerana selama dia berkawan dengan Mirano, mereka belum pernah sampai ke tempat itu. Mirano pun tidak pernah menceritakan kepadanya tentang sesiapa di antara keluarga atau kenalannya yang tinggal di daerah tersebut. Tentu Mirano dalam kesusahan, fikirnya lagi. Tidak jauh dari Rabat Ramani, mereka membelok ke sebuah lorong dan pembantu rumah itu membawa dia masuk ke dalam sebuah rumah yang cukup besar. Sebaik saja Isabella masuk, pintu halaman ditutup. Begitu juga dengan pintu depan. Isabella dibawa ke sebuah bilik. Apabila pintu bilik ditutup, barulah Isabella sedar bahwa dia telah ditipu dan dijadikan tawanan. Kesedaran itu telah terlambat. Tiga orang rahib masuk ke dalam bilik menerusi pintu lain. Mereka menolak Isabella dengan menggesanya menuruni anak tangga yg membawa mereka ke bawah tanah. Isabella berpaling untuk berkata sesuatu kepada pembantu rumah Mirano tetapi pembantu itu sudah tiada lagi. Hilang sekelip mata.

Perasaan Isabella menjadi gempar dan sedarlah dia sekarang bahwa dirinya telah berada di dalam cengkaman inquisisi. Kakinya agak berat mahu melangkah turun. Ketika itu juga, salah seorang rahib menumbuk belakangnya dengan kuat. Sebagai seorang gadis yang perwatakannya lemah-lembut, terasa pukulan itu seperti satu batu besar yang jatuh menimpa belakangnya. Dia hampir jatuh tersungkur ke depan.

"Perempuan terkutuk!" sumpah rahib yang memukul tadi. "Jalan cepat! Tengok itu api Tuhan Jesus Kristus sudah tidak sabar lagi menunggu untuk membakarmu, perempuan sial! Kau telah menghina agama Kristian dan menyeret kehormatan bapamu, ketua paderi, masuk ke dalam lumpur."
Isabella yang malang tidak menjawab. Tubuhnya menggigil dan belakangnya terasa terlalu sakit. Dia melangkah turun ke dalam ruang di bawah tanah itu, yang kelihatan kelam dan suram. Dari samar-samar kelam, dia terpandang kerangka manusia berselerak di semua sudut. Ada tengkorak bergantungan di dinding. Salah seorang rahib menyalakan sebuah andang. Setelah itu, dia merapati Isabella.
"Nah, di sinilah tempat tinggalmu supaya kamu tahu akibat permusuhan dengan Tuhan Jesus Kristus, perempuan malang!"
Dia lalu menunjukkan kepada Isabella kerangka manusia.
"Inilah wakil kami yang akan mendera dan menyiksa kamu di sini."
Isabella masih berdiam diri dan merasakan dirinya seperti sedang di dalam satu mimpi ngeri. Rahib-rahib lalu meninggalkan ruang lalu memasang kunci pada pintunya. Mereka beredar ke bilik lain untuk beribadat. Sejurus kemudian, barulah Isabella sedar bahwa dia dipenjarakan sebagai satu seksaan kerana sudah tidak beriman.

Isabella tidak tahu apakah hari masih siang ataupun sudah malam kerana dia merasa sudah begitu lama sekali dikurung di ruang bawah tanah itu. Kemudia dia dibawa keluar untuk diberikan semangkuk kacang tanah yang sudah digoreng dan dikisar lumat dengan segelas air minum. Rahib-rahib masih menghina dan mencacinya. Setelah itu, Isabella dibawa ke sebuah bilik lain. Di dalamnya, Isabella melihat ada beberapa orang rahib sedang dalam keadaan yang amat khusyuk. Tujuan mereka membawa Isabella ke situ agar dapat menyedarkan Isabella tentang keluhuran agama Kristian apabila dia melihat kekhusyukan para rahib.

Isabella memerhatikan dengan penuh minat. Seorang rahib terbaring tidur. Kaki dan tangannya diikat dengan rantai. Seorang lagi memukul-mukul tubuhnya dengan cemeti. Agak ngeri juga dia melihatnya. Terlintas di dalam fikiran mungkin orang itu dianggap ada membuat kesalahan seperti yang dilakukannya tetapi kemudian dia mendapat tahu bahwa semua penyeksaan diri yang dilakukan oleh rahib-rahib ialah suatu cara untuk menundukkan diri sendiri dan penyeksaan diri serupa itu dilakukan atas kemauan rahib itu sendiri. Di dalam sebuah bilik besar yang lain, terdapat patung Mariam Perawan. Di sekelilingnya duduk rahib lelaki dan perempuan, tenggelam di dalam tafakkur. Ada rahib yang tidur menelungkup di atas lantai dan ada yang menangis teresak-esak di sudut-sudut di sekitar dinding bilik. Sebagai usaha untuk menaklukkan diri mereka, mereka berpuasa selama 20 atau 21 hari. Isabella telah mengetahui keadaan itu tetapi inilah pertama kali dia melihat sendiri.

Seorang rahib tua berkata kepada Isabella, "Wahai gadis jahanam! Jikalau kau mahu mendapat keselamatan, amalkan cara hidup sederhana serupa itu dan kamu akan disenangi oleh Tuhan Jesus Kristus."
Isabella tertawa mendengarnya. "Kenapa Tuhan menyuruh hidup serupa itu? Tujuan agama ialah memberikan tugas kepada manusia untuk membuat kebajikan kepada sesama manusia bukan disuruh menggantung diri sendiri di sudut bilik seperti kelawar. Lagi pula menurut anda, Jesus sudah menebus dosa semua orang-orang Kristian maka perbuatan menyeksa diri serupa itu sudah tidak ada gunanya lagi."
Mendengar kata-kata Isabella, mata rahib itu menjadi merah kerana terlalu marah. Dia menumbuk dada Isabella dengan sekuat-kuatnya .
Dia memekik, "Perempuan isi neraka! Kau sudah tidak boleh dipujuk lagi. Pergi duduk di tempatmu. Di sana nanti akan kami ajar!"

Kembali Isabella ke ruang bawah tanah yang dipeuhi dengan tulang-tulang dan tengkorak manusia. Pada mulanya, perasaan Isabella terganggu sedikit dengan keadaan sekitar yang mengerikan. Lama kelamaan dia sedar akan kedudukannya dan mulai dapat menenangkan diri. Dia pasrah dengan apa yang akan dihadapinya di hari depan.
Dikuasainya diri sendiri dan berdoa kepada Allah.

Dalam keadaan yang sunyi sepi begitu, sedikit bunyi saja dapat kedengaran dan Isabella akan memasang telinga. Ruang yang gelap gelita mulai mendapat sedikit cahaya apabila bilah-bilah sinar matahari menembusi masuk dari lubang-lubang kecil yang ada di dinding bilik. Isabella sedar malam sudah berlalu. Tidak lama kemudian, pintu dibuka orang dan seorang rahib membawanya naik ke sebuah bilik yang lebih besar. Dalam bilik itu terdapat patung dua belas orang Pengikut Kristus dan lain-lain patung para martir. Dua orang paderi duduk menghadap ke sebuah meja. Isabella disuruh duduk berdepan dengan paderi-paderi itu. Isabella tahu mereka adalah paderi-paderi termahsyhur di Sepanyol. Dia pernah melihat mereka di rumah bapanya.

Mula-mula, paderi-paderi itu menyumpah-seranah Isabella dengan berbagai-bagai kutukan yang diucapkan dalam keadaan marah. Kemudian mereka menuduhnya murtad, memberi malu kepada bapanya, seorang paderi yang dihormati, mencemarkan agama Kristian dan sebagainya. Setelah itu, baru mereka berlembut dan berdakwah.
"Sudahkah kau masuk Islam?"
"Syukur kepada Allah yang telah memberikan kepada saya nikmat Islam." jawab Isabella.
"Sudah!" ujar salah seorang paderi. "Hentikan puji-pujian kepada Islam. Beritahu kami apakah kau mahu mati dengan kematian yang memalukan ataupun kau mahu kembali menjadi hamba Tuhan yang dirahmati?"
"Setelah menjadi Islam tiap-tiap orang sudah menjadi hamba Tuhan yang dirahmati dan tidak ada orang yang lebih beruntung daripada mereka yang diberi peluang untuk menerima Islam kerana hanya inilah saja agama yang diredhai Allah."
"Jangan memuji-muji agama terkutuk seperti Islam di hadapan kami. Kami cuma mahu mendengar dua perkataan saja, apakah kau mahu mati atau mahu hidup di dalam agama Kristian? Jawab segera kerana nasibmu akan diputuskan pada hari ini juga."
"Betapa penderitaan dan seksaan yang telah dialami oleh martir-martir Kristian pada zaman permulaan dulu, tetapi mereka tidak membuang agamanya." jawab Isabella.
"Mereka telah dibakar hidup-hidup, dicampak ke dalam kandang harimau dan singa dan dipotong dua tetapi mereka tetap berpegang teguh pada kepercayaannya. Andaikata kerana keimanan seseorang itu mesti menghadapi kematian maka itu bermakna dia telah mendapat kerelaan Tuhan dan mendapat kepuasan batinnya sendiri. Saya sekarang sudah berada di jalan yang benar, tidak ada satupun di dunia bahkan kematian juga, dapat memesongkan pendirian saya. Kitab Suci Al-Quran telah mengajar saya bahwa sembahyang saya, pengorbanan saya, hidup dan mati saya semata-mata untuk Allah yang tiada sekutu bagiNya. Saya sudah bertekad untuk tetap mempertahankannya dan saya ternasuk orang-orang yang bertaqwa."
"Jadi bererti kau tidak mahu meninggalkan Islam dan kembali ke dalam kasih Tuhan Jesus Kristus." kata salah seorang paderi itu.
:Nasibmu akan diputuskan hari ini!"
"Apa saja keputusan yang tuan buat, buatlah tanpa takut dan menurut kata hati tuan yang sebenarnya." kata Isabella. "Paling banyak pun, tuan hanya boleh mengambil nyawa saya saja tetapi tuan tidak tahu bahwa saya sebagai hamba Allah, Allah hidup abadi."
"Bila kematian sudah berada di hadapanmu," jawab salah seorang paderi, "barulah kau akan lupa semua ayat-ayat Quran dan Allah serta lain-lainnya. Kami baru boleh mengerti kalau Quran atau Muhammad boleh menyelamatkan kau dari kematian."

Isabella tersenyum kecil.
"Masalah serupa itulah yang telah dikemukakan oleh orang-orang Yahudi kepada Jesus Kristus dulu iaitu kalau dia di jalan yang benar maka dia mesti turun dari salib itu dan menyelamatkan nyawanya. Kini, adakah Kristus di pihak yang salah menurut tuan kerana dia tidak dapat menyelamatkan nyawanya dari kematian ataupun tuan semua telah mengikut jejak langkah orang-orang Yahudi itu."
"Syaitan! Isi neraka! Otak iblis! Tak berguna! Sial!" Paderi itu melenting lalu bangun dan membeliakkan matanya kepada Isabella. "Kau panggil aku Yahudi! Kau diam! Tunggulah kematianmu!"
"Memang baik begitu kalau tuan juga diam dan biarkan saya sendirian. Tuan boleh buat apa yang tuan suka." kata Isabella.
Paderi yang sedang marah memanggil rahib-rahib yang sedang berdiri mengawal Isabella.
"Kurung perempuan ini di ruang bawah tanah itu. Jangan diberi dia makan atau minum. Bapanya telah mengarahkan supaya dia diserahkan kepada inquisisi dan nasibnya akan ditentukan esok."
Mendengar perintah itu, rahib-rahib pun menangkap Isabella dan menolaknya secara kasar. Sambil menyorong-nyorongnya ke hadapan, mereka memukul dan membawanya keluar dari bilik itu. Ketika di luar bilik, mereka lebih berleluasa memukul Isabella hingga dia jatuh tersepuk di atas lantai. Dia ditarik bangun dan didorong sehingga sampai ke ruang bawah tanah. Kemudian, Isabella ditolak masuk hingga jatuh ke lantai lalu pintu ruang itu pun dikunci.

Sudah tiga hari Isabella di dalam kurungan dan tidak sekali pun dibawa keluar lagi. Isabella tetap cekalkan hati dan memberanikan diri. Walaupun pada waktu malam, ketika suasana menjadi hening sepi, tengkorak dan tulang-tulang kerangka manusia menjadikan suasana menakutkan, ketenangan hati yang diperolehnya membuat dia tidak merasa takut. Sayup-sayup sampai ke telinganya, suara ngauman para rahib sedang melakukan ibadat dan adakala kedengaran ucapan, esakan dan raungan rahib-rahib perempuan yang sedang menyeksakan diri mereka.

..............


Berita kehilangan Isabella telah diketahui oleh Mirano daripada pembantu rumah yang telah digunakan oleh komplotan paderi-paderi untuk menculik Isabella. Mirano segera menghubungi Martha, Hanana dan Catherine. Dari penyelidikan mereka, ternyata Isabella telah dikurung dan diseksa di bawah kolong sebuah rumah yang dijadikan sebagai sebuah biara yang letaknya tidak jauh dari Rabat Ramani. Keempat orang gadis itu pun membuat keputusan untuk memberitahu hal itu kepada Umar Lahmi dan Ziad bin Umar.

Pada suatu malam, secara sembunyi-sembunyi, mereka telah ikut hadir dalam satu perhimpunan di rumah Ziad bin Umar. Semua yang hadir terperanjat mendengar berita sedih itu, lebih-lebih lagi Umar Lahmi. Dia tidak memperlihatkan kegemparan hatinya kerana Ziad bin Umar sendiri menerima berita itu dengan tenang dan sabar.
"Demi Allah," kata satu suara di antara para hadirin, "jikalau kita terus bersikap toleran serupa ini, orang-orang Kristian itu akan menjadi penghalang besar kepada dakwah Islam. Isabella yang sudah menjadi saudara kita kini dalam tawanan mereka. Menjadi tanggungjawab tiap-tiap kita untuk membebaskannya walau betapapun juga korbannya."
Seorang hadirin berdiri dan bersuara dengan lantang sekali.
"Dengan izin tuan, saya akan pergi membebaskannya sekarang juga. Malang sekali, saudara kita sedang menghadapi seksaan dan kita duduk berpeluk tubuh. Memang satu kezaliman!"
Umar Lahmi memandang Ziad bin Umar sebelum dia berkata.
"Saudara-saudara, kegemparan dan jerit-pekik tidak dapat menolong kita. Perkara ini sekarang ada di dalam tangan guru kita, Ziad bin Umar. Kita semua akan mengikut apa jua arahannya."
"Tuan Ziad," kata hadirin, "kami menuruti apa saja perintah tuan."
"Arahan saya kepada tuan-tuan semua," ujar Ziad bin Umar, "ialah jangan melakukan tindakan yang terburu-buru yang akan mengakibatkan kematian Isabella. Jika kita mahu, kita boleh mengirim sepasukan tentera tetapi adalah lebih manfaat kalau kita melakukan tindakan yang strategis. Andaikata Isabella di dalam kesukaran maka insya'Allah itu akan mempertebalkan imannya. Iman itu ialah nilai Islam yang hanya dapat dicapai melalui percubaan."

Umar Lahmi lalu memandang kepada Mirano dan sahabat-sahabatnya.
"Nah, bagaimana pula pendapat saudara-saudara sekalian? Sampai setakat mana saudara-saudara boleh menolong Isabella?"
"Sekiranya kami dibenarkan menolong," kata Mirano, "kami dengan mudah dapat melepaskan saudara kami itu dari kesukaran."
"Terima kasih banyak." ujar Umar Lahmi.
"Saudara-saudara, kami beri kebenaran untuk melakukan apa saja bagi membebaskan Isabella." kata Ziad bin Umar.
Setelah mendapat kebenaran dari Ziad bin Umar, keempat-empat anak gadis itu pun meminta diri. Dalam perjalanan pulang, mereka membuat satu rancangan dan berteguh-teguhan janji akan merahsiakan rancangan itu.
BAB 11 Isabella Dalam Kurungan


Pada suatu hari, iaitu hari keempat Isabella di dalam tawanan para paderi, Mirano bersama-sama Martha, Hanana dan Catherine telah pergi menemui ketua paderi. Mereka memberitahu ketua paderi tentang keakraban persahabatan mereka selama ini. Mereka sangat menyesali dengan perbuatan Isabella yang telah menukar agama nenekmoyangnya. Andaikata mereka diberi kesempatan untuk membujuk Isabella, mereka yakin Isabella dapat menerima kembali agama Kristian.

Walaupun ketua paderi, bapa Isabella, telah berputus asa dan sudah menyerahkan nasib anaknya itu kepada inquisisi sebagai satu-satunya jalan untuk memperkuat kedudukan jabatannya sebagai ketua paderi yang dihormati oleh penganut-penganut agama Kristian, dia terpengaruh juga dengan permohonan anak-anak gadis itu. Apatah lagi kesempatan seperti itu adalah kesempatan terakhir padanya untuk mendapat kembali anak yang sangat dikasihinya. Mirano dan sahabat-sahabatnya telah dapat menyakinkan ketua paderi bahwa mereka pasti dapat menarik kembali Isabella dalam pelukan agama Kristian dengan pujukan mereka karena mereka sudah berkawan sejak kecil.

"Bapa suci! Isabella adalah belahan hati kami semua. Kami sanggup berbuat apa saja demi untuk membawa dia kembali ke pangkuan kita. Izinkanlah kami pergi ke biara untuk bercakap dan menasehatinya."
"Biarkan anak sial itu masuk neraka." kata ketua paderi. "Dia sudah berkepala batu. Tuhan Jesus Kristus telah memutuskan hubungan dengannya. Aku khuatir kalian pula akan disesatkannya."
"Tapi tidak rugi kalau kami mencuba. Inilah usaha terakhir kami untuk kebaikan Isabella." kata Mirano. "Kalau tidak berhasil juga, kami minta bapa suci seksa dia biar dia rasa. Biarkan ia menjadi teladan kepada orang lain."
Mendengar kata-kata Mirano yang menyakinkan itu, ketua paderi pun memberi kebenaran kepada mereka untuk menemui Isabella di biara tempat dia ditahan.
"Dengan syarat kalian bercakap dengan Isabella di depan dua orang rahib supaya kalian tidak diselewengnya. Jangan dipengaruhi oleh kemurtadannya. Nah, kalian boleh pulang sekarang. Esok petang, bolehlah kalian pergi ke sana. Aku akan menulis surat kepada rahib yang mengawal di sana."

Setelah mendapat persetujuan ketua paderi, Mirano dan sahabat-sahabatnya pulang ke rumah dengan perasaan yang amat gembira. Dalam perjalanan pulang, mereka membuat keputusan akan keluar dari rumah mereka besok petang dan terus minggat bersama-sama Isabella ke pihak orang-orang Islam. Mereka membuat persediaan dengan penuh berhati-hati agar tidak memberi tanda-tanda yang boleh menimbulkan kecurigaan kepada keluarga masing-masing. Sebelum bertolak ke biara, mereka telah memberitahu usaha mereka kepada Umar Lahmi dan Ziad bin Umar dan meminta disediakan keperluan yang dibutuhkan dalam menjayakan usaha pembebasan Isabella.

Seperti yang sudah dijanjikan, keempat-empat anak gadis itu telah keluar dari rumahnya tanpa membawa bekalan apa-apa. Bapa Mirano, Michael yang telah diberitahu oleh ketua paderi tentang tujuan anaknya, telah memberi nasehat-nasehat yang perlu kepada anaknya agar dia berhati-hati dalam menghadapi Isabella. Dia sangat gembira di atas usaha anaknya kerana dia tahu benar hubungan Mirano dan Isabella yang kuat kerana telah terjalin ketika mereka masih kecil lagi. Dalam hatinya, melonjak rasa bangga kerana anaknya masih kuat berpegang pada agama Kristian dan tidak mudah terpengaruh seperti Isabella, anak ketua paderi, walaupun anaknya itu ikut mendengar perbahasan dengan orang-orang Islam.
"Mudah-mudahan kamu semua dalam perlindungan Tuhan Jesus Kristus." katanya sambil melepaskan anaknya pergi. "Pujuklah dia. Mudah-mudahan dia kembali kepada kita."

Mirano dan sahabat-sahabatnya telah bertemu di suatu tempat. Tepat pada waktu yang dijanjikan ketua paderi, mereka bertolak ke biara. Ketua paderi telah pun menulis kepada pengawas biara supaya membenarkan mereka dan memberikan segala macam kemudahan dan bantuan agar anak-anak gadis itu dapat mengubah pendirian Isabella dan dapat melihat kembali cahaya kebenaran semula. Apabila Mirano dan sahabat-sahabatnya tiba di biara, mereka telah diberi sambutan oleh rahib lelaki dan rahib perempuan dengan penuh hormat dan mesra. Mereka berfikir bahwa untuk membimbing Isabella kembali ke dalam agama Kristian, Jesus Kristus telah mengirim ibunya, Mariam Perawan, dengan menjelma ke dalam gadis-gadis ini dan pertolongan dari semua wali-wali ada bersama-sama mereka. Apabila sampai ke dalam rumah, mereka dibawa masuk ke bilik yang ditempatkan patung Mariam Perawan. Mereka lalu duduk menghadapinya dengan dikelilingi sekumpulan rahib lelaki dan rahib perempuan.

Seorang rahib perempuan berkata kepda Mirano "Rahmat Tuhan Jesus Kristus kepada anda dan muga-muga Tuhan memberi kejayaan ke atas usaha anda. Anda tahu, syaitan telah memesongkan Isabella yang malang itu dari jalan yang benar. Betapa bagusnya dan terpelajarnya gadis itu! Mudah-mudahan Tuhan menghancurkan syaitan itu. Betapa alimnya orang yang telah disesatkan!"
"Mudah-mudahan anda dilindungi oleh bayang-bayang Mariam Perawan. Dengan pertolongan penyelamat, anda tentu berjaya." ujar seorang rahib perempuan lain.
"Wajah anda yang cantik menjamin kejayaan itu. Andainya ada bantuan restu dari Tuhan Jesus Kristus maka usaha yang sukar ini akan dapat dijalankan dengan baik. Berita telah tersebar di seluruh Cordova dan semua orang-orang Kristian merasa terpukul."
"Demi Tuhan," sampuk pula rahib perempuan yang ketiga, "baru tadi malam aku melihat gadis-gadis yang berwajah seperti anda di dalam mimpiku. Mereka duduk di atas pangkuan Mariam Perawan dan disebelahnya Tuhan Jesus Kristus sedang memberi isyarat bahwa kehormatan gereja akan dipulihkan melalui keempat orang gadis itu"
Apabila rahib lelaki mendengarnya, mereka berteriak "Sudah pastilah orang-orang dalam mimpimu itu adalah gadis-gadis ini!"

Ketua rahib yang menjadi pengawas biara mencelah "Isabella sedang dikurung di dalam ruang bawah tanah. Kaki dan tangannya dirantai. Gadis terkutuk itu terlalu keras hati, lagi kuat seksaan dikenakan ke atasnya lagi kuat dia mengagung-agungkan Islam. Malah dalam keadaan serupa itu pula, dia cuba berdakwah kepada kami. Jadi, bila anda bercadang mahu menjumpainya?"
"Cadangan kami ialah untuk berbicara dengannya dalam keadaan tenang." jawab Mirano. "Kami akan menerangkan kepadanya tentang kebenaran agama Kristian tetapi dengan syarat satu atau dua orang rahib saja ikut serta. Kini matahari sudah hampir terbenam, bolehlah tuan bawanya ke mari supaya dapat kami membujuknya sembahyang dan beramal. Mungkin sesudah itu tidak perlu lagi kita membujuknya. Dengan berkat Mariam Perawan," Mirano menunjuk ke arah patung Mariam Perawan, "hatinya akan terbuka untuk Tuhan yang disalib."
Ketua rahib menundukkan kepala tanda bersetuju.
"Apa saja arahan anda kami akan mematuhi. Aku akan mengarahkan semua rahib agar tidak mengganggu anda sembahyang dan melakukan amalan dan menjauhkan diri mereka dari anda semua."
"Terima kasih." kata Mirano. "Biarlah kami bertemu Isabella dulu di ruang bawah tanah itu. Setelah kami berbicara dengannya tentang hal-hal biasa seperti persahabatan kami, barulah bawa dia ke mari." Sambil menunjuk kepada patung Mariam Perawan, Mirano menyambung "Cuba tengok, ibu Tuhan kita sudah siap menunggu untuk mengambil Isabella ke dalam pelukannya. Kita berharap Isabella juga tidak enggan menerima pelukan yang diberi."
"Baiklah." kata ketua rahib. Dia pun mempelawa Mirano dan sahabat-sahabatnya mengikutinya turun ke ruang bawah tanah.

Apabila pintu bilik dibuka, mereka semua diselubungi kegelapan.
"Oh, gelap!" seru Hanana.
"Nanti saya pasangkan andang." ujar ketua rahib. "Berjalanlah perlahan ke depan tetapi awas jangan terlanggar tulang-tulang tengkorak yang berselerakan."
Ketua rahib lalu menyalakan andang. Mirano yang belum biasa dengan keadaan di dalam bilik itu belum lagi dapat melihat Isabella yang sedang duduk di satu sudut yang tidak tercapai cahaya andang. Mereka cuma dapat melihat tengkorak bergantungan dan tulang-tulang manusia di sanasini. Martha lebih dulu melihat kelibat Isabella. Rasa ngeri yang menyelinap ke dalam diri terus hilang kerana kegembiraan.
"Isabella!" serunya.
Semua sahabat-sahabatnya seperti dikejutkan oleh seruan itu lalu memandang berkeliling. Mereka terlupa sebentar pada tulang dan tengkorak manusia.
"Isabella!"
Isabella terperanjat mendengar suara sahabat-sahabatnya. Dia lalu memanggung kepala. Nampaklah keempat sahabatnya yang sedang berdiri di dalam sinar andang.
"Assalamualaikum." ujarnya.
"Perempuan malang lagi terkutuk!" sumpah ketua rahib. "Baru kelmarin kau dipukul kerana menyebut kata-kata itu tetapi kau masih belum serik lagi dan masih belum berubah."

Semua sahabat-sahabat Isabella menyambut salam itu dengan ketawa berdekah-dekah dan pura-pura tidak mendengar. Mereka mendekatinya. Hati mereka hancur luluh kerana kesedihan melihat keadaan Isabella. Mata mereka digenangi air. Kasihan, tangan dan kaki Isabella diikat dengan rantai.
"Isabella, alangkah sedihnya keadaan anda di sini." kata Mirano. "Belumkah lagi anda sedar betapa hukuman yang dikenakan ke atas anda kerana menolak kebenaran?"
"Anda memang benar, saudara." jawab Isabella tersenyum. "Kerana kebenaran orang sanggup ke tiang gantung."
"Kami datang ke mari," kata Mirano "bukan untuk berbahas tentang kepercayaan anda."
Mirano lalu ketawa dan diikuti sahabat-sahabatnya sehingga kedua orang rahib yang ada juga ikut ketawa bersama-sama.
"Isabella, berapa lama lagi anda mahu duduk dalam cengkaman syaitan serupa ini? Cuba lihat betapa orang-orang Kristian di seluruh Cordova terganggu oleh kemurtadan anda."
"Tidak ada jalan lain untuk berlindung dari syaitan melainkan dengan menerima Islam." jawab Isabella. "Satu anggapan kosong bahwa dengan menjadi Kristian seseorang dapat melepaskan diri dari cengkaman syaitan. Anda telah baca Injil dan seharusnya sudah tahu bahwa pengikut-pengikut suci juga tidak dapat terlepas dari genggaman syaitan. Malah Jesus Kristus memanggil setengah daripada pengikutnya sebagai syaitan. Apabila pengikut-pengikut ini, yang menurut kata anda, dilatih langsung di bawah pengawasan Jesus Kristus tidak dapat melepaskan diri daripada cengkaman syaitan maka bagaimana orang-orang Kristian hari ini mahu menyelamatkan diri mereka dari syaitan? Tetapi Al-Quran mengatakan bahwa syaitan tidak boleh menyentuh hamba-hamba Allah yang taqwa."

"Nah, anda sudah memulai lagi perbincangan yang menyebabkan anda dikalahkan oleh paderi-paderi kita." kata Mirano sambik ketawa. "Dan dengan rahmat Tuhan kita telah keluar dengan kejayaan. Jadi, lebih baik anda berhentikan perbahasan ini dan tengok kepada seksaan yang anda terima. Oh, Isabella! Ini hukuman Tuhan ke atas anda, sebagai anak ketua paderi Cordova, anda tidur di atas tilam duri dan kaki serta tangan anda dirantai, demi Tuhan. Kasihanilah diri anda."
"Jikalau kebenaran boleh dibuang kerana mengelak diri dari kesusahan, maka orang-orang Kristian yang menjadi martir pada awal Kristian dulu tidaklah dapat merasa ujian kemartiran mereka. Jikalau kesusahan hanya datang melalui perkara-perkara yang batal maka kebanyakan orang Kristian yang menjadi kebanggaan gereja dapat digolongkan sebagai orang-orang yang berada di pihak yang salah. Pada hakikatnya, percakapan anda itu lebih banyak menyeksa aku melebihi daripada yang kurasai di atas tilam berduri ini dan kaki dan tanganku terbelenggu. Apakah anda datang untuk menambahkan lagi seksaan ke atas diriku?"

Mirano lalu berpaling kepada rahib, ketua pengawas, sambil berbisik "Isabella tidak dapat ditundukkan dengan perbahasan. Satu-satunya cara ialah pada malam ini kita sertakan dia di dalam sembahyang dan pembaktian di depan patung Mariam Perawan. Tuan akan lihat, malam ini juga dia akan berubah dan hatinya akan berpaling lalu kembali kepada Kristus yang disalib."
"Sudah menjadi aturan seseorang yang hatinya terlalu keras akan kembali beriman apabila berhadapan dengan kenyataan. Lihat saja, betapa degilnya St Paul, musuh Tuhan. Apa bentuk seksaan yang tidak diterima oleh orang-orang beriman di tangannya? Tetapi St Paul itulah sekarang menjadi turus agama Kristian. Dialah yang paling banyak menerima rahmat dari Tuhan." kata Mirano.
"Anda benar." ujar ketua rahib. "Mudah-mudahan Tuhan Kristus akan berbuat serupa pada Isabella dan kembali ke dalam golongannya."
"Baiklah, sekarang kita beredar dulu dari sini dan siapkan upacara sembahyang di bilik besar." kata Mirano kepada ketua rahib.
"Lepas tiga jam malam berlalu, tuan bawa Isabella ke bilik kami bersama seorang rahib perempuan untuk menjaganya." sambung Mirano.
"Baiklah. Isabella akan kami bawa kepada anda pada waktu yang ditetapkan." Ketua rahib berjanji.
"Oh ya," ujar Mirano, "bolehkah tuan atau sesiapa saja menemani kami sepanjang malam ini?"
"Dengan segala senang hati. Tapi," kata ketua rahib "anda tahu kami semua sembahyang sepanjang malam dan memuja-mua Tuhan."
Mirano diam sejurus seperti sedang berfikir.
"Kalau begitu, baiklah. Buat apa yang biasa tuan-tuan lakukan. Saya pun fikir tidak berapa perlu sangat. Cuma pada waktu pagi saja iaitu pada masa perbincangan itu, tuan mesti hadir sama seperti yang sudah kita aturkan."
"Ya, waktu pagi nanti tidak saja saya tetapi rahib-rahib lain pun akan ikut mendengar perbincangan anda." kata ketua rahib.
Martha menyampuk "Kalau dengan izin Jesus Kristus hasilnya akan tercapa pada malam nanti. Perlukah lagi perbincangan itu?"
Ucapan Martha itu diberikan dengan semacam nada yang dapat ditangkap maksudnya oleh sahabat-sahabatnya saja.

Setelah mereka meninggalkan ruang bawah tanah itu, ketua rahib mengunci pintunya. Mereka masuk ke bilik besar. Selesai makan malam dan membersihkan diri, empat sekawan itu berjalan-jalan di sekitar biara. Mereka bercakap-cakap dengan rahib lelaki dan rahib perempuan yang membuat persiapan-persiapan untuk beribadat di sepanjang malam itu. Kemudian, mereka kembali ke bilik. Tujuan mereka berbuat begitu adalah untuk mencari seroang rahib perempuan yang paling kuat pembaktiannya yakni yang paling warak. Mereka dapat bertemu rahib itu dan ketika itu dia sedang tenggelam dalam sembahyangnya.

Malam berjalan dengan lambat tetapi waktu tiga jam yang dijanjikan semakin mendekat. Anak-anak gadis itu berbincang sesama sendiri dengan suara perlahan. Tepat pada waktunya, pintu bilik dibuka dan ketua rahib masuk. Keempat-empat gadis itu bangun berdiri sambil memberi hormat.
"Isabella sedang diambil dari kurungan dan akan dibawa ke mari dengan segera." kata ketua rahib.
"Terima kasih." jawab Mirano.
"Bersama-sama dengannya ialah seorang rahib perempuan seperti yang diminta." kata ketua rahib lagi.
"Bolehkah tuan hantarkan kepada kami seorang rahib yang paling warak, seseorang yang tidak berhenti beribadat sepanjang malam?" tanya Mirano. "Adakah rahib serupa itu di sini?"
Ketua rahib termenung seketika.
"Semua rahib perempuan di sini warak orangnya. Mereka membuat berbagai-bagai amalan demi Tuhan Jesus. Tapi .." katanya sambil berfikir "ada seorang yang bernama Arkia. Dia paling warak, pembakti, penerima wahyu suci dan telah melakukan berbagai macam mukjizat. Tentang keturunannya, cukuplah kalau dikatakan dia itu ialah Puteri Perancis. Dia telah meninggalkan kekayaan dan takhtanya demi untuk Mariam Perawan."
"Kalau begitu, cita-cita kami sudah berhasil." kata Mirano. "Kami perlukan rahib perempuan seperti itu supaya dapat mempengaruhi Isabella dengan kekuatan batinnya. Apakah dia juga boleh melakukan mukjizat?"
"Kebolehannya melakukan mukjizat terkenal di mana-mana." jawab ketua rahib. "Apakah anda tidak pernah mendengar tentang dirinya? Anda dengar ini saja, dia boleh minum racun tetapi tak berkesan sedikit pun padanya. Pada suatu masa dulu, seekor ular yang berbisa masuk ke biara dan jatuh tergolek di kaki Arkia. Ini saya lihat dengan matakepala saya sendiri."
"Maha suci Tuhan." ujar Mirano. "Kerja kita sudah berhasil. Sekarang tolong bawakan Isabella dan Arkia kemari."

BAB 12 Puteri Perancis


Tidak lama kemudian, Isabella pun dibawa masuk ke dalam bilik di mana sahabat-sahabatnya sedang menunggu. Keadaan tubuhnya amat lemah. Mirano dan sahabat-sahabatnya terlalu hiba melihatnya. Kalau tidak khuatirkan tembelang mereka akan terbuka, pada waktu itu juga mereka mahu memeluknya dan menangis dengan sekuat-kuat hati. Mereka hanya menahan sebak di dada walaupun melahirkan raut wajah yg biasa seperti orang yang hanya datang sekadar mahu memujuk agar Isabella kembali kepada jalan yang benar.

"Puteri Arkia akan datang sebentar lagi sesudah dia selesai mengerjakan ibadatnya." kata rahib yang membawa Isabella.
Dia kemudian meninggalkan bilik itu. Pada kesempatan itu, Mirano, Hanana, Martha dan Catherine segera membincangkan dengan Isabella tentang rancangan rahsia yang akan mereka lakukan bagi membebaskannya. Mereka meminta Isabella bekerjasama dengan berpura-pura kembali kepada agama Kristian agar rancangan itu berjaya. Isabella menempelak sahabat-sahabatnya. Dia dengan tegas menolak cadangan mereka.

"Apa saja penderitaan demi agama Islam maka insyaAllah, ia akan menjadi sebagai penebusan dosa dan memperkuat lagi keimananku. Andaikata Allah mahu membebaskan aku daripada cengkaman tawanan ini, maka pasti Dia akan menunjukkan jalannya kepadaku." kata Isabella dengan penuh taqwa.
Setelah terjadi berbagai macam pertukaran pendapat, mereka akhirnya mencapai kata sepakat akan melakukan cara yang paling baik tanpa menyinggung keimanan Isabella yang sudah kukuh. Mereka lalu berdoa bersama-sama. Isabella membaca doa yang diajarkan oleh Umar Lahmi dari AlQuran, surat Al-Isra' ayat 80: Rabbi adkhilni mudkhala sidqin wa akhrijni mukhraja sidqin.*

*Wahai Tuhanku, masukkanlah daku secara yang baik lagi diredhai dan keluarkanlah daku secara yang baik dan diredhai.

Mirano mula membaca salawat kepada Rasulullah dan sahabat-sahabat mereka yang lain mengucapkan doa yang sesuai dengan keadaan pada waktu itu. Sebaik saja mereka selesai berdoa, pintu bilik terbuka dan melangkah masuk Arkia, Puteri Perancis. Mereka terpegun sejurus melihat perawakan wanita itu. Orangnya tinggi lampai dan walaupun dalam berpakaian rahib begitu pun masih dapat dilihat garis-garis kecantikannya yang asal. Hidungnya mancung seperti paruh elang dan pada raut muka tergambar keangkuhan bangsawan. Bibirnya yang tipis dan rapat membayangkan kekerasan hati.

Mereka yang ada di dalam bilik bangun dan memberi hormat kepadanya.
"Saya sangat dukacita bahwa Isabella telah melepaskan dirinya daripada pelukan Tuhan kita dan telah menyekutukan dirinya dengan orang-orang yang murtad. Saya hairan kenapa syaitan boleh menguasainya. Baru tadi malam, saya melihat dalam mimpi saya seorang ulama Islam dibakar di dalam neraka dan gadis malang ini juga mahu mengikutinya? Kalau dia kembali memikul salib Tuhan dan tinggal dengan saya beberapa hari, saya akan memberi dia melihat Tuhan." kata Arkia.
"Memang benar," ujar Mirano "sangat memalukan apabila seorang anak pemimpin kerohanian menjadi murtad. Itulah sebabnya pada hari ini kami membawanya kepada anda. Anda boleh mempengaruhinya dengan kekuatan ilmu batin anda dan membawa dia kembali ke kaki Tuhan. Dia tidak dapat kita kalahkan dengan hujah-hujah tetapi kita dapat membawanya kembali ke agama asal dengan pengaruh kerohanian."
"Baiklah," jawab Arkia "hari ini kita membawa balik Isabella kepada Mariam Perawan melalui sembahyang dan ibadat. Saya yakin menjelang pagi nanti, dia akan pulih. Saya dapat melihat Tuhan sedang menunggu Isabella dengan tangan terbuka dan Isabella pun sudah bersedia untuk masuk ke dalam pelukannya. Anda semua tidak usah khuatir. Tunggu saja sampai pagi."

Ketika itu, Isabella mahu menjawab kata-kata Arkia tetapi Martha dengan segera memberi isyarat supaya dia mendiamkan diri. Arkia menceritakan tentang beberapa mukjizat yang pernah dilakukannya. Sedang dia bercakap-cakap, pintu bilik dibuka orang. Di muka pintu, berdiri ketua rahib.
"Apakah anda masih memerlukan beberapa orang rahib perempuan lagi?" tanya ketua rahib. "Kalau mahu, saya akan arahkan."
"Terima kasih banyak." jawab Mirano. "Buat masa ini saya fikir belum perlu lagi. Tetapi saya berterima kasih kalau tuan dapat datang menjenguk kami sekali atau beberapa kali sepanjang malan ini dan memberi nasihat apa-apa yang perlu."
"Baiklah." kata ketua rahib. "Saya akan datang setiap dua jam sekali."
Dia lalu menutup pintu bilik dan meninggalkan mereka.

Ada kira-kira setengah jam lagi akan menjelang tengahmalam. Anak-anak gadis itu pun duduk untuk melakukan sembahyang bersama Arkia di depan patung Mariam Perawan. Mereka duduk dalam jarak beberapa meter antara satu dengan yang lain. Mirano duduk berhampiran dengan Isabella supaya dia dapat menyampaikan sesuatu yang penting dengan mudah tanpa diketahui orang lain.
Setelah satu jam bersembahyang, Mirano lalu membisikkan kepada Isabella "Dengar baik-baik. Anda jangan sekali-kali mencelah apa saja yang aku cakapkan. Anda dengar saja dan terima seadanya."
Arkia dengan semangat kesalihan yang tinggi telah melakukan beberapa perkara yang aneh-aneh. Kadang-kala dia menghulurkan tangannya seolah-olah mahu mencapai sesuatu ke dalam pelukannya. Kadang-kala dia menangis dan ada masa dia meraung seperti orang kesakitan. Dia mengulang-ulangi perbuatannya berkali-kali dan berkata "Ya, ya. Tuhan akan memberi hidayah kepadamu. Roh Kudus akan menolong kita."

Kira-kira jam satu malam, Mirano telah menjerit dengan sekuat hati dan kemudian pengsan. Isabella duduk tanpa bergerak di sampingnya. Arkia, Martha, Hanana dan Catherine menerpa ke Mirano. Mereka mahu menyedarkannya dengan memercikkan air ke muka. Arkia melarang sambil berkata bahwa Mirano telah melihat Tuhan dan sembahyang mereka pada malam itu mencapai kejayaan besar.
"Jangan susah. Ini satu tuah kita bahwa Tuhan telah datang ke biara ini."
Arkia mendekati Isabella. "Nah, Isabella! Masih enggankah kau mengangkat salib Tuhan kita?"
Isabella diam. Dia tidak menjawab dan hanya mendengar saja. Arkia semakin yakin bahwa Tuhan benar-benar telah turun di biara itu dan memandang Isabella dengan mata rahmatnya. Mirano masih terus dengan pengsannya waktu ketua rahib tiba.
Ketua rahib amat terperanjat melihat keadaan Mirano lalu berteriak "Apa sudah terjadi?"

Arkia terus menceritakan dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan telah turun ke dalam diri Isabella, yang segera pula dibenarkan oleh ketua rahib itu yang memang sudah sangat percaya kepada kesalihan Arkia. Akhirnya, setelah dilakukan berbagai-bagai usaha, Mirano pun mulai sedar.
Ketua rahib segera bertanya "Mirano, bagaimana keadaanmu? Cuba beritahu kami sedikit khabar baik."
Mirano menunjukkan jarinya ke arah Arkia.
"Ini semua adalah manifestasi kesalihan dan keberkatan dari perhatiannya yang warak menyebabkan saya melihat Tuhan." kata Mirano bersungguh-sungguh.
"Maha Suci Tuhan," ujar Arkia "rahmat atas nama Kristus yang disalib."
"Bagus, bagus. Apa yang telah anda lihat?" tanya ketua rahib lagi seakan tidak sabar.
"Saya sedang khusyuk bersembahyang apabila saya melihat suatu lembaga lelaki yang segak dan anggun menerpa saya. Kemudian, dia melihat dengan mata imannya pada Isabella sambil tersenyum." Mirano bercerita.
"Tahniah! Tahniah!" kata ketua rahib itu.
"Saya sedang memerhatikan lembaga itu dengan penuh perhatian bila dia tiba-tiba berpaling kepada saya. Saya melihat ada suatu tanda di dahinya yang tertulis 'Roh Kudus' dengan huruf yang bercahaya-cahaya."
Isabella menahan ketawanya hingga membuat dia terbatuk-batuk.

"Oh Tuhan! Maha Suci namamu." kata Arkia.
"Kemudian dia mengeluarkan sebiji botol kecil dan menuang beberapa titik isinya ke atas kepala Isabella." sambung Mirano.
"Sudah tentu itu titisan air keimanan, Isabella," kata ketua rahib "nasibmu sudah kembali bersinar."
"Kemudian Roh Kudus memberitahu saya dua perkara ..." Mirano tidak meneruskan ucapannya. Dia seperti tenggelam dalam fikiran secara tiba-tiba.
"Apa dia, Mirano?" Ketua rahib tidak sabar sambil memanjangkan lehernya mendekati Mirano. "Apa dia dua perkara itu?"
"Katanya," ujar Mirano "ada sebuah gereja suci di daerah selatan Cordova yang sekarang sudah ditinggalkan orang. Di sana tulang-tulang Wali Suci yang disimpan untuk penziarah-penziarah yang mencari berkat. Saya mahu ke sana dan cuba lihat, Tuhan sedang menunggu kita dengan tangan terbuka untuk diberi hidayat."
Arkia terus berseru "Tuhan yang disalib! Namamu penuh pujian. Demi Mariam Suci! Betapa beruntungnya wahyu ini. Dan saya telah melihat Tuhan sebaik saja saya sampai ke mari. Dapatkah tuan lihat betapa wahyu Mirano telah membenarkan perkataan saya?"
"Apa dia yang lagi satu, yang dikatakan Roh Kudus?" tanya ketua rahib lagi memotong kata-kata Arkia.
"Perkara yang lagi satu?" Mirano berpura-pura kehairanan.
"Ya!"
Mirano menggeleng-gelengkan kepala dengan lembut.
"Perkara yang lagi satu saya tidak boleh beritahu di sini. Begitu saya diperintah."
"Apakah Roh Kudus tidak benarkan anda memberitahu perkara itu di sini?" Ketua rahib seperti kecewa.
"Ya! Dia tidak membenarkan saya memberitahunya di depan orangramai."
"Sekurang-kurangnya anda memberitahu saya kalau hal itu ada kena mengena dengan orang atau tentang suatu usaha." kata ketua rahib tanpa berputus asa.

Setelah diam sejurus. Mirano lalu berkata "Hanya sekadar ini saja saya boleh memberitahu tuan. Saya tidak begitu banyak mengetahui tentang tuan. Bapa Suci, bagaimana saya akan mengetahui kedudukan tuan begitu tinggi di hadapan Tuhan?"
Oleh sebab para rahib dan orang-orang Kristian Roman Katolik sangat percaya pada ketahyulan dan amat mudah mempercayainya maka rahib itu pun begitu juga. Dia melompat-lompat kegembiraan dan mengulang-ulangi ucapan Mirano.
"Bagaimana saya akan mengetahui kedudukan tuan begitu tinggi di hadapan Tuhan."
Arkia, Puteri Perancis, bersujud di kaki ketua rahib dan menggosok-gosok dahinya di atas kaki itu. Ketua rahib membiarkan sambil berdiri tegak kerana terlalu gembira.
Dia hanya berkata kepada Arkia "Anakku, sabarlah! Engkau juga akan ikut bersama-samaku di dalam syurga."

Hampir dua jam lamanya suasana riang gembira itu berlangsung. Akhirnya, Arkia berkata kepada ketua rahib itu.
"Apa yang harus kita buat sekarang?"
"Untuk menemui Tuhan, kita harus pergi ke tempat yang diberitahu Mirano." kata ketua rahib.
Kemudian dia berpaling kepada Isabella. "Lihat, wahai gadis yang baik! Kerana engkaulah maka Roh Kudus telah turun ke atas kami hari ini. Sudah tentu pertemuanmu dengan Tuhan nanti akan menjadikan engkau seorang wali. Raja-raja akan datang meminta berkat dari kakimu."
"Apakah kita perlu pergi ke gereja buruk seperti yang diarahkan oleh Roh Kudus itu?" tanya Mirano.
"Sudah tentu!" kata ketua rahib. "Apakah anda masih ragu-ragu apabila Roh Kudus sudah arahkan kita ke sana? Kita mesti sampai di situ sebelum menjelang pagi."
"Baiklah." Kurungkan Isabella di dalam ruang bawah tanah itu dan bersiaplah untuk bertolak." kata Mirano.
"Kenapa?" tanya ketua rahib kehairanan. "Anda mahu tinggalkan orang yang kerananya Roh Kudus turun ke mari dan memberi penghormatan kepada kita untuk bertemu dengan Tuhan? Dengar! Isabella telah menerima hidayat istimewa dari Tuhan. Seperti juga dengan Paulus Suci meskipun menjadi musuh ketat Tuhan telah menerima berkat yang istimewa. Jadi, bangun semua. Bawa Isabella bersama-sama anda. Mari kita pergi ke gereja itu."
"Bagaimana kalau Isabella melarikan diri dalam perjalanan kita nanti?" tanya Hanana.
Ketua rahib tertawa besar. "Hairan! Adakah Tuhan panggil kita ke hadapannya kerana sesuatu yang tidak berfaedah. Seolah-olah dia tidak tahu orang yang dipanggilnya akan melarikan diri."
"Saya fikir kita tidak boleh berlengah-lengah lagi." kata Arkia. "Kerana Roh Kudus telah mengarahkan kita sampai ke sana segera." Arkia memandang ke angkasa.
"Saya sudah mulai nampak Roh Kudus. Oh Tuhan! Puji-pujian untuk namamu!"
"Puji-pujian untuk namamu, Tuhan!" Semua ikut mengucapkan serentak.
"Baiklah," ujar ketua rahib "saya akan mengarahkan mereka membawa keluar keldai-keldai dan kalian berkemaslah. Keldai-keldai larinya cepat, sekejap saja kita boleh sampai ke sana."

Ketua rahib keluar dan memanggil pekerja-pekerja biara lalu menyuruh mereka mengeluarkan keldai-keldai. Waktu berangkat dirahsiakan dari pengetahuan rahib-rahib lain. Ketua rahib sangat gembira kerana Isabella akan melihat Tuhan di gereja buruk dan akan memikul Salib Suci Kristus. Bapanya, ketua paderi, tentu akan terperanjat besar melihat mukjizat itu.

Mereka sekarang sudah siap untuk bertolak. Isabella, Hanana, Catherine, Mirano, Martha, Arkia dan ketua rahib menunggang keldai seorang seekor. Atas arahan Mirano, Isabella diletakkan di tengah-tengah sebagai satu tindakan keselamatan. Dalam masa empat puluh lima minit, mereka sampai ke Gereja Saint Peter. Di dalam gereja itu, terdapat tulang-tulang para martir yang terkenal di dalam agama Kristian dan perempuan-perempuan Kristian dari tempat-tempat yang jauh datang ke gereja ini berziarah untuk mendapat berkat.

Masa masih ada lagi sebelum menjelang fajar dan keadaan gereja yang mengerikan itu menimbulkan semacam perasaan takut di dalam hati. Sebaik saja mereka masuk ke dalam gereja, Arkia dan ketua rahib terus bertelut di hadapan satu rangka manusia yang besar. Kedua-duanya mula menangis dengan kuat kerana mengharapkan dapat melihat Tuhan sebelum pagi dan Roh Kudus akan memeluk mereka. Ketika ini, Isabella dan sahabat-sahabatnya membincang satu rancangan sulit yang sudah mereka atur sebelum bertolak ke tempat itu. Tiba-tiba dengan suatu gerakan yang cepat, kelima-lima orang kawan itu menyerang ketua rahib yang sedang meniarap dan menangis. Dua orang memegang kuat tangannya sementara dua orang lagi menangkap kaki. Seorang mengeluarkan tali dan kain buruk yang disembunyikan di dalam kocek baju. Mereka menyumbat kain buruk itu ke mulut ketua rahib dan mengikat tangan serta kakinya. Ketua rahib malang itu amat terkejut dan tidak sempat menjerit meminta tolong.

Arkia meniarap di hadapan satu rangka manusia yang lain yang mengharap dapat melihat Tuhan telah dibisikkan di telinganya oleh Isabella.
"Marilah saudaraku yang salih! Saya mahu menunjukkan Tuhan kepada anda."
Dengan penuh bersemangat, Arkia bangun segera dan apabila dia menghampiri ketua rahib yang terikat tangan dan kaki dan dalam keadaan tidak terdaya, dia lalu memekik "Apa ini?"
"Inilah Tuhan yang anda datang untuk melihatnya di sini." jawab Isabella.
Anak-anak gadis itu lalu memberi amaran kepada Arkia tentang hari depannya. Mereka mendakwah agama Islam kepadanya.
"Kalau anda mahu melihat sinar kebenaran dan menjadi manusia yang sempurna, mengucaplah La ilaha illallah, Muhammad-ur Rasulullah. Kalau tidak anda tidak akan dapat melihat Tuhan khayalan anda itu sampai ke hari kiamat."

Setelah berpesan, kelima-lima gadis itu pun menunggang keldai seorang seekor serta membawa bersama dua ekor keldai lagi lalu meninggalkan gereja tua segera. Arkia diam tegak seperti patung kerana terkejut. Akhirnya, dalam cahaya lilin yang suram, dia melihat ketua rahib terkial-kial mahu melepaskan diri sambil memberi isyarat memerlukan bantuan untuk melepaskan dirinya. Arkia baru tersedar akan keadaan yang telah berlaku. Dia segera menarik keluar kain yang tersumbat di dalam mulut ketua rahib. Kemudia dibuka ikatan tangan dan kakinya. Setelah itu, ketua rahib memekik sekuat hatinya. Mendengar pekikan yang kuat di pagi hari di dalam gereja yang sedang riuh dengan tangisan para ziarah itu, barulah orang-orang yang ada di situ sedar apa yang telah berlaku. Isabella dan sahabat-sahabatnya sudah tidak kelihatan lagi. Mereka telah jauh meninggalkan gereja tersebut.

Tidak lama kemudian, kelima-lima gadis itu tiba di rumah Umar Lahmi. Umar Lahmi dan orang-orang Islam yang lain baru saja selesai menunaikan solat Subuh ketika itu. Mereka mendengar peristiwa yang baru dialami kelima anak gadis itu. Berita itu disampaikan kepada Ziad bin Umar dengan segera. Semua orang Islam merasa gembira dan mengucapkan syukur ke hadhirat Allah Subhanahu Wa Taala dan mengucapkan tahniah serta pujian kepada Mirano dan sahabat-sahabatnya yang telah berjaya membebaskan Isabella. Setelah itu mereka semua berkumpul di satu perkumpulan sesudah Subuh. Semua alim ulama, ahli filsafah, doktor, penulis, penyair, penafsir Al-Quran dan Hadis, serta ahli sejarah hadir bersama. Hampir semua orang di situ tahu tentang peristiwa Isabella ditawan dan diserahkan kepada inquisisi. Selama Isabella di dalam tawanan, Umar Lahmi kerap menerima laporan tentang keadaan diri Isabella yang disampaikan oleh para pengintip rahsia. Berita-berita itu disampaikan oleh Umar Lahmi kepada hadirin di setiap perkumpulan yang diadakan di rumah Ziad bin Umar.

BAB 13 Pertemuan Sulit


Di gereja Saint Peter, sepeninggalan Isabella dan sahabat-sahabatnya, telah timbul kekecohan besar. Walaupun telah ditolong oleh Arkia melepaskan diri dari ikatan, ketua rahib yang tadinya memekik meminta tolong tiba-tiba terdiam. Sejurus lamanya dia terdiam tanpa berkata-kata seperti seorang yang dalam kebingungan dengan apa yang telah menimpa dirinya. Dia tidak dapat menjawab pertanyaan ramai orang yang datang mengerumuninya.

Penziarah-penziarah lain yang berada di dalam bilik yang berasingan seolah-olah tidak menghiraukan teriakan meminta tolong dari ketua rahib. Mereka sebaliknya semakin khusyuk dengan doa dan sembahyang di hadapan tulang-tulang kerangka orang yang dianggap wali. Mereka semakin kuat menggenggam jari-jemari tangan masing-masing sambil menangis sementara menunggu dengan penuh sabar kedatangan Tuhan yang dijanjikan.

Setelah keadaan kembali reda, ketua rahib dan Arkia terburu-buru keluar dari gereja kerana mahu mengejar Isabella dan sahabat-sahabatnya yang sudah terlepas dari tawanan. Sekali lagi, mereka termanggu dalam keadaan bingung kerana keldai-keldai mereka telah tiada lagi di situ. Mereka lalu meminjam keldai penziarah lain untuk pulang ke biara. Waktu sampai kembali di biara, mereka disambut dengan perasaan terperanjat oleh rahib lelaki dan perempuan kerana Isabella dan sahabat-sahabatnya tidak kelihatan. Walaupun pemergian ke gereja buruk di Selatan Cordova dirahsiakan namun semua rahib biara telah mengetahuinya. Mereka telah mendengar kisah Mirano pengsan dan Tuhan mengarahkan mereka pergi ke gereja tua itu.

"Mana Isabella?" tanya seorang rahib lelaki.
"Sudahkah dia memikul kembali salib Tuhan kita?" tanya seorang rahib perempuan kepada Arkia.
Ketua rahib terlalu susah hati sehingga dia tidak dapat mengangkat muka. Di wajahnya terbayang kehinaan, penyesalan dan kekalahan. Kemudian salah seorang daripada rahib-rahib memberanikan diri untuk tampil ke depan.
"Tuan yang dihormati," kata rahib lelaki itu "bapa suci, ketua paderi, telah mengirim surat ini waktu tuan tiada. Tuan disuruhnya menjawab segera."
Ketua rahib memandang muka rahib yang sedang menghulurkan surat dengan mata terbelalak. Tangannya sedikit menggeletar.
"Oh, bagaimana aku mahu menunjukkan mukaku kepada bapa suci itu?" katanya membisik. "Oh, syaitan terkutuk itu telah menipu aku. Syaitan yang tidak pernah melepaskan peluang untuk mencuba walaupun kepada Tuhan Jesus Kristus. Celaka Isabella! Oh, perempuan sial! Aku benci kepadamu oh anak syaitan! Kau yang murtad, kami pula yang mendapat malu. Oh, Tuhan! Lihatlah betapa aku yang taat kepadaMu diperlakukan."
Walaupun ucapannya amat perlahan tetapi para rahib yang sedang mengelilinginya dapat mendengar dengan jelas dan mereka sangat terperanjat. Lalu masing-masing bertukar pandangan antara satu dengan yang lain dengan diselubungi suatu perasaan yang cukup aneh. Ketua rahib lalu membuka surat dari ketua paderi dengan tangan yang terketar-ketar.

Dengan tujuan untuk memujuk Isabella, kawan-kawannya yang empat orang itu telah datang ke mari seperti yang telah anda maklum. Saya fikir memasukkan kembali Isabella ke dalam agama Kristian tidak semudah seperti yang kita fikirkan. Andainya keadaan Isabella masih tidak berubah, saya minta diserahkan saja kepada inquisisi. Saya akan mengirim beberapa orang untuk mengambil Isabella pada petang nanti. Sekarang, suruh anak-anak gadis itu kembali dan berjumpa saya. Jangan sampai syaitan dapat menyeleweng mereka pula dan masuk ke dalam perangkap Isabella.

Selesai saja dia membaca surat itu, dia pun menangis dengan suara kuat hingga memeranjatkan orang-orang yang berada di situ. Sejurus lamanya dan ketika tangisannya mula reda, dia berkata dalam keadaan masih teresak-esak " Bagaimana aku akan menjawab surat ini? Aku akan pergi sendiri berjumpa bapa suci dan menceritakan kepadanya betapa orang-orang salih dapat juga diperdaya oleh syaitan."
Setelah berkata begitu, ketua rahib pun bangun dari duduk dan mengajak Arkia pergi bersama-sama menghadap ketua paderi di rumahnya.

Dalam perjalanan, mereka tidak banyak berkata-kata. Ketua rahib terlalu runsing memikirkan hukuman yang akan diterima di atas ketelidurannya. Arkia, Puteri Perancis, pula merasa kesalihannya telah terpukul dengan kejadian itu. Dia yang mengaku selalu mendapat wahyu dan boleh melakukan mukjizat telah dapat dikalahkan oleh Isabella yang dituduh murtad. Perkara yang paling mengganggu fikirannya ialah nasehat Isabella yang menyuruhnya membaca kalimah syahadat dan masuk Islam jikalau dia benar-benar mahu berjumpa dengan Tuhan yang dikhayalkannya selama ini.

Ketua paderi sangat terperanjat apabila melihat ketua rahib datang bersama Arkia. Dalam keadaan tenang, dia mempersilakan mereka duduk. Dengan perasaan terhina dan rasa rendah diri, ketua rahib pun menceritakan tipu muslihat sahabat-sahabat Isabella yang berjaya menipu dia dan Arkia. Ketua paderi terdiam kaku mendengarnya. Kemudian dia berkata "Saya telah memerintah anda menjaga dengan berhati-hati, kenapa masih boleh ditipu oleh anak-anak gadis itu? Kenapa wahyu palsu itu boleh membuat anda meninggalkan biara? Kenapa tidak diberitahu kepada saya terlebih dulu?"
"Bagaimana saya menjawab lagi? Saya mengaku bersalah dan saya telah jatuh ke dalam perangkap syaitan." kata ketua rahib.
"Apakah ada rahib-rahib lain yang bersengkokol dengan anak-anak gadis itu?"
"Tidak ada. Sebagai menjaga keselamatan, saya tidak memberitahu kepada sesiapapun kecuali rahib perempuan ini yang memang sudah terkenal dengan kesalihannya."
Ketua paderi lalu memanggil seorang pesuruh dan menyuruhnya pergi ke rumah Michael dan Peter.
"Panggil mereka ke mari sekarang juga. Kalau mereka ada urusan lain, suruh ditinggalkan dulu. Mereka mesti datang ke sini kerana ada urusan penting."

Tidak lama kemudian, Michael dan Peter hadir bersama tiga orang paderi lain. Mereka meletakkan tangan kanannya di dada tanda memberi hormat kepada ketua paderi.
"Silakan duduk." kata ketua paderi. "Anak anda, Mirano, telah minggat bersama-sama anak saya, Isabella."
"Apa? Apa yang anda telah katakan?" Michael bertanya dalam keadaan terperanjat.
"Bukan saja Mirano, Hanana, Martha dan Catherine juga telah meloloskan diri dari pengawalan di biara." ujar ketua paderi lagi.
"Bapa suci! Cuba ceritakan bagaimana hal itu boleh terjadi?" desak Michael.
"Bertanyalah kepada ketua rahib ini." kata ketua paderi. "Nah, ceritakan kepada mereka dari mula."
Ketua rahib pun menceritakan kisah kejadian itu dari awal hingga akhir dengan linangan airmata kerana merasa malu dan kesal yang amat sangat. Michael dan Peter turut menangis sama.
"Kenapa menangis?" kata ketua paderi. "Kutuklah roh-roh yang kotor itu. Sesalan kalau pun ada ialah kerana Isabella telah terlepas dari genggaman inquisisi."
"Bapa suci! Ini bukan perkara kecil." ujar Michael. "Orang-orang Kristian seluruh Cordova seakan terhina dengan kejadian ini."
Ketua paderi tidak mengacuhkan ucapan Michael itu.
Sebaliknya, dia berkata "Bagaimanapun, usahakan mencari anak-anak gadis itu sekarang. Kita akan mencari ikhtiar menghadapi masalah ini."

Tiga hari telah berlalu dan pada suatu malam ketika menjelang dinihari, semua paderi di Cordova telah datang berkumpul di dalam gereja besar Cordova. Mereka telah diarahkan secara sulit datang berkumpul di situ. Pada lahirnya, tidak kelihatan tanda-tanda dipasang lampu yang terang-benderang, tidak ada hamparan permaidani dan tidak pula ada perarakan salib dan sebagainya. Orang-orang datang secara berasingan dan dengan tenang masuk lalu mengambil tempat duduk di dalam ruang gereja berhadapan dengan altar suci. Perhimpunan istimewa ini dihadiri oleh orang-orang yang dijemput secara rahsia saja.

Sebuah salib besar terpasang di atas altar bertepatan dengan patung Kristus tergantung. Di bawahnya, terdapat Mariam Perawan duduk bertelut di atas lutut, memperlihatkan pembaktiannya kepada Jesus Kristus. Semua dinding gereja besar itu dilukis dengan figura wali-wali dan pengikut-pengikut Jesus, kelihatan seperti gambar di dalam mitologi Roman dan Mesir. Semua yang datang duduk dikelilingi dinding-dinding itu. Rahib wanita, perawan yang menjadi penghibur paderi-paderi juga kelihatan di dalam kumpulan para paderi. Ketua pader, bapa Isabella, menyambut kedatangan semua dengan penuh kemesraan. Mereka berjalan masuk dalam keadaan senyap dan khusyuk sehingga orang-orang yang lewat di luar gereja tidak tahu apa yang sedang berlaku di dalamnya. Tetapi orang-orang Islam telah pun mengetahui tentang perhimpunan rahsia itu.

Ketua paderi dan Michael berdiri di muka pintu memberi arahan dengan isyarat tangan kepada orang-orang Kristian yang datang berbondong-bondong penuh bersemangat itu supaya jangan membuat bising. Beberapa ribu orang sudah berada di dalam gereja besar namun ketua paderi dan Michael masih berdiri di muka pintu di bawah patung Kristus yang disalib. Tidak jauh di hadapan gereja, seorang lelaki yang di dalam kumpulan orang yang sedang berbaris hendak masuk memegang bahu seorang lelaki lain di depannya seraya berkata "Saudara, puji-pujian kepada nama Tuhan. Ini ada satu envelop yang mesti saya sampaikan kepada bapa suci, ketua paderi, tetapi saya telah terlupa pesanan Bapa Michael yang telah memerintah saya mengambil satu barang penting di rumahnya untuk ketua paderi. Saya terpaksa pergi sekarang sebelum pertemuan ini bermula. Bolehkan saudara tolong sampaikan kepadanya sesudah sampai di dalam nanti?"
Envelop diserahkan sebelum orang itu sempat menjawab. Setelah menerimanya, dia berkata "Dengan segala senang hati. Saya akan sampaikan envelop ini kepada bapa suci. Tuan jangan bersusah hati."
"Terima kasih." jawab orang lelaki itu lalu meninggalkan barisan.
Orang yang menerima itu memegang surat itu dengan kuat. Dia gembira kerana menerima amanah yang begitu besar.

Ruang gereja telah penuh dengan orang-orang Kristian dan para paderi duduk di tempat yang disediakan untuk mereka. Ada beberapa paderi pula berjalan berkeliling, memerhati setiap orang untuk memastikan tidak ada orang Islam yang dapat menyusup masuk. Setelah mereka yakin orang-orang yang tidak diingini tidak ada di dalam gereja, pintu besar pun ditutup. Beberapa orang disuruh berjaga di luar supaya tidak ada orang yang cuba mencuri mendengar. Sebagai langkah menjaga keselamatan, ketua paderi dan Michael serta dua belas orang paderi pilihan duduk di atas suatu tempat yang agak tinggi letaknya di bahagian hadapan. Suasana di dalam gereja tidak terlalu bising walaupun beribu-ribu orang menempatinya. Ia juga adalah arahan keras dari ketua paderi.

Tiba-tiba, ketika perhimpunan akan dimula, seorang lelaki yang duduk di bahagian hadapan bangun berjalan mendapatkan ketua paderi lalu menyerahkan surat yang diamanahkan kepadanya. Surat itu, dalam suatu envelop besar, diterima Michael. Ketika itu, ketua paderi sedang berada di atas podium mahu memberi ucapan. Ketua paderi bercakap dengan suara yang agak gementar.
"Anak-anakku, lelaki dan perempuan! Malam ini kalian disusahkan dengan arahan supaya datang berkumpul di dalam gereja besar ini. Perhimpunan ini amat penting yang nanti akan disampaikan oleh Bapa Michael. Kalian mesti mendengar baik-baik ucapan yang bakal diberikan beliau. Dengar dengan tenang dan sabar."
Waktu ketua paderi mahu duduk, Michael menyerahkan envelop besar kepadanya. Setelah itu, dia menuju ke podium untuk menyampaikan ucapan. Ketua paderi membuka envelop itu lalu mengeluarkan sepucuk surat dari dalamnya. Dia membaca dengan cepat beberapa baris ayat lalu memekik dengan kuat sehingga mengejutkan semua orang, lebih-lebih lagi Michael yang baru saja mahu berucap. Tubuh ketua paderi terketar-ketar kerana menahan marah. Semua orang yang memandang ke arahnya kehairanan. Michael segera mendekatinya.
"Ada apa bapa suci?"
Setelah ketua paderi tenang kembali, dia pun berkata "Ini surat dari Isabella. Dia menjemput kita semua memeluk agama Islam. Siapa yang memberikan surat ini tadi?"
"Saya yang memberinya, bapa suci." ujar seorang lelaki dengan jujur.
Belum sempat dia menyambung kata-katanya, beberapa orang yang duduk berhampiran telah memukul dan menumbuknya dengan kuat. Lelaki itu masih juga berusaha mahu menjelaskan perkara sebenar tetapi tidak seorang pun yang mengendahkannya. Dia terus dipukul dan ditumbuk hingga terjatuh dan tidak sedarkan diri. Tubuhnya diheret dan dicampakkan ke dalam bilik kecil di sudut gereja.

Kekacauan telah berlaku. Agak lama baru keadaan kembali reda. Dalam keadaan payah, ketua paderi maju ke hadapan untuk bercakap.
"Orang yang membawa surat ini ialah seorang Islam yang menyamar sebagai salah satu dari kita dengan memakai pakaian suci kita." Dia berhenti sejenak.
"Bagaimanapun, besok kita akan periksa orang ini. Sekarang, anak-anak perempuan itu telah mendakwah kepada kita tentang agama Islam yang biadab dan terkutuk itu. Sekarang, mari kita fikirkan cara untuk mendapatkan kembali anak-anak perempuan itu. Apa yang patut kita buat?" sambungnya lagi.
Michael lalu tampil di atas podium.
"Saudara-saudara! Nampaknya tujuan kita mengadakan perhimpunan rahsia ini menjadi sia-sia dengan kehadiran surat Isabella. Apa yang dapat kita lakukan sekarang? Kita baca dan dengar isi surat itu dan kita semua mesti mendengarnya dengan sabar. Berdoalah kepada Tuhan agar dia dapat dikembalikan ke dalam pelukanNya ataupun dimasukkan ke dalam neraka segera."
Ketua paderi lalu berkata "Bawalah orang itu ke mari. Kita boleh memaksanya bercerita tentang perkara-perkara lain yang perlu kita ketahui walaupun kita tahu orang-orang Islam itu keras kepala dan tidak mudah membuka rahsia. Dia sekarang dalam genggaman kita. Dengan mengancamnya, kita pasti berhasil mendapatkan sesuatu."

Orang lelaki yang malang itu pun dibawa keluar dari bilik dan diletakkan di atas pentas di hadapan orangramai. Keadaannya amat parah. Badannya luka-luka dan pakaiannya koyak-rabak.
Apabila ketua paderi melihatnya dengan teliti dari dekat, dia lalu menjerit dengan kuat "Oh, ini paderi dari gereja sebelah utara. Dia anak saudaraku sendiri!"
Sekali lagi, orangramai terperanjat. Michael segera mendekati orang itu.
"Dia masih bernafas."
Semua orang merasa amat dukacita. Mereka seperti sudah jatuh ditimpa tangga.

Esoknya, apabila paderi yang malang sudah sedarkan diri, dia pun menceritakan kisah sebenar bagaimana dia mendapat surat itu. Setelah mendengarnya, semua yang ada sependapat mengatakan itu adalah perbuatan khianat daripada orang-orang Islam. Harapan mereka kepada Isabella dan sahabat-sahabatnya pun lenyap begitu saja. Perhimpunan rahsia mereka telah gagal malahan telah menimbulkan kekecohan besar sehingga tidak dapat dikawal lagi.
Surat Isabella yang ditulis kepada bapanya berbunyi:

Semua puji-pujian kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam. Yang telah menciptakan langit dan bumi dan segala isi yang ada di dalamnya dengan kekuasaanNya yang mutlak dan Dia di samping menyusun sistem lahiriah juga menyusun sistem batiniah melalui wahyu dan nabi-nabi dan salawat serta salam kepada Junjungan yang telah datang melepaskan dunia dari kemungkaran dan kegelapan serta membawanya ke dalam cahaya keimanan dan memimpin kita ke jalan yang benar yang telah diterokai oleh nabi-nabi yang terdahulu dan membawa kita kepada Allah yang menjanjikan kedamaian dan keselamatan abadi.

Bapaku yang dihormati.
Ketahuilah bapa bahwa aku telah menerima Islam yang menurut penyelidikanku ialah satu-satunya agama yang bebas daripada kemungkaran dan kebatilan, yang membimbing kita ke jalan keselamatan. Saya telah menolak agama Kristian kerana ia penuh dengan ketahyulan dan kekufuran dan bertentangan dengan ajaran semua nabi. Secara ringkas maka di bawah ini saya perturunkan perbandingan-perbandingan untuk menunjukkan kebenaran Islam kepada bapaku :

1. Dalam Islam, Allah itu Esa dan tidak bersekutu dengan apa pun juga. Dia unik dengan segala kebaikan dan kesempurnaanNya. Al-Quran menyebut Allah itu tunggal. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Tidak ada suatu pun yang sama denganNya. Dia wujud, tidak mati, tidak tidur, tidak mengantuk dan tidak letih ataupun berhajatkan kepada semua yang dihajatkan oleh manusia. Kalau kita akan menyebut satu persatu semua kesempurnaanNya maka hendaklah kita mempelajari Kitab Suci Al-Quran.

2. Sebaliknya, agama Kristian percaya bahwa Tuhan itu bukan satu tetapi tiga: bapa, anak dan Roh Kudus. Jesus Kristus satu-satunya 'Putera Tuhan' dan dia juga pencipta dan abadi seperti bapanya juga meskipun Injil mengatakan Jesus itu makan dan minum, tidur dan jaga dan sangat bergantung kepada air, udara dan tiap-tiap benda yang diperlukan oleh manusia dan di dalam dirinya terkumpul semua keinginan duniawi. Seandainya Tuhan juga bergantung kepada semua perkara seperti manusia maka bagaimana dia layak menjadi Tuhan dan apakah ada perbedaan lagi antara Tuhan dan manusia? Kitab Suci Al-Quran dengan tegas mengatakan bahwa sesiapa yang mengatakan Kristus itu Tuhan atau Putera Tuhan maka dia telah menyekutukan Allah dan menjadi kafir. Orang-orang Kristian dengan menjadikan Kristus sebagai putera Tuhan telah memfitnah Tuhan. Al-Quran telah mengajar bahwa Kristus serupa Musa, Daud, Sulaiman, Yahya, Hud, Nuh dan lain-lain nabi. Sebagai utusan dan nabi, mereka juga adalah manusia, makhluk dan bukan pencipta. Nah, cuba bapa fikirkan sendiri betapa jelas dan munasabah ajaran Kitab Suci Al-Quran ini dan betapa agama Kristian mengusutkan dan tidak masuk akal.

3. Menurut Islam, tiap-tiap manusia dilahirkan dalam keadaan suci dan bebas dari dosa. Apabila dia beransur dewasa, pengaruh-pengaruh luar telah menyesatkannya. Allah telah memberikan akal kepada manusia supaya mematuhi hukum-hukumNya dan menjauhi benda-benda yang terlarang. Al-Quran mengatakan bahwa Adam tidak melakukan dosa. Semua nabi adalah suci dan bersih dari dosa. Masalah dosa yang diwarisi adalah tipuhelah syaitan. Agama Kristian mengatakan tiap-tiap orang berdosa sejak dilahirkan sehingga dengan demikian, nabi-nabi juga melakukan dosa dan dosa Adam adalah penyebab manusia menjadi berdosa. Nyata sekali betapa kepercayaan ini tidak ada logiknya, tidak munasabah dan bertentangan dengan bukti-bukti intuisi yakni kerana Adam melakukan dosa, dosa yang sebenarnya tidak pernah dapat dibuktikan, semua manusia menderita seksaan. Jadi, dalam masalah ini juga Kitab Suci Al-Quran adalah benar dan adil dan ketetapannya logik, munasabah dan menurut sunah nabi-nabi.

4. Keutamaan yang diberikan oleh Al-Quran ke atas akhlak dan guru-guru ialah tentang betapa mulia dan tingginya moral itu, hal yang serupa tidak diketemui di dalam lain-lain agama. Islam mengatakan bahwasanya manusia itu tidak memperoleh selain dari apa yang diusahakannya dan usahanya itu kelak pasti akan dilihatnya. Kemudian diberikan kepadanya balasan yang cukup sempurna terhadap usahanya* dan yang demikian itu adalah ajaran dari semua nabi. Tidak ada orang yang akan memikul beban orang lain tetapi tiap-tiap orang memikul tanggungjawab di atas perbuatannya. Maka dengan ajaran suci serupa inilah yang memberikan manusia ajaran-ajaran kemuliaan dan menggesanya berbuat kebajikan. Tetapi agama Kristian sebaliknya mengajarkan bahwa Jesus Kristus telah memikul beban dosa semua orang lalu disalibkan dan menjadi penebus semua orang yang berdosa. Perbuatan dosa telah dilakukan oleh beribu bahkan berjuta manusia tetapi hukumannya telah dikenakan ke atas seorang manusia suci, satu-satunya 'Putera Tuhan'. Ajaran ini di satu pihak membuat manusia tidak berguna dan memalukan sementara di pihak lain menjadikan seseorang hilang kepercayaan kepada dirinya sendiri dan dengan demikian harga dan nilai dirinya jatuh di matanya sendiri selain daripada itu kepercayaan ini merupakan satu pelanggaran kepada kesucian Tuhan.

5. Apabila Kitab Suci Al-Quran diturunkan ke dunia, ia telah menerangkan semua kebenaran. Kebenaran yang telah lama dilupakan dan punca-punca kebenaran yang telah dicemarkan. Islam meletakkan semula kemuliaan semua nabi-nabi dan membantah semua tuduhan palsu yang ditimpakan kepada mereka. Ia mendedahkan penyisipan-penyisipan palsu yang telah dilakukan di dalam kitab-kitab wahyu dan membuat penjelasan akan keadaan yang sebenarnya melalui pendedahan itu. Islam membantah tuduhan palsu dan tidak berasas terhadap Nabi Isa yang telah dibuat oleh sebahagian musuh-musuhnya dan juga kawan-kawannya. Islamlah dengan usaha baiknya telah meletakkan Nabi Isa pada tempatnya yang sebenar dan telah membersihkannya daripada segala tohmahan orang-orang Yahudi dan juga orang-orang yang menamai diri mereka Kristian. Orang-orang Kristian pula telah menuduh semua nabi dengan tuduhan-tuduhan palsu, perzinaan dan pembunuhan dan mengetengahkan Jesus Kristus dalam bentuk yang tidak sempurna sehingga kalau tidak kerana kedatangan Islam yang mendedahkan kebenaran maka tidak seorangpun yang mahu menganggapnya sebagai manusia bermoral juga. Ini merupakan satu obligasi Islam yang tidak akan dapat dibayar oleh Kristian. Orang-orang Kristian tidak saja memanipulasi kitab-kitab Injil, juga telah menyusun beratus-ratus Injil atas nama Kristus. Sekarang, Injil-Injil palsu dan gelap yang disusun telah diletakkan di hadapan kita yang sedikitpun tidak ada kena-mengena dengan Kristus. Dalam Kitab Suci Al-Quran terkumpul dan tersimpan dengan baik semua kitab yang diwahyukan. Olehsebab itu saya menjemput semua orang Kristian membaca Kitab Suci Al-Quran ini yang menjunjung kehormatan agama Kristian dan yang memberikan kepada kita pengajaran dari semua nabi sepanjang zaman.

6. Islam menyebut secara terperinci akan hak-hak kaum wanita dan memerintahkan pembebasan semua hamba-abdi, meniupkan semangat persamaan dan persaudaraan di kalangan umat manusia dan menetapkan perhubungan antara manusia dengan Tuhan.
Tetapi dalam agama Kristian tidak ada secebis tanda pun tentang hak-hak wanita. Hanya kepada orang lelaki diberitahu bahwa mereka boleh menceraikan isterinya yang melakukan zinah tetapi tidak menyebut sedikitpun tentang apa yang boleh dilakukan oleh si isteri ke atas ketidak-setiaan suaminya. Tidak ada sepatah perkataan pun dalam agama Kristian tentang pembebasan hamba abdi.

7. Islam menyuburkan moral manusia dan menyediakan tatasusila yang tetap bagi kemanusiaan. Dengan mematuhi peraturan itu manusia boleh mengawal nafsu secara sederhana. Di dalam Al-Quran ada disebutkan ''Barangsiapa mengerjakan kejahatan maka tidak dibalasnya melainkan dengan seumpamanya dan barangsiapa beramal salih baik lelaki ataupun perempuan, sedang dia seorang yang beriman maka orang-orang itu masuk ke dalam syurga; mereka diberi rezeki di dalamnya dengan tidak ada hingganya.*
Tetapi dalam agama Kristian ditekankan kepada satu aspek saja iaitu melakukan kesalahan tidak boleh dihukum dan kalau dia menampar pipi kiri mesti menyerahkan pipi kanan pula untuk ditampari. Betapa pengajaran serupa itu boleh diikuti manusia di dunia ini? Betapa keamanan dan ketenteraman dunia dapat dipertahankan dengan pengajaran serupa itu? Andaikata mahu memperlihatkan kemaafan dan baiksangka dalam semua perkara maka mengapa Dia menciptakan nafsu amarah di dalam diri manusia dan kemudian membiarkan bahagian dari naluri itu menjadi kering?
Ini adalah beberapa perkara sebagai satu illustrasi tentang pengertian yang menyebabkan saya menerima Islam dan bagi bapa juga, kalau ada satu jalan kebenaran yang mesti diikuti maka bapa mestilah menerima Islam seberapa cepat yang boleh dan menyatakan taubat segera di atas keragaman ketuhanan di dalam agama Kristian yang benar-benar bertentangan dengan sifat-sifat Tuhan lalu menjadi penghalang kepada jalan manusia mencapai kemajuan. Mudah-mudahan Tuhan menganugerahkan kepada bapa jalan istimewa untuk menerima iman. Saya juga mendoakan bapa ke jalan benar dan moga-moga Tuhan menyegerakannya. Amin!

Anak bapa,
Isabella

* Al-Quran S 5:39-41 **Al-Quran S 40:40

BAB 14 Tugas-Tugas Kerajaan Islam


Orang-orang islam telah mengetahui secara terperinci perhimpunan sulit yang telah diadakan oleh orang-orang Kristian dan peri surat Isabella yang telah menyebabkan cita-cita mereka jadi terbantut.

Setelah lima hari berada bersama-sama Ziad bin Umar dan cendekiawan Islam, Isabella dan sahabat-sahabatnya semakin dalam pengetahuan mereka tentang agama Islam. Dalam salah satu pertemuan, salah seorang yang hadir telah memberi pandangan.
"Tuan yang dihormati. Orang-orang Kristian secara sulit cuba menipu Isabella supaya kembali kepada agama Kristian tetapi nampaknya Kerajaan Islam sedikitpun tidak berbuat apa-apa dalam hal ini. Apabila Isabella telah menjadi orang Islam maka menjadi tugas dan tanggungjawab kerajaan Islam untuk melindunginya dari ancaman orang-orang Kristian dan membebaskannya dari bahaya yang mungkin menimpanya."
Ziad bin Umar tersenyum kecil mendengar kata-kata orang itu.
Dengan tenang dia menjawab "Sebegitu jauh semua usaha-usaha orang-orang Kristian itu dalam keadaan sulit, jadi bagaimana kerajaan akan mengambil tindakan dari segi undang-undang? Selain daripada itu, memang benar iaitu apabila seseorang telah menjadi Islam maka menjadi tanggungjawab kerajaanlah memberi perlindungan kepadanya daripada tindasan orang-orang bukan Islam dan berdiri teguh di belakang orang yang telah menganut agama Islam. Tetapi kita sengaja mencegah kerajaan Islam mengambil tindakan serupa itu kerana kami berpendapat pengajaran yang dialami Isabella dan kawan-kawannya akan memperkukuh moral mereka. Kalau tidak, kita memang boleh campurtangan dan mengambil tindakan-tindakan tegas ke atas mereka."
Orang itu masih belum berpuas hati dengan jawaban Ziad bin Umar.
"Tetapi bagi orang-orang Kristian yang akan datang harus diberi peringatan supaya jangan terlalu lancang mengikut perasaan dalam perkara-perkara serupa ini?" katanya.
"Tuan tidak usah khuatir," jawab Ziad bin Umar "pada masa akan datang kerajaan akan lebih aktif menyokong kebebasan beragama. Dalam soal ini kita sudah memberitahu paderi-paderi Kristian secara terperinci tentang keadaan Isabella dan di mana dia berada dan sebagainya. Juga, telah diberitahu bahwa kerajaan cukup mengambil berat tentang keselamatan Isabella dan kawan-kawannya dan jika sesuatu yang tidak diingini berlaku ke atas diri mereka maka kerajaan tidak akan berdiam diri."

"Tuan yang dihormati," Umar Lahmi mencelah "kawan-kawan Isabella meminta agar mereka diislamkan secara rasmi dan diajar hukum-hukum Islam."
"Baiklah! Lakukan dengan nama Allah. Islamkan mereka segera." kata Ziad.
Umar Lahmi lalu mendekati sahabat-sahabat Isabella sambil berkata "Mirano, Martha, Hanana dan Catherine, apakah kalian masih ragu-ragu tentang dasar kepercayaan Islam?"
Mirano mengangkat telunjuk kanannya lalu berkata "Saya ingin mendapat penjelasan tentang beberapa perkara."
"Baiklah," kata Ziad "kami tidak keberatan memberi penjelasan. Memang benar begitulah caranya setelah mendapat penjelasan yang memuaskan hati barulah baik menerima agama ini. Nah, ajukan pertanyaan dan saya wakilkan Umar untuk menjawabnya."
Mirano tersenyum lebar.
Dia kemudian berkata "Tuan yang saya hormati. Mula-mula sekali kami ini diislamkan dulu. Setelah itu barulah saya akan bertanya satu atau dua masalah. Meskipun saya boleh menutup mulut orang-orang Kristian dengan hujah saya tetapi dijauhkan Tuhan! Saya sedikitpun tidak ragu tentang Islam."
Keempat-empat anak gadis itu pun diislamkan secara rasmi, mengucapkan dua kalimah syahadat, mengakui dengan setulus hati akan keEsaan Allah dan kerasulan Nabi Muhammad sallallah alaihisalam. Semua yang hadir menadah tangan memanjat doa kesyukuran kepada Allah Yang Maha Kuasa. Mereka lalu menutup kepala masing-masing dengan kain selendang yang memang sudah dibawa dari awal.

Mirano mengemukakan pertanyaan. "Menurut orang-orang Kristian, Kitab Taurat itu ialah hukum dan Injil merupakan penyempurnaan hukum-hukum itu. Nyatalah apabila telah ada hukum dan penyempurnaan maka tidak perlu lagi ada perkara-perkara lain termasuk juga Kitab Suci Al-Quran. Al-Quran tidak perlu lagi kerana ia telah membenarkan Taurat dan Injil maka sesuatu bantahan menjadi semakin beralasan."
"Andaikata penganut-penganut Kristian menyifatkan sesuatu kebaikan di dalam kitab-kitab mereka," ujar Umar Lahmi "maka itu bukan satu kemestian bagi kita mempercayainya. Dakwaan itu mesti dibuktikan dengan hujah-hujah. Tetapi dengan hanya menganggap sebagai satu kemestian bahwa Taurat itu hukum dan Injil penyempurnaannya, maka sebagai lawannya Kitab Suci Al-Quran ialah pembenaran. Pembenaran yang mencakupi kedua-duanya sekali, hukum dan kesempurnaan. Pembenaran itu telah disebutkan di dalam Al-Quran di dalam Surat Al-Ma'idah ayat 48 yang maksudnya kira-kira begini :
Dan Kami telah turunkan Al-Quran kepada engkau dengan benar bahwa ia daripada Allah sedangkan ia pula membenarkan Kitab-Kitab Ketuhanan - yang terdahulu daripadanya serta menguasainya."
"Tetapi," Umar Lahmi berkata lagi "Injil itu sendiri tidak pernah menggunakan perkataan kesempurnaan. Dengan demikian, Kitab Suci Al-Quran telah terbukti mencakupi kedua-duanya, hukum dan kesempurnaan."
"Taurat dan Injil ada disebutkan di dalam Al-Quran dan sudah satu kemestian bagi orang-orang Islam untuk menerimanya." kata Mirano. :Kenapa orang-orang Islam tidak mempercayainya?"
"Kerana orang-orang Kristian tidak mempunyai Taurat dan Injil yang tulen." jawab Umar Lahmi.
"Jikalau Taurat dan Injil tidak wujud kenapa pula Al-Quran mengakuinya?" tanya Mirano lagi.
"Al-Quran mengakui Taurat dan Injil asli bukan yang dipalsukan dan dibuat-buat." jawab Umar Lahmi.
"Kata orang-orang Kristian Taurat dan Injil mereka yang ada sekarang itulah yang diakui Al-Quran." kata Mirano.
"Baiklah," kata Umar Lahmi "saya akan bertanya kepada Kitab Suci Al-Quran apakah ia mengakui Taurat dan Injil yang wujud sekarang ini ataupun menganggapnya palsu. Al-Quran berkata menurut Surat Al-Ahqaf ayat 33 : Bahwasanya Allah telah menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak pernah merasa lemah. Tetapi di dalam Kitab Taurat Kejadian 2:2-3 ada dikatakan bahwa ''menjelang hari ketujuh Tuhan telah menyelesaikan apa yang sedang dilakukannya dan berhenti bekerja. Dia memberkati hari ketujuh dan telah memperuntukkannya sebagai hari yang istimewa kerana pada hari itu dia telah menyempurnakan penciptaannya dan berhenti bekerja."
"Berhenti bekerja," sambung Umar Lahmi "bererti berehat dan bila seseorang itu berehat dari bekerja bererti dia penat. Jadi, dari yang disebutkan oleh Taurat itu ternyatalah bahwa Tuhan itu merasa penat. Kitab Suci Al-Quran berkata Allah tidak pernah penat. Nah, apakah Al-Quran menyetujui atau menolak kenyataan itu? Taurat mengatakan Sulaiman menyembah berhala tetapi Al-Quran menyangkal dakwaan itu. Nabi Sulaiman tidak akan melakukan perbuatan orang-orang kafir. Nah, apakah Al-Quran menyetujui atau menolat Taurat? Sekarang, ambil Kitab Injil. Keempat-empat kitab itu ada mengatakan tentang Jesus Kristus mati sambil menangis di atas salib, bahwa dia benar-benar telah disalibkan tetapi Kitab Suci Al-Quran menafikan bahwa Jesus dibunuh oleh orang-orang Yahudi dan tidak pula disalibkan. Kemudian Injil mengatakan Jesus Kristus mengaku menjadi Tuhan tetapi Al-Quran dalam Surat Al-Ma'idah ayat 72 berkata: Demi Allah telah kafir segala mereka yang berkata :Sesungguhnya Allah itulah Al-Masih anak Mariam, sedang Al-Masih berkata: Hai Bani Israil, sembahlah olehmu akan Allah, Tuhanku dan Tuhanmu. Sesungguhnya siapa yang mensyariatkan sesuatu dengan Allah, maka sesungguhnya Allah mengharamkan ke atasnya syurga dan tempat kembalinya adalah neraka dan sekali-kali penzalim-penzalim itu tiada mendapat penolong." Nah, sekarang dipersilakan siapa saja paderi Kristian tampil mengatakan secara jujur dan adil, apakah Kitab Suci Al-Quran mengakui atau menolak Injil?"

Mirano dengan gembira terus menjawab "Tidak syak lagi bahwa dengan bukti-bukti itu Kitab Suci Al-Quran tidak mengakui Taurat dan Injil yang ada sekarang tetapi telah menolaknya."
"Sekarang jelaslah," kata Umar Lahmi "bahwa Kitab Suci Al-Quran tidak mengakui Taurat dan Injil tetapi menolak dengan keras dan menuduh semua keterangan, fakta dan kepercayaan di dalamnya sebagai mensyarikatkan Allah dan murtad. Sekarang saya akan memberikan satu prinsip umum daripada Kitab Suci Al-Quran dan dengan prinsip itu, buku apa saja boleh diuji, seolah-olah Kitab Suci Al-Quran seperti batu ujian yang dengannya kita boleh menguji semua kitab yang lain. Dalam Al-Quran Suran An-Nisa' ayat 82 ada disebutkan: Maka mengapakah mereka tidak memperhatikan dan memikirkan tujuan-tujuan dan maksud-maksud Al-Quran? Sekiranya Al-Quran itu dari sisi selain Allah seperti yang mereka katakan tentulah mereka dapati padanya perselisihan yang banyak. Ayat Kitab Suci Al-Quran ini menegaskan bahwa kecuali Kitab Allah maka tidak ada kitab lain yang bebas dari pertentangan (contradiction), kerana manusia tidak kalis dari kesilapan dan kekeliruan dan bagaimanapun kepekaan seseorang itu dalam menulis sesebuah buku namun kesalahan dan kekeliruan tetap tidak dapat dielak. Dan buku yang ada kesalahan bukanlah dari Allah karena Allah tidak pelupa dan tidak berbohong. Nah, bolehkah sesiapa menolak prinsip ini?"
"Prinsip ini cukup wajar dan adil." jawab Mirano setuju. "Sudah tentu kitab yang ada pertentangan di dalamnya tidak boleh datang dari Tuhan Yang Sempurna. Tetapi apakah ada pertentangan di dalam Taurat dan Injil?"
"Banyak sekali," jawab Umar Lahmi "kerana terlalu banyak sangat pertentangannya maka pembaca-pembaca menjadi bingung. Sekarang mari saya cubakan dengan prinsip-prinsip tadi. Saudara akan melihat kenyataannya. Nah, berapa umur saudara Mirano, cuba beritahu saya."
Mirano teragak-agak sebentar. "Antara 21 atau 22, katakanlah saja 22." jawab Mirano kemudian.
"Bagus. Kalau saudara katakan umur saudara 22 dan satu jam kemudian 42, apakah kedua-dua keterangan itu betul?"
"Bagaimana boleh kedua-duanya itu betul?" Kalau saya katakan umur saya 42 tentu kenyataan itu salah. Bolehkan kedua-dua itu dikatakan benar?"
MIrano agak kebingungan sedikit dengan kata-kata Umar Lahmi.
"Nah, sekarang cuba lihat di dalam kitab 2 Tawarikh 22:2-3 di mana disebutkan bahwa ketika Ahaziah ditabalkan menjadi raja menggantikan bapanya, dia berumur 42 tahun. Tetapi di dalam kitab 2 Raja-Raja 8:25 ada disebutkan bahwa waktu Ahaziah menjadi raja, umurnya sudah 22 tahun.* Bolehkah kedua-dua keterangan ini diterima sebagai benar?"
"Tidak!" jawab Mirano. "Satu saja daripada kedua-dua keterangan itu yang benar dan yang satu lagi tentu salah."
"Masalahnya," kata Umar Lahmi "mana satu di antara kedua keterangan itu yang benar tidak dapat dipastikan dan dengan demikian kedua-dua kitab dari Inji itu menimbulkan keraguan. Tanda keraguan telah dibubuhkan ke atas keduanya."

* pada 2 Tawarikh 22:2-3 disebut 42 tahun dan pada 2 Raja-Raja 8:26 Ahaziah berumur 22 tahun. Dalam Good News Bible kedua-dua Injil itu menyebut 22 tahun.

"Dan cuba kita selidiki lebih lanjut. Dalam Al-Kitab Samuel 24:9 ada dituliskan bahwa Yoab memberitahukan kepada raja hasil pendaftaran rakyat, Israel ada delapan ratus ribu daripadanya orang-orang Yahudi yang memikul senjata tetapi di dalam Injil 1 Tawarikh 21:5 dituliskan jumlah orang-orang Israel ialah sejuta seratus ribu yang dapat memegang pedang dan orang Yahudi ada empat ratus tujuh puluh ribu yang dapat memegang pedang. Nah, apakah kedua-dua keterangan ini benar?*" kata Umar Lahmi lagi.
"Tentulah salah satu daripadanya benar." jawab Mirano.
"Kitab yang menyebutkan angka-angka yang salah serupa itu tidak mungkin dari Tuhan." sambung Umar Lahmi.
"Tidak mungkin." ulang Mirano. "Allah melindungi namanya dari dicemarkan serupa itu, jadi lebih baiklah jangan dikatakan kitab-kitab itu dari Allah."
"Dengan adanya pertentangan serupa ini bolehkah orang menyebut Taurat dan Mazmur itu wahyu Tuhan? Bolehkah kesalahan-kesalahan serupa ini dikatakan dari Allah?" tanya Umar Lahmi.
"Subhanallah!" keluh Mirano. "Ini adalah hujah-hujah yang terang tentang betapa lemahnya Kitab-Kitab Kristian."

* dalam Good News Bible ditulis pada Injil 2 Samuel 24:9 'Mereka melaporkan kepada raja jumlah orang yang layak berkhidmat sebagai askar: 800,000 di Israel dan 500,000 di Judah'. Dalam Injil 1 Tawarikh 21:5 pula disebutkan: 'Dia melaporkan kepada Raja Daud jumlah orang yang layak berkhidmat dalam tentera: 1,100,000 di Israel dan 470,000 di Judah'. (Penterjemah)

"Di dalam Kitab 2 Samuel 23 ayat 8 ada disebutkan tentang tiga orang perajurit Nabi Daud yang gagah berani. Seorang daripadanya bernama Josheb Basshebeth dari suku Tacheman, ia dengan bersenjatakan tombak saja telah dapat membunuh delapan ratus orang musuh. Tetapi di dalam Kitab 1 Riwayat 10 ayat 11, yang menceritakan tentang peristiwa yang sama, nama perajurit itu bukan Josheb Basshebeth tetapi Joshobeam dari suku Hachmon dan dia hanya membunuh sebanyak tiga ratus orang saja dengan tombaknya.'*
"Oh, terlalu jauh perbedaannya." kata orang-orang yang hadir.
"Agak aneh," bersungut Mirano "orang-orang Kristian tidak melihat kesalahan yang begitu menjolok."

* dalam Al-Kitab pada Injil 2 Samuel 23:8 nama perajurit itu ialah Isybaal orang Hakhmoni dan pada Injil 1 Tawarikh 11:11 namanya ialah Yasobam bin Hakhmoni.

"Mereka boleh melihat kesalahan-kesalahan itu jika mereka mahu membuat penyelidikan dan mereka boleh menolak keterangan-keterangan yang tidak betul dan membuat penentuan mana yang betul." kata Umar Lahmi. "Tetapi mereka terus berpegang kepada kesalahan-kesalahan itu seperti orang yang tertalu patuh kepada kebenaran. Cuba lihat di dalam Kitab 1 Raja-Raja 4 ayat 46. Di dalamnya tertulis Sulaiman memiliki empat puluh ribu kandang untuk kuda-kuda keretanya serta dua belas kuda tentera tetapi di dalam Kitab 2 Tawarikh 9:25 ditulis cuma empat ribu kandang untuk kereta dan kuda dan dan dua belas kuda tunggangan yang dipunyai oleh Sulaiman. Lihat, betapa jauh perbedaannya antara empat ribu dengan empat puluh ribu. Sebuah kitab mengatakan empat puluh ribu sementara kitab yang satu lagi mengurangkan tiga puluh enam ribu daripadanya dan merasa puas hati dengan empat ribu saja. Yang ajaibnya, kedua-dua kitab ini didakwa sebagai wahyu daripada Tuhan. Nah, salahkan kalau Al-Quran mengatakan tidak ada pertentangan di dalam kitab Allah?"
"Subhanallah!" sahut Isabella "betapa agungnya Al-Quran. Andaikata Al-Quran tidak diturunkan tentulah tembelang kitab-kitab agama Kristian tidak akan diketahui."
"Sekarang cuba kita lihat satu perkara lain yang juga cukup menarik." kata Umar Lahmi. "Di dalam Kitab 2 Samuel 10 ayat 18 ada dikatakan bahwa Daud telah membunuh tujuh ratus orang pemandu kereta kuda dan empat puluh ribu penunggang kuda. Ingat baik-baik, tujuh ratus dan empat puluh ribu penunggang kuda. Dalam Kitab 1 Tawarikh 19 ayat 18, Daud telah membunuh tujuh ribu orang pemandu kereta kuda dan empat puluh ribu orang tentera berjalan kaki. Kedua-dua kitab ini dikatakan dari wahyu Tuhan dan kedua-dua kitab ini dikira adalah hasil daripada manipulasi manusia dan ada campur tangan syaitan. Sebuah kitab mengatakan pemandu tujuh ratus kereta kuda dan empat puluh ribu penunggang kuda sementara dalam kitab lain pula berkata bukan begitu. Tujuh ribu orang pemandu kereta dan empat pulu ribu bukan penunggang kuda tetapi tentera berjalan kaki. Kitab-kitab ini dikatakan sebagai wahyu dan kitab-kitab inilah yang disuruh orang-orang mempercayainya. Betulkah kitab-kitab ini telah diwahyukan Tuhan kepada nabi-nabi?"
"Hah!" kata Mirano. "Terlalu banyak pertentangan di dalamnya. Bagaimana dapat diterima oleh Islam? Yang nyatanya ialah tabir yang dilabuhkan untuk melindungi hikmah, kata batin dan kasih orang-orang yang tak beriman itu terlalu tebal sehingga mereka ada mata tetapi tidak melihat, ada telinga tetapi tidak mendengar, mudah-mudahan Allah memberi petunjuk kepada mereka."

Setelah mendengar kata-kata Mirano, Umar Lahmi lalu menyambung "Setelah begitu banyak pertentangan di dalam Taurat dan Kitab Perjanjian Lama yang tidak pernah mahu berkompromi, sekarang mari kita lihat pula kepada Kitab Injil. Nampaknya, setelah kita membuat penelitian yang saksama maka keempat-empat Kitab Injil yang wujud sekarang adalah lebih parah lagi. Yang pertama Injil telah disusun dan ditulis dalam berbagai-bagai bahasa. Kitab Injil yang pada zaman dulu dianggap sebagai wahyu Tuhan maka sekarang ini tidak lebih daripada satu apocyphal atau sumber yang diragukan. Di samping Injil-Injil itu ada Injil lain pula yang digunakan seolah-olah Injil itu tidak lebih daripada buku-buku teks sekolah yang boleh ditukar-tukarkan menurut keadaan yang berlaku. Persidangan telah sering diadakan untuk memilih Injil-Injil yang berbagai-bagai itu seolah-olah wahyu dan kalam Allah bergantung kepada ketetapan gereja."
"Ya," ujar Mirano "pernah sekali saya mendengar dari bapa saya bahwa di salah satu persidangan itu, setengah daripada kitab-kitab disingkirkan dari daftar kitab-kitab yang diwahyukan."

"Sekarang mari kita cuba uji Injil dengan Kitab Suci Al-Quran tentang prinsip dan standardnya dengan demikian dapatlah kita membuat ketetapan tentang betapa goyahnya dan betapa palsunya Injil-Injil itu." kata Umar Lahmi kepada Mirano, Isabella dan sahabat-sahabat mereka yang diam tidak bergerak, terpesona dengan kedalaman ilmu Umar Lahmi dan tentang pengetahuannya mengenai kitab Injil yang selama ini tidak pernah terfikirkan oleh mereka.
"Dalam Kitab Matius 27 ayat 3, salah seorang pengikut Jesus Kristus yang bernama Yudas telah menerima rasuah sebanyak tiga puluh keping wang perak. Yudas meraka sangat menyesal kerana telah menyerahkan Jesus Kristus kepada kerajaan untuk dibunuh di atas salib. Lalu dia pergi kepada imam-imam kepala dan tua-tua dan berkata 'Aku telah berdosa kerana menyerahkan darah orang yang tak bersalah'. Yudas lalu mencampakkan duit itu, pulang ke rumah dan membunuh dirinya sendiri. Tetapi di dalam Kitab Kisah Para Rasul bab1 ayat 18, ada disebutkan bahwa Yudas dengan wang yang diperoleh dari perbuatan khianatnya telah membeli sebidang tanah dan di sana dia jatuh tertelungkup, perutnya terbelah sehingga semua isiperutnya terburai keluar. Nah, di dalam Kitab Matius, Yudas dikatakan telah memulangkan balik wang rasuahnya kepada imam-imam ketua dan kemudian menggantungkan dirinya sementara dalam Kitab Kisah Para Rasul pula dikatakan Yudas membeli kebun dengan wang itu dan mati terjatuh sehingga isiperutnya terkeluar. Inilah dua keterangan yang berbeda dari dua buah Kitab Injil yang berbeda pula yang kedua-duanya didakwa sebagai wahyu menurut orang-orang Kristian atau Roh Kudus menyuruh mereka menulisnya menurut wahyu yang disampaikan. Jadi bererti ketika Roh Kudus pergi kepada penulis Kitab Matius, dia mengatakan begini kemudian apabila dia pergi kepada penulis Kitab Para Rasul, dia mengatakan yang lain pula. Sekarang, samaada kita membuat anggapan Roh Kudus sebagai pembohong dan penipu ataupun kita menolaknya secara total. Adalah lebih bijaksana kita menyatakan bahwa semua Kitab Injil itu palsu dan salah daripada kita meletakkan tuduhan kepada Roh Kudus. Kalau tidak, Tuhan dan Roh Kudus juga ikut berbuat dosa."

"Nyatalah bahwa semua Kitab Injil yang wujud sekarang ini palsu dan salah belaka dan tentulah musuh-musuh Kristus yang telah memalsukannya untuk mencapai sesuatu maksud." sampuk Mirano.
"Itu pertentangan daripada dua buah Injil yang berlainan," kata Umar Lahmi "mari kita tengok pula pertentangan yang terdapat di dalam sebuah Injil yang sama. Saint Paulus yang telah menyusun syahadat trinitas yang menyebabkan semua penganut Kristian sesat sebab menyekutukan Tuhan telah diceritakan tentang bagaimana dia masuk Kristian. Ada tiga tempat dalam Kitab Kisah Para Rasul yang menyebutnya dan ketiga-tiganya berbeda, tidak sama. Betapa aneh bahwa Roh Kudus telah berbohong di tiga tempat di dalam kitab yang sama tentang peristiwa yang sama pula. Dalam bab 9 ayat 3 Injil Kisah Para Rasul ada disebutkan bahwa Paulus sedang dalam perjalanannya ke Damsyik dengan sahabat-sahabatnya ketika sudah dekat dengan kota, tiba-tiba cahaya memancar dari langit mengelilingi dia. Dia rebah ke tanah dan mendengar suatu suara yang berkata: 'Kenapa menganiayai aku?" Sementara sahabat-sahabatnya terus termangu-mangu. Mereka ada mendengar suara itu tetapi tidak melihat seorang jua pun. Di dalam bab 22 ayat 6-7, kitab yang sama menceritakan sahabat-sahabat ada melihat cahaya di langit tetapi tidak mendengar suara dan dalam bab 26 ayat 13 mengatakan Saint Paulus dan sahabat-sahabatnya dikelilingi oleh cahaya dan mereka semua terjatuh ke tanah. Nah, cuba fikirkan dalam sebuah Injil, peristiwa yang sama telah diceritakan dalam tiga versi di tiga tempat. Bolehkah kita membenarkannya?" tanya Umar Lahmi.
"Tidak mungkin," jawab Mirano cepat "ketiga-tiganya palsu dan kalaupun salah satunya itu betul agak sukar mahu dipastikan."

"Nah, saudara sudah mendengar tentang pertentangan antara dua buah Kitab Injil yang berbeda dan pertentangan di dalam sebuah Injil yang sama." kata Umar Lahmi. "Sekarang cuba perhatikan keanehan pertentangan yang terjadi di dalam satu ayat yang sama pula. Di dalam Kitab Injil Lukas bab 21 ayat 16-18 ada disebutkan tentang peringatan Jesus kepada pengikut-pengikutnya: 'Dan kamu akan diserahkan juga oleh orangtuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh dan kamu akan dibenci semua orang oleh kerana namaku. Tetapi tidak sehelai pun dari rambut kepalamu akan hilang'. Ini bererti bahwa musuh akan membunuh pengikut-pengikut Jesus tetapi tidak sehelai rambut pun akan hilang yakni tidak terjadi apa-apa seolah-olah pembunuhan itu tidak ada kaitannya dengan kecederaan. Kena bunuh tetapi pengikut-pengikutnya tidak kena bunuh. Kita akan merasa hairan betapa tidak berakalnya penyusun Injil itu sehingga dalam ayat yang sama ada pertentangan yang boleh menimbulkan ketawa."
Isabella yang sejak lama diam mendengar lalu menyampuk "Bagaimana agaknya orang-orang Kristian yang malang itu mahu menjelaskannya?"
"Apa penjelasan yang boleh mereka berikan?" tanya Umar Lahmi. 'Mereka selalu mengelak dengan percakapan yang tidak relevan dan menimpakan kesalahan itu kepada jurutulis yang tidak mengambil berat. Meskipun jawaban mereka kita terima sebagai satu kebetulan, pertanyaan itu masih tetap belum berjawab tentang kalimat yang sebenarnya dan yang mana pula kesalahan jurutulis? Sebagai contoh umur seseorang dalam satu waktu ada yang 22 dan ada yang 42 tahun. Mana satu kesalahan jurutulis dan mana satu pula yang benar? Tidak ada orang-orang Kristian sekarang ini yang boleh berkata bahwa ayat sebenar ialah begini dan jurutulis telah menulis begitu. Selagi kesalahan jurutulis tidak dapat dikesani maka penerangan dan jawaban apa pun juga hanyalah nonsense semata-mata. Jadi, hal ini membuktikan bahwa menurut orang-orang Kristian sendiri kitab-kitab ini diragukan sementara di tempat lain kesalahan jurutulis pula diakui maka dengan sendirinya kitab-kitab itu telah kehilangan kewibawaannya dari sudut mana pun jua."

"Tidak mungkinkah kesalahan-kesalahan ini diperbaiki dengan membuat bandingan dengan yang asli?" tanya Isabella.
"Jikalau kitab-kitab yang tulen ada mengapa pula kita bersusah-susah mahu membuat perbandingan lagi." kata Umar Lahmi. "Masalahnya kitab yang tulen tidak wujud, hanya bergantung dari terjemahan demi terjemahan dari salinan demi salinan. Dan yang ajaibnya ialah sampai sekarang belum lagi dapat dibuat kepastian tentang Injil-Injil ini bila ditulis, dalam bahasa apa atau siapa penulisnya. Setengah pula mengatakan ditulis serentak pada satu waktu di dalam dua bahasa iaitu bahasa Greek dan bahasa Yahudi. Tetapi dalam bahasa apapun yang ditulis, Injil asli tentu dapat diperoleh. Malangnya, tidak pernah diketemui di mana-mana pun jua. Hanya terjemahan dari terjemahan yang ada yang tidak dapat dipercayai. Kemudian timbul pula berbagai-bagai pendapat tentang zaman Kitab-Kitab Injil ditulis dan tentang penulisnya tidak sesiapa pun yang mengetahuinya. Setengah mengatakan pengikut Jesus, Jonah telah menulis Injilnya sendiri dan ada yang mengatakan ia ditulis oleh orang lain yang juga bernama Jonah. Yang paling menyedihkan ialah tidak ada keterangan di dalam kitab-kitab itu tentang penulisnya, di dalam Kitab Injil Matius namanya juga tidak ada."
"Orang-orang Kristian berkata apa saja kitab yang telah disahkan oleh gereja maka itulah saja kitab Tuhan dan kitab yang diwahyukan." jawab Mirano.
"Jadi untuk dapat dianggp sebagai diwahyukan kita mesti bergantung kepada gereja sementara kitab-kitab itu sendiri pekak dan bisu dalam soal ini." kata Umar Lahmi.
Isabella lalu mencelah "Orang-orang Kristian mempertahankan bahwa keputusan gereja adalah bebas daripada kesilapan. Dengan demikian, keputusan itu pun sebagai wahyu pula."
"Jikalau keputusan gereja itu bebas dari kesilapan maka mengapa pula ada berbagai-bagai keputusan dari gereja-gereja yang berbeda? Dalam Sidang Synodes di Nicia 325 Masihi dan sidang yang diadakan di Konstantinopel 381 Masehi kitab-kitab yang dianggap wahyu ole persidangan itu telah ditolak setengahnya oleh Sidang Niqawiy. Malah diperintah membakr sekalian kitab yang isinya berlawanan dengan keputusan dalam Sidang Synodes di Nicia. Sementara sebahagian daripada kitab yang dikeluarkan daripada daftar-daftar wahyu kembali diterima sebagai kitab-kitab wahyu di dalam sidang yang lain. Seolah-olah kitab-kitab wahyu itu seperti hidung patung lilin yang boleh diubah-ubah ke kiri atau ke kanan."

Setelah mendengar keterangan dan penjelasan Umar Lahmi tentang berbagai-bagai perkara yang bermula daripada masalah yang ditimbulkan oleh Mirano, maka pertemuan itu pun berakhir sudah agak larut malam. Semua peserta kembali ke rumah masing-masing. Isabella dan sahabat-sahabatnya ditempatkan di sebuah rumah tidak jauh dari rumah Ziad bin Umar dan dikawal dengan ketat oleh pengawal-pengawal Islam yang gagah berani. Sebelum berpisah, satu rencana telah diatur supaya Isabella dan sahabat-sahabatnya mendapat latihan dan pendidikan agama secara intensif tidak saja dari Umar lahmi dan alim ulama yang lain tetapi juga dari Ziad bin Umar sendiri.

Masa berjalan begitu cepat, sudah empat tahun berlalu. Dalam masa itu, Isabella dan sahabat-sahabatnya telah dapat menguasai bahasa Arab dengan baik dan pengetahuan mereka tentang agama Islam juga cukup mendalam. Isabella kini telah menjadi tempat tumpuan kaum wanita di Cordova. Setelah mendalami ilmu agama maka dia telah menjadi model wanita Islam yang berhemah tinggi dan diberi gelaran sebagai muhaddisa salah seorang ahli Hadis yang ulung di Cordova. Seorang yang salih yang telah menyerah seluruh hidupnya ke jalan Allah.

BAB 15 Islam Agama Kesejahteraan


Cahaya petunjuk dari Islam merupakan rahmat yang paling agung dari Allah Subhanahu wa ta'ala, yang telah menganugerahkan perbendaharaan ghaibNya kepada sesiapa saja yang dikehendakiNya. Isabella ialah anak perempuan seorang paderi Kristian yang terkemuka, yang telah dibesarkan oleh bapanya menurut peraturan-peraturan agama Kristian yang ketat. Isabella sendiri seorang puteri Kristian yang fanatik, seorang ilmuwan dalam teologi tetapi kini telah menjadi seorang Islam, seorang muslimat, seorang yang alim dan warak, ahli pentafsir Hadis dan seorang wanita Islam yang sempurna displinnya.

Isabella telah termahsyur di seluruh Sepanyol kerana ilmu dan kesalihannya. Dalam masa yang singkat, dia dapat menyelesaikan sesuatu masalah yang rumit yang ada kaitan dengan hukum-hukum Islam. Isabella sudah sepuluh tahun menjadi penganut Islam dan dalam masa itu serangan-serangan terhadap Islam yang dilakukan oleh orang-orang Kristian sudah mulai reda. Beratus-ratus orang Kristian, lelaki dan perempuan, telah menerima cahaya Islam melaluinya dan dengan rahmat Allah. Dia telah keluar sebagai lambang kemenangan dalam berbagai-bagai perbincangan agama.

Tepat pada masa itu berita-berita telah tersebar di seluruh Sepanyol bahwa ada seorang perempuan Kristian di Toledo yang katanya terlalu dalam pengetahuannya tentang Al-Quran dan Hadis dan juga kitab-kitab wahyu yang awal dan dia mempunyai hujah-hujah yang banyak dan meyakinkan tentang kebenaran agama Kristian sehingga alim ulama Islam yang terkenal pun agak susah mahu menolaknya. Selain daripada itu, khabarnya dia juga memiliki mukjizat yang menyebabkan mendapat kedudukan istimewa di dalam hati penganut-penganut agama Kristian sehingga kepopularannya tidak menyenangkan Paus. Orang-orang Kristian dari jauh dan dekat telah datang ke Toledo semata-mata kerana hendak mengambil berkat dengan menyentuh pakaiannya saja. Juga diberitahu bahwa dia boleh menyembuhkan penyakit yang paling berbahaya hanya dengan sekali tenungan. Wanita Kristian itu telah mengetahui tentang Isabella yang telah meninggalkan agama Kristian dan menerima Islam sepuluh tahun lalu. Dia lalu mengumumkan kepada pengikut-pengikutnya bahwa jikalau Isabella datang menemuinya, dia akan membawanya kembali ke dalam agama Kristian dengan mukjizat yang ada padanya dan dengan kekuatan hujah-hujahnya. Katanya lagi Isabella tidak akan berani datang ke hadapannya kerana selama sepuluh tahun sesudah dia keluar dari agama Kristian, dia telah merasa kesal kerana meninggalkan agama itu.

Oleh sebab pengumuman yang dibuat oleh perempuan Kristian itu maka timbullah kehebohan di seluruh negara Sepanyol dan orang-orang Kristian pula menjadi keras kepala dan mula melakukan perbuatan-perbuatan nakal. Akhirnya, pada suatu hari dalam salah satu perhimpunan agama, salah seorang terpelajar yang sedang mengikuti perhimpunan itu telah berkata kepada Isabella.
"Sudahkah anda mendengar satu pengumuman baru?"
"Tentang apa, saudara?" tanya Isabella.
"Seorang wanita Kristian telah mencabar anda untuk berdebat." jawab lelaki itu. "Katanya anda tidak akan berani datang berdebat dengannya dan kalau anda datang juga dia tidak akan melepaskan anda balik sebelum anda kembali ke agama Kristian baik melalui mukjizatnya mahupun melalui hujah-hujahnya."
"La haula wala quwata illa billa," ujar Isabella. "Seorang wanita Kristian mencabar saya dan dengan hujah-hujahnya mahu memasukkan seorang muslimat sejati ke dalam agama Kristian! Saya sebenarnya sudah tidak berminat lagi dalam persoalan itu. Semua orang yang diberi petunjuk oleh Alah akan datang kepada saya. Tetapi wanita Kristian ini nampaknya inginkan nama."
"Dia sudah lama terkenal," jawab lelaki terpelajar itu "tetapi sekali ini, dia berhajat mau berkonfrontasi dengan anda pula. Perkara ini sudah heboh dipercakapkan orang di seluruh negeri terutama dalam kalangan orang-orang Kristian."
"Saya telah juga mendengarnya," jawab Isabella "bahwa dia benar-benar mahu berkonfrontasi dengan kita silalah datang ke mari dengan segala penyokong-penyokongnya dan tanya apa saja yang dia mahu."

Kira-kira enam hari sesudah perbincangan antara Isabella dengan lelaki terpelajar itu, Isabella telah menerima surat dari perempuan Kristian tersebut yang meminta berbincang dengannya mengenai Islam dan agama Kristian.
"Andaikata anda bersetuju, saya dengan segala senang hati akan datang ke tempat anda, mencuba membersihkan semua keraguan anda."
Isabella terus menjawab "Saya hanya suka berbincang dengan tujuan mencari kebenaran dan bukan kerana sekadar mahu bercakap kosong yang akan membuang masa saja. Anda dipersilakan datang ke rumah saya bila-bila masa anda suka."
Sebaik saja menerima surat Isabella itu, perempuan Kristian itu pun tidak berlengah-lengah lagi lalu mengumumkan kepada orangramai bahwa dia akan berdebat dengan Isabella dan akan membawanya kembali ke dalam agama Kristian. Esoknya, dengan diiringi oleh kira-kira seratus orang perempuan Kristian dia bertolak dari Toledo menuju ke kediaman Isabella di Institut Pengajian Al-Quran di Cordova. Isabella dengan penuh mesra menyambut kedatangan semua tetamunya. Setelah berehat sebentar maka perdebatan itu pun dimulai atas inisiatif wanita Kristian itu.

"Khabarnya anda meninggalkan Tuhan Jesus dan semua wali lalu menerima agama palsu seperti Islam." kata perempuan Kristian itu. "Lebih baiklah setelah sudah mengalami pengalaman pahit itu, anda kembali kepada agama Kristian."
Isabella tersenyum mendengar kata-kata perempuan Kristian itu.
"Biarpun saya dibakar hidup-hidup saya tidak akan meninggalkan Islam dan menerima ketuhanan yang berbagai-bagai serta kepercayaan Kristian yang memalukan itu. Namun demikian kerana anda datang ke mari maka saya ada hak untuk bertanya di mana di dalam Injil ada tertulis yang anda boleh datang mengajak orang masuk Kristian. Di dalam Injil, Jesus itu hanyalah nabi orang-orang Yahudi saja dan dia telah diutus untuk mendakwah kepada mereka khusus." jawab Isabella tegas.
"Apakah ada tertulis di dalam Injil bahwa pintu agama Kristian tertutup kepada semua manusia? Apakah ini hasil penyelidikan anda yang menyebabkan anda membuang agama Kristian?" tanya perempuan Kristian itu.
"Ya, ada ditulis di dalam Injil dan juga disahkan oleh Kitab Suci Al-Quran yang mengatakan :'wa rasulan ila Bani Israel' yakni Jesus Kristus itu diutus sebagan nabi orang Israel (Yahudi) dan di tempat lain ada disebutkan : 'waja alnahu mislan Bani Israel' yakni kami jadikan Jesus Kristus itu sebagai contoh kepada orang-orang Israel dan ini bererti bukan untuk seluruh dunia."
"Bilakah yang saya ini percayakan Al-Quran sehingga anda menyebutnya di hadapan saya?" tanya perempuan Kristian itu lagi.
"Saya sebutkan Kitab Suci Al-Quran itu kerana anda mungkin tahu bahwa dalam soal ini Kitab Suci Al-Quran dan Injil itu sama. Dalam Kitab Matius bab 10 ayat 5 ada dikatakan : 'kedua belas orang murid itu telah diutus oleh Jesus dan dia berpesan kepada mereka : "Janganlah kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria, melainkan pergilah kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel!' Di dalam Kitab Matius juga bab 15 ayat 21, ada dikatakan : 'Lalu Jesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon, maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berkata 'Kasihanilah aku, wahai anak Daud kerana anakku perempuan telah dirasuk syaitan dan sangat menderita'. Tetapi Jesus sama sekali tidak menjawab. Lalu murid-muridnya datang dan meminta kepadanya. 'Suruhlah dia pergi,dia mengekori kita dengan berteriak-teriak'. Jawab Jesus 'Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel'. Nah, itu buktinya daripada Kitab Injil anda sendiri bahwa Jesus Kristus tidak diutus sebagai nabi kita semua tetapi hanya untuk orang-orang Israel saja, bukankah lebih baik anda ikut perintah Tuhan anda? Mengajak orang lain masuk Kristian adalah perbuatan yang bertentangan dengan perintah Tuhan anda dan anda telah menderhakainya." kata Isabella.

"Apa yang anda tahu tentang Injil?" kata perempuan Kristian itu. "Tanyalah saya akan maksud ayat-ayat itu. Dalam Injil tidak ada ditulis bahwa Injil tidak boleh diajar di mana-mana."
"Tidak ada?" tanya Isabella seperti mengejek.
"Jangan berbuat bohong Isabella. Sekurang-kurangnya di hadapan khayalak ini anda patut menahan diri dari berbohong." kata perempuan Kristian itu. "Lihat, dalam Kitab Markus bab 16 ayat 15 ada ditulis : 'Dia berkata kepada mereka, pergilah ke seluruh dunia dan beritakan Injil kepada semua makhluk. Barangsiapa yang percaya dan dibaptiskan maka dia akan selamat dan barangsiapa yang tidak percaya maka dia akan diseksa'. Lihat betapa jelasnya perintah untuk mengkristiankan seluruh umat dunia."
"Anda barangkali tidak tahu," kata Isabella "ada 12 ayat di dalam bab 16 ini ditambah kemudian. Injil yang awal hanya sampai kepada ayat 8 saja. Anda jangan cuba kemukan hujah dari Injil yang sudah dimanipulasi."
"Bagaimana anda tahu ayat-ayat ini ditambah kemudian?" tanya wanita Kristian itu terperanjat.
"Dari penyelidikan orang-orang Kristian sendiri. Setelah dibandingkan dengan nashkah-nashkah lama, ternyata 12 ayat di dalam bab yang terakhir kitab itu tidak terdapat di dalam kitab-kitab yang terdahulu*."

* di dalam edisi bahasa Urdu Kitab Injil yang digunakan di India sekarang, ayat-ayat yang telah dimanipulasi ini dibuat sebagai catatan pinggir.

"Karena kami tidak mempunyai Kitab Injil yang original maka saya tidak dapat berkata apa-apa sebagai jawabannya." ujar perempuan Kristian itu. "Saya akan menjawab apabila saya mendapat Injil original nanti. Tetapi apakah ajaran-ajaran Quran yang tidak terdapat di dalam Injil? Kenapa anda sampai menerima Islam?"
"Mengenai hal itu saya telah pun berbincang secara terperinci dengan para paderi anda. Tanyalah kepada mereka." kata Isabella.
"Bagaimana saya akan tahu apa yang anda jawab kepada paderi-paderi itu. Sekarang cuba terangkan kepada saya apa dia kelebihan-kelebihan Islam yang telah anda pelajari?" tanya perempuan Kristian.
"Apa anda fikir saya terima Islam dengan mata tertutup? Sekurang-kurangnya ada sesuatu yang membuat saya jijik dengan Kristian dan menyebabkan saya mencintai Islam." kata Isabella.
"Kenapa anda enggan menyebut kelebihan-kelebihan Islam?" Perempuan Kristian itu terus mendesak.
"Nyatalah agama itu tidak ada kelebihan apa-apa pun juga. Isabella! Cuba dengar baik-baik. Tidak ada sesiapa yang setaraf dengan saya di seluruh Sepanyol dalam ilmu pengetahuan. Jangan anda cuba fikir bahwa saya ini tidak tahu apa-apa. Bagaimanapun saya hanya mahu bertanya satu pertanyaan saja. Anda boleh menjelaskan yang hak dan yang batal biar seterang hari siang. Beritahu saya kualiti yang mana satu lebih tinggi: peradilan lebih tinggi daripada hukum rahmat ataupun hukum rahmat itu lebih tinggi daripada syahadat peradilan?"
"Kedua-duanya tinggi dan utama pada tempatnya masing-masing dan rendah serta tidak berguna kalau bukan pada tempatnya." jawab Isabella.
"Fahamkah anda apa yang saya maksudkan?" Perempuan Kristian itu bertanya kepada Isabella.
"Begini! Hukum-hukum Taurat itu peradilan kerana di dalamnya ada tersebut hukuman kepada tiap-tiap orang yang melakukan kesalahan tetapi Injil ialah hukuman rahmat kerana hanya Tuhan Jesus Kristus saja yang dikhaskan untuk penebusan dosa. Nah, cuba terangkan apakah anda menolak hukum-hukum rahmat?"
"Saya telah katakan bahwa kedua-duanya betul pada tempatnya masing-masing. Jikalau seseorang yang berbuat salah diampunkan dengan andaian bahwa dia akan memperbaiki dirinya maka dia diampunkan dan rahmat akan menyusul kemudian, tetapi kalau dikhuatiri bahwa yang berbuat salah itu semakin berani melakukan kesalahan dan dia dimaafkan juga maka permaafan itu adalah satu jenayah dan ketidak-adilan kepada yang berbuat salah."
"Nah, apakah Quran itu hukum-hukum peradilan ataupun hukum-hukum rahmat?" tanya lagi perempuan Kristian itu.

"Menurut pendapat anda, Taurat itu hukum-hukum peradilan dan bukan hukum-hukum rahmat sementara Injil pula hukum-hukum rahmat dan bukan peradilan. Jadi kedua-duanya itu tidak berlaku pada tempatnya masing-masing. Kitab Suci Al-Quran sebaliknya merangkumi kedua-duanya, peradilan dan kerahmatan dan telah menunjukkan jalan yang benar bagi penggunaan kedua-duanya itu. Dalam Al-Quran, surat 42 ayat 40 ada disebutkan : Balasan kejahatan adalah kejahatan yang seumpamanya'. Inilah hukum-hukum peradilan dan selajutnya ayat itu diakhiri dengan: 'Barangsiapa memberi maaf serta memperbaiki keadaan dirinya maka pahala akan diberikan Allah, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlaku zalim. Ini ialah hukum-hukum rahmat." kata Isabella. "Di tempat lain Al-Quran iaitu di surat An Nahl ayat 126 ada disebutkan: Dan jika kamu menyeksa mereka sebagai pembalasan, maka seksalah mereka seimbang dengan penyeksaan yang ditimpakan atas kamu'. Ini ialah peradilan dan 'Demi Allah sungguh jika kamu bersabar tentulah sabar itu lebih baik lagi bagi segala orang yang sabar'. Ini rahmat. Di tempat ketiga pula iaitu di surat Al-Baqarah ayat 280 ada disebutkan begini: Dan jika didapati orang yang sempit keadaan, yakni orang yang berhutang maka hendaklah kamu beri waktu hingga dia sanggup membayarnya'. Ini peradilan lagi. Tetapi 'kamu bersedekah kepada orang yang papa itu dengan jalan membebaskan mereka dari hutang, adalah lebih baik bagi kamu dari menunggu mereka sanggup membayarnya, jika kamu mengetahui'. Itu rahmat lagi. Begitulah Kitab Suci Al-Quran memberi peringatan tentang peradilan dan rahmat."
Perempuan Kristian itu lalu menyampuk "Quran menyuruh mengambil tindakan membalas tetapi Injil melarang tindakan serupa itu, sebaliknya disuruh memberi kemaafan. Nah, kelebihan Injil bukankah telah terbukti dengan jelas."
"Itu tidak membuktikan kelebihan tetapi kekurangan." jawab Isabella dengan segera. "Andaikata orang melakukan kejahatan dan jenayah lalu diberi kemaafan kepada tiap-tiap kali kejahatan dan jenayah dilakukan, maka kejahatan dan jenayah akan merebak ke seluruh dunia dan keamanan serta ketenteraman akan terganggu. Kitab Suci Al-Quran membenarkan penggunaan kedua-duanya sekali: pemaafan dan pembalasan menurut keadaannya. Selain daripada itu, Injil juga telah memanusiakan Tuhan tentang mengapa Dia memberikan sifat marah dan nafsu kepada manusia. Apakah sifat marah itu diberikan tanpa bersebab? Tidak. Tuhan tidak pernah mencipta sesuatu sifat manusia tanpa ada gunanya. Oleh sebab itu Kitab Suci Al-Quran telah mengajar bagaimana mahu menggunakan sifat-sifat pengampun dan pemarah, pemaafan dan pembalasan menurut keadaan yang sepatutnya dan tidak dibenarkan sifat-sifat itu menghanyutkan manusia."

"Ah, betapa tidak adilnya anda menolak semua perkara-perkara baik dari kami," kata perempuan Kristian "Tuhan kami tidak pernah berperang dengan sesiapa pun juga tetapi memaafkan musuh-musuhnya dan dengan sabar menahan penindasan mereka sedangkan nabimu membalas dendam ke atas musuh-musuhnya serta tidak pernah memberi kemaafan kepada sesiapa pun juga. Sekali lagi membuktikan bahwa contoh dari Injil dan Tuhan kami saja yang boleh membawa kepada keselamatan."
"Kesabaran, kemaafan, ketegasan, keberanian, keadilan dan lain-lain lagi adalah perbuatan yang diketahui oleh tiap-tiap orang tetapi sangat sedikit pula daripada mereka itu yang tahu akan signifikannya yang sebenar. Sesuatu nilai tentang baik dan buruk moral terletak kepada tempat penggunaannya yang sesuai, kalau tidak maka kesabaran dan kemaafan tidak ada erti sama sekali. Cuba perhatikan! Pengampunan dan pemaafan akan tinggi nilainya apabila pemberi maaf mempunyai kuasa untuk membalas. Jikalau seorang yang lemah dan tidak berdaya, tidak ada kuasa untuk membalas maka pengampunan dan kemaafannya tidak akan dapat dianggap sebagai satu jasa melainkan sebagai satu kebaculan saja. Nabi kami memiliki kekuasaan moral ini sebab itu kemaafan dan pengampunan adalah terlalu tinggi nilainya. Setelah beliau menakluki Mekah, orang-orang musyrikin yang kejam telah dibawa ke hadapan baginda tetapi baginda membebaskannya semua dengan berkata: "Pergilah kamu sekalian. Kamu sekarang sudah bebas! " Kalau baginda mahu, baginda dapat mencencang-cencang mereka kerana baginda ada kuasa dan sahabat-sahabat baginda sedang menunggu perintahnya saja. Nah, sekarang cuba beritahu saya, bagaimana kedudukan nabimu waktu dia memaafkan musuh-musuhnya? Nyatalah pada waktu itu dia sangat tertekan dan tidak ada siapa yang mahu menolongnya, dia pula tidak ada kuasa untuk membalas dendam. Tidak ada lain yang dapat dilakukan olehnya kecuali memberi maaf. Kalau dia berkuasa dan memaafkan musuh-musuh maka sesungguhnya itu suatu perkara yang boleh anda banggakan. Kesabaran dalam keadaan tidak berdaya maka ia bukanlah kemaafan."
"Pooh, Isabella!" perempuan Kristian itu mendesit. "Anda panggil orang yang berlumuran darah sebagai orang-orang yang bermoral? Dan jangan cuba memberikan apa-apa penilaian kepada orang yang tidak pernah menumpahkan darah barang setitik pun."
"Itu salah pengertian anda, melihat sesuatu dari sudut yang keliru. Nah, saya mau mengemukakan kepada anda tentang keberanian dan tentang anggapan anda terhadap baik atau buruk peradilan."
"Kedua-dua kualiti itu baik, siapa yang boleh membantahnya?" jawab perempuan Kristian itu.
"Bagus! Nah, cuba beritahu saya apakah keberanian dapat dilahirkan selain daripada di dalam peperangan dan peradilan dapat diwujudkan tanpa ada pemerintahan? Tidak mungkin! Maka kedua-dua kesempatan ini telah menganugerahkan oleh Allah kepada nabi kami, yakni dia melakukan peperangan terhadap orang-orang musyrikin dan juga mempunyai kekuasaan untuk memerintah. Dalam peperangan dia telah memperlihatkan keberanian dan dengan membentuk pemerintahan dia memperlihatkan peradilan. Bolehkah anda memperlihatkan kedua-dua kelebihan ini pada Tuhan anda?"

"Anda fikir berperang itu satu kelebihan yang besar? Tuhan kami membawa seruan perdamaian dan keamanan dan bukan peperangan." jawab perempuan Kristian itu.
"Tetapi pada nabi kami kedua-dua kualiti ini ada. Di satu pihak dia adalah rahmat kepada dunia, baik hati dan pemaaf dan di pihak yang lain seorang pejuang dalam peperangan di jalan Allah. Jadi, dia menjadi contoh dan teladan yang baik dalam berbagai-bagai aspek hidup." kata Isabella.
"Betapa jeleknya percakapan anda, Isabella." ujar perempuan Kristian itu. "Bolehkah anda membuat bandingan antara seorang yang suka berperang dengan seorang yang membawa kedamaian?"
"Kalau memerangi musuh dan menindas perbuatan jahat merupakan satu jenayah maka bagaimana pula pendapat anda terhadap Nabi Musa yang seluruh kehidupannya dihabiskan dengan memerangi musuh-musuhnya yang disaksikan di dalam Kitab Perjanjian Lama? Benarkah Jesus Kristus seorang perdamaian dan keamanan dan dia selama hidup tidak pernah berperang? Nabi kami ialah Pesuruh Kemuliaan dan Pembawa Rahmat. Kalau baginda di satu pihak berperang melawan musuh-musuhnya seperti Musa, maka di piha lain serupa Kristus, baginda membawa perdamaian dan keamanan kepada dunia. Maka baginda merupakan contoh yang paling sempurna dari kedua-dua Nabi Musa dan Jesus." kata Isabella.
"Nampak anda kini sudah terlalu bijak. Saya tidak akan membiarkan sehingga anda saya kalahkan." ujar perempuan Kristian itu. "Saya akan bercakap kepada anda dengan sejelas-jelasnya supaya semua wanita yang hadir di sini dapat mengikutnya dengan saksama, dua kali dua empat. Fikirkanlah dengan sedalam-dalamnya sesudah anda membuat bandingan Quran dengan Injil nanti barulah kebenaran menjadi nyata kepada anda."
"Saya akan menjawab soalan anda sejelas mungkin. Nah, sila kemukakan." kata Isabella.
"Perbahasan ini tidak akan ada ertinya kalau kerasulan nabimu tidak dapat dibuktikan." Perempuan Kristian itu mencabar Isabella. "Pertama buktikan kebenaran kerasulan Muhammad kemudian barulah perbahasan ini kita teruskan."

"Apakah dia ujian-ujian pembuktian kerasulan itu menurut ukuran anda?" tanya Isabella.
"Kalau anda dapat membuktikan dua perkara tentang Muhammad, maka Islam benar, kalau tidak ia adalah palsu." kata perempuan Kristian itu. "Kerana tiap-tiap nabi dua perkara ini adalah penting. Pertama nabi-nabi yang terdahulu telah memberitahu lebih awal tentang kedatangannya dan kedua dia ada melakukan mukjizat."
"Apakah Adam itu seorang nabi menurut pendapat anda?" tanya Isabella.
"Mengapa pula tidak?" jawab perempuan Kristian itu.
"Apakah ada nabi-nabi terdahulu yang telah memberitahu tentang kedatangannya?" tanya Isabella.
"Sebelum dia, mana ada nabi, jadi bagaimana orang akan memberitahu tentang kedatangannya?"
"Jadi kriteria anda tentang benar atau palsunya seseorang nabi itu nyatalah salah dan nakal. Kalau seseorang nabi mesti diberitahu lebih dulu oleh nabi yang lain akan kedatangannya maka Adam terpaksa dikeluarkan dari kenabian menurut kriteria anda itu. Tentang kemukjizatan pula itu bukanlah suatu perkara yang penting bagi kenabian. Di dalam Injil anda sendiri ada tertulis bahwa nabi palsu juga boleh melakukan mukjizat melebihi Jesus sendiri." kata Isabella.
"Anda nampaknya tidak menyetujui apa saja pendapat saya. Baiklah, bolehkah anda membuktikan kerasulan nabi anda?"
"Soalan serupa pula hendak saya kemukakan kepada anda. Atas dasar apa seorang Kristian itu percaya kepada Nabi Musa, Daud, Sulaiman, Yaakub, Yusuf, Yahya, Nuh, Ibrahim? Cuba biar saya dengar hujah-hujahnya dan atas dasar yang sama pula insyaAllah kerasulan Nabi akhir zaman akan saya buktikan dengan sejelas-jelasnya sehingga tidak ada sebab lagi bagi anda untuk menolaknya." ujar Isabella.

"Kami menerima semua nabi mengikut peranan yang mereka lakukan." jawab perempuan Kristian itu ringkas.
"Peranan apa?" tanya Isabella cepat. "Cubalah perincikan supaya tidak susah kita menetapkan dasar perbahasan kita ini."
Perempuan Kristian itu termenung sejurus sebelum menjawab, seolah-olah berfikir. Dia menundukkan kepalanya sehingga menimbulkan kegusaran kepada penyokong-penyokongnya yang hadir. Mereka khuatir kalau-kalau dia tidak dapat menjawab dan perbuatannya itu akan menjadi punca kehinaan serta kehilangan maruah kepada orang-orang Kristian seluruhnya.

Dia kemudian memanggungkan kepalanya dan memandang Isabella dengan pandangan kosong.
"Kami tidak tahu tentang nabi-nabi lain. Kami hanya menaruh perhatian kepada Tuhan Jesus Kristus kami saja. Melaluinya kami percayakan nabi-nabi yang lain itu."
Mendengar itu, Isabella dengan cepat mendesak.
"Kalau begitu kemukakanlah kriteria kebenaran Tuhan anda dan dengan kriteria yang serupa pula Nabi Muhammad sallallah alaihi wassalam akan dibuktikan."
"Bkti yang besar dari kenabian Tuhan kami ialah dia telah menghidupkan orang yang sudah mati, memberi celik kepada orang yang buta, menyembuhkan penyakit kusta dan menyelamat orang yang dirasuk syaitan." kata perempuan Kristian itu.
"Apakah bukti bahwa Tuhanmu telah melakukan semua itu? Mana dia orang yang telah dihidupkan Jesus Kristus itu? Mana dia orang buta yang telah dicelikkan oleh Tuhanmu itu? Sebagai tentangan daripada semuanya itu saya mengemukakan kepada anda mukjizat nabi yang kami kasihi Muhammad sallallah alaihi wassalam yang sampai hari ini masih kekal tidak berubah seperti pada zamannya juga dan akan terus kekal sampai hari kiamat. Itulah mukjizat Kitab Suci Al-Quran yang mencabar seluruh dunia. Andaikata iaitu rekaan dari Nabi kami, maka cuba buatkan karya yang serupa dengannya. Buatlah kira-kira sepuluh ayat atau beberapa ayat saja atau satu ayat yang sama tetapi sampai saat ini tidak seorang pun baik Kristian atau Yahudi atau penyembah berhala atau tukang sihir atau Saebiin yang berani menyahut cabaran itu. Inilah mukjizat yang hidup yang telah melumpuhkan seluruh dunia sampai ke Hari Pembalasan. Mukjizat nabi-nabi lain kalau dibandingkan dengan mukjizat ini adalah fana, yang bersifat semasa dan hilang lesap begitu saja seperti asap tanpa ada bukti kecuali cerita-cerita yang didongengkan."

"Anda telah mula bercakap tentang perkara-perkara yang tidak relevan lagi. Bolehkah kitab Quran yang serupa itu dianggap mukjizat, yang membenarkan berkahwin empat? Dengar ini! Tuhan kami telah mengatakan bahwa ia adalah jalan kebenaran dan kehidupan dan tanpa dia tidak sesiapa pun yang boleh sampai kepada Tuhan Bapa."
"Kitab Suci Al-Quran tidak pernah menganjurkan kahwin sampai empat. Ia memberi kelulusan untuk melakukannya dengan syarat-syarat tertentu. Tetapi jikalau kahwin banyak itu anda anggap sebagai satu jenayah maka bagaimana keadaannya dengan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman? Menurut Kitab Perjanjian Lama mereka mempunyai beratus isteri. Tentang pengakuan Tuhan anda bahwa iaitu jalan kebenaran dan kehidupan, betapa pula hal itu boleh menjadi satu percanggahan dengan Al-Quran? Tiap-tiap nabi yang diutus ke dunia ini membawa jalan kebenaran dan kehidupan. Tuhan anda mengatakan dia adalah jalan kebenaran dan kehidupan tetapi Al-Quran mengatakan tentang Nabi kami bahwa dia itu bukan saja di jalan yang benar tetapi juga menunjukkan jalan kebenaran kepada orang-orang lain. Dalam Kitab Suci Al-Quran Surat Asy-Syura ayat 52 ada disebutkan kira-kira begini: Dan sesungguhnya, engkau benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Kitab Suci Al-Quran mengatakan bahwa Nabi kami bukan saja dia itu menjadi kehidupan tetapi juga dia datang untuk membawa rahmat kepada dunia ini. Dalam surat Al-Anfal ayat 24 ada disebutkan yang maksudnya ialah: wahai segala mereka yang telah beriman, sambutlah seruan Allah dan Rasulnya apabila dia (Rasul) menyeru kamu kepada sesuatu yang menghidupkan kamu. Dan ketahuilah olehmu bahawasanya Allah menjadi pendinding antara seseorang manusia dengan hatinya dan bahawasanya kepada Allah kamu dikembalikan.
Maka bukti dari ayat ini ialah Nabi Muhammad sallallah alaihi wassalam telah mengislamkan orang-orang biadab, yang keji, penindas, bodoh, pencuri, pembunuh, penzina dan penyembah berhala menjadi mereka itu penyembah Allah yang taat dan beratus ribu sahabat berduyun-duyun mengikut seruannya. Baginda telah memberikan kehidupan kepada orang-orang Arab dalam masa hayat baginda. Sebagai bandingannya Tuhan anda hanya dapat membentuk dua belas orang pengikut saja sepanjang hayatnya dan malah kepada mereka itu juga dia tidak memberikan seluruh kepercayaannyaa kerana seperti yang dikatakan oleh Kristus sendiri kepada mereka, sebahagian daripadanya tidak jujur."

"Anda bercakap terlalu banyak," kata perempuan Kristian itu "tetapi sebegitu jauh anda belum dapat membuktikan mukjizat yang telah dilakukan oleh Nabi anda."
"Nasihat saya kepada anda," kata Isabella pula "ialah supaya anda meninggalkan percakapan-percakapan logik anda itu tetapi cuba menyakinkan saya dengan mukjizat anda. Khabarnya mukjizat anda telah terkenal jauh dan dekat dan orang-orang datang meminta restu dari anda. Anda tidak layak bercakap perkara-perkara yang logik."
"Anda belum lagi layak untuk menyaksikan mukjizat saya." jawab perempuan Kristian itu.
Isabella tidak berkata apa-apa lagi sesudah mendengar jawaban itu dan semua yang hadir menjadi terperanjat yang amat sangat mendengarnya. Perempuan-perempuan Kristian menundukkan kepala mereka dengan rasa malu sementara orang-orang Islam mengucapkan syukur kepada Allah dengan hati yang gembira.

Perempuan Kristian itu diam kaku, tidak tahu apa yang mahu diucapkannya lagi. Isabella yang memerhatikan keadaannya lalu berkata "Barangkali anda letih sekarang. Marilah kita hentikan dulu perbahasan ini sampai besok pula. Nah, sekarang beritahu saya pukul berapa anda dapat datang."
"Saya tidak akan bangun," jawab perempuan Kristian itu "selagi kita tidak dapat memutuskan tentang kebenaran dan kebatalan. Barangkali juga anda yang letih."
"Bagi saya anda bebas untuk meneruskan perbincangan ini tanpa jeda sehingga yang benar dan yang batal dapat dipastikan dan ditetapkan. Apa yang saya maksudkan ialah keselesaan anda saja, tidak lain." jawab Isabella.
"Saya sebenarnya sudah bertekad mahu meneruskan perbincangan ini sampai selesai." kata perempuan Kristian itu mahu menunjukkan keras hatinya. "Nah, sekarang cuba katakan apa perlu lagi Islam setelah agama Kristian tersebar luas dan menyeluruh?"
"Jikalau Islam tidak datang," jawab Isabella "kebenaran tidak akan dapat lahir ke dalam dunia ini. Islamlah yang telah menghidupkan kembali ajaran nabi-nabi yang terdahulu. Islam mengajarkan manusia tentang ketaatan dan kesucian. Saya akan huraikan kepada anda secara kasar beberapa sebab tentang mengapa Islam diperlukan.

Re : Isabella
1. Islam dengan kedatangannya telah menyempurnakan agama yang terdahulu, kerana pengajaran kitab-kitab wahyu yang diturunkan sebelumnya hanya sesuai untuk masa itu saja dan tidak mempunyai tarikan sejagat (universal). Kitab Suci Al-Quran telah mengisi jurang itu.

2. Ajaran yang sebenarnya dari nabi-nabi terdahulu telah diselewengkan oleh pengikut-pengikutnya dan Al-Quran membersihkan penyelewengan tersebut. Sebagai contoh orang-orang Kristian yang telah menganggap Jesus Kristus sebagai Tuhan dan membina struktur yang bobrok dengan mengadakan sekutu kepada Allah, ialah yang mula-mula sekali diruntuhkan oleh Islam. Agama Islam membawa sinar ketauhidan Allah dan menyembahkan zat kebesaran Allah dan kekuasaanNya yang tulen kepada dunia.

3. Ahlul Kitab telah mengadakan berbagai macam tuduhan yang memalukan kepada nabi-nabi, mengatakan setengah daripada mereka itu pendusta, penipu dan penzina dan dengan demikian mencap nabi-nabi itu sebagai berdosa. Islam dengan keras menolak, membantah, menafikan tuduhan-tuduhan tersebut dan meletakkan kembali kemuliaan dan kehormatan yang sebenar kepada nabi-nabi itu.

4. Ahlul Kitab dengan membuat interpretasi kitab-kitab suci mereka telah memanipulasi kitab-kitab itu sehingga pengikut-pengikutnya percaya bahwa kitab-kitab wahyu asli telah hilang. Kitab Suci Al-Quran mendedahkan perbuatan jahat mereka, penipuan mereka dan mengemukakan semua ajaran yang sebenar dan tulen dari kitab-kitab terdahulu itu sehingga kita tidak perlukan kitab-kitab lain lagi kerana Kitab Suci Al-Quran mencakupi semua kitab yang telah diwahyukan kepada nabi-nabi terdahulu.

5. Olehsebab nabi-nabi yang terdahulu dan kitab-kitab yang dibawanya hanya khusus kepada masa yang tertentu dan khusus kepada umat yang tertentu saja maka ia tidak mengandungi hukum-hukum yang meliputi semua aspek yang diperlukan oleh manusia di dalam kehidupan dunia bagi sepanjang zaman maka Kitab Suci Al-Quran telah mengisi kekosongan jurang itu dan setelah menyempurnakan tatasusila agama yang dilaungkan maka keperluan semua umat manusia disediakan dengan sebaik-baiknya bagi kegunaan seluruh kemanusiaan sehingga Hari Kiamat.

Nah, sudah sedarkah anda kenapa Islam didatangkan ke dunia ini?"

Setelah termenung sejurus lamanya kerana terpesona dengan hujah-hujah yang dikemukan oleh Isabella, perempuan Kristian itu lalu menjawab "Semua itu hanyalah dakwaan-dakwaan tanpa hujah-hujah yang sahih. Anda tidak sedikitpun menyebut tentang mukjizat nabi anda dan juga tidak ada pembuktian kenabiannya. Kerana persoalan ajarannya itu datang sesudah masalah ini dihuraikan."

"Anda menanyakan kepada saya apa perlunya kedatangan Islam dan saya secara kasar menyebut keperluan-keperluan itu," jawab Isabella "sekarang terserah kepada anda pula untuk membantah hujah-hujah itu. Saya telah berikan kepada anda bukti mukjizat yang dapat dilihat oleh seluruh dunia ini, iaitu Kitab Suci Al-Quran dan cabaran-cabarannya. Jikalau ada orang yang mengatakan bahwa Kitab Suci Al-Quran itu bukan wahyu dari Allah, dia haruslah bawakan ke mari satu ayat saja untuk dibandingkan dengannya. Tetapi itulah persoalannya tidak ada sesiapa pun yang telah melakukannya untuk menyokong cabarannya itu. Berdasarkan fakta itu maka jelaslah tanpa ada cabaran apapun juga bahwa Nabi Muhammad sallallah alaihi wassalam adalah Nabi dan Rasulullah. Kerana tidak ada sesiapa lain lagi sesudahnya. Selain daripada itu bukti yang lain ialah sesudah mencapai darjat kenabian, Nabi sallallah alaihi wassalam telah membentuk masyarakat sesuai dengan instruksi Kitab Suci Al-Quran dan dalam masa hayatnya seluruh jazirah Arab tunduk di bawah Islam. Nah, adakah contoh serupa ini dapat diperoleh dari nabi-nabi palsu? Saya fikir tidak ada contoh yang boleh dibuat untuk menunjukkan bahwa seseorang yang palsu di dunia ini boleh melakukan perkara-perkara yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad sallallah alaihi wassalam itu."

"Apa saja yang anda katakan, nabi anda itu tidak layak untuk diikut. Bagaimana boleh seseorang yang telah menumpahkan darah sepanjang hayatnya dan kahwin dengan beberapa orang perempuan menjadi seorang reformer? Lihat pada ketaatan Tuhan kami bahwa dia tidak pernah kahwin sepanjang hidupnya." kata perempuan Kristian itu.
"Kerana telah diakui Tuhan anda itu sebagai Tuhan Anak maka dia tidak perlu kahwin," jawab Isabella "tetapi sebaliknya Nabi kami, Muhammad sallallah alaihi wassalam ialah manusia biasa seperti manusia lain juga, maka dia merasakan desakan tabii kepada perkahwinan. Saya khuatir, anda tidak akan dapat menamakan nabi-nabi lain selain daripada Tuhan anda yang meskipun manusia tetapi tidak kahwin."

"Manusia yang sempurna ialah orang yang dapat dibezakan daripada yang lain." kata perempuan Kristian itu.
"Kenapa kini mahu bercakap tentang manusia sempurna, puan? Anda telah mengakui bahwa Tuhan anda itu Tuhan Anak!"
"Kenapa pula tidak? Dia makan, dia minum bukan sebagai keadaannya Tuhan tetapi sebagai manusia." jawab perempuan Kristian itu tanpa menyedari perangkap yang disediakan Isabella.
"Kalau begitu bagaimana akan dibezakan Tuhan anda itu? Dan bagaimana pula definisi manusia yang sempuna?"
"Manusia yang sempurna ialah seseorang yang untuk mengikutinya tidak ada terdapat apa-apa kesukaran." jawab perempuan Kristian itu.
"Nah, di sini saya bersetuju secara total dengan anda. Saya fikir anda kini telah sampai kepada satu kriteria yang boleh diterima." kata Isabella. "Anda telah mengatakan bahwa manusia yang sempurna ialah orang yang boleh diikuti dalam berbagai-bagai aspek kehidupan yang biasa. Persoalannya timbul bahwa orang-orang Kristian telah menjalani kehidupan yang biasa dan menikmati kehidupan berumahtangga. Mereka mempunyai suami atau isteri dan anak-anak. Nah, bagaimana caranya mereka itu boleh mengikut Kristus di dalam kehidupan rumahtangganya? Kerana Tuhan anda tidak kahwin dan dia tidak ada berkata apa pun juga dalam perkara ini. Persoalan yang sama timbul, orang-orang Kristian melakukan Perang Salib ke atas orang-orang Islam dan lain-lain bangsa bukan Kristian, kriteria mana pula yang anda ikuti dalam kehidupan Tuhan anda itu?"

"Tuhan kami tida pernah berperang dalam peperangan apa pun juga dan tidak kahwin. Jadi persoalan ini tidak timbul." jawab perempuan Kristian itu agak gugup.
"Meskipun Tuhan anda tidak pernah berperang dengan sesiapa pun atau berkahwin namun pengikut-pengikutnya iaitu orang-orang Kristian telah melakukan Perang Salib dan menjalani kehidupan berkeluarga. Sedangkan manusia sempurna menurut ukuran anda itu tidak menepati contoh yang standard bagi pengikut-pengikutnya dalam kedua-dua aspek keduniaan ini yang menjadi aspek penting dalam kehidupan manusia. Jadi, di mana letaknya perbezaan yang anda berikan kepada manusia sempurna dalam amali kehidupan orang-orang Kristian?" tanya Isabella.
Setelah diam sejurus lamanya, perempuan Kristian itu lalu berkata "Tuhan kami ialah contoh kehidupan rohaniah. Apa ada hubungannya dengan kehidupan fizikal?"
"Saya bersetuju bahwa Jesus Kristus itu diambil sebagai model kehidupan rohaniah yang cukup tinggi. Tetapi jangan anda lupa bahwa aspek rohani dan jasmani tidak boleh dipisahkan di dalam kehidupan manusia, tidak saja pada penyatuan keduanya tetapi bahagian yang terbesar daripada kedua itu dituntut oleh kehidupan jasmaniah. Kerana itu orang-orang Kristian terpaksa mencari seseorang lain sebagai model. Ini diikuti dengan logik bahwa Tuhan anda juga berkehendak kepada masalah yang utama ini. Tidak syak sedikit pun bahwa kehidupan Nabi Musa ialah kehidupan terhormat, sementara kehidupan Jesus Kristus pula kehidupan anggunan tetapi kehidupan nabi kami yang terakhir, Nabi Muhammad sallallah alaihi wassalam ialah kehidupan kesempurnaan. Kehidupannya dipenuhi dengan ibadat, salih dan sufi dan sebagai manusia dia menjadi contoh manusia dunia, seorang pedagang dan malah sebagai seorang raja juga. Nabi akhir zaman Muhammad sallallah alaihi wassalam menggembalai kambing pada masa kecilnya, agak dewasa sedikit dia berulang-alik ke Gua Hira dan beribadat di sana. Dia berdagang sampai di Syria, kemudian kahwin dengan Siti Khadijah. Baginda lalu berdakwah dari atas Bukit Faran dan di jalan-jalan di Mekah, lalu ke Taif, hidup dalam kumpulan suku Hijaz dan mengalami kesulitan dari musuh-musuhnya dan para penentangnya, menyantuni orang-orang yang sedang lapar, mengasuh anak-anak yatim dan janda-janda di dalam masyarakat. Kemudian berhijrah dari Mekah ke Madinah, mengadakan perjanjian antarabangsa dengan orang-orang Yahudi di Madinah, membina masjid, menyelesaikan perselisihan antara suku kaum, memimpin solat, memberi ceramah di berbagai-bagai tempat, melatih tentera dan mengatur siasat tentera di dalam peperangan Badar dan Uhud dan memimpin tentera sebagai panglima tertinggi dan telah memperlihatkan kebolehannya di dalam siasat peperangan. Baginda mengerjakan solat yang lama pada waktu malam sehingga kakinya bengkak-bengkak. Jadi daripada semua kenyataan ini cara, jalan dan model yang diperlukan di dalam kehidupan dunia terdapat pada diri baginda yang mulia, Nabi Muhammad sallallah alaihi wassalam, sebagai penggembala kambing juga sebagai seorang pedagang yang besar sama-sama dapat dijadikan contoh, juga sebagai pendakwah, pengembara dan penghijrah baginda boleh dijadikan modelnya. Bagi seorang yang taat kepada Allah yang bersara dari tugas, baginda menjadi petunjuk yang baik dan menjadi contoh bagi manusia duniawi dalam kehidupan berumahtangga. Ajarannya memberikan satu peraturan yang sempurna dalam kehidupan internasional juga bagi penduduk rimba. Bimbingannya merupakan cahaya. Perencanaan siasatnya menjadi petunjuk di medan peperangan dan baginda menjadi contoh kepada masyarakat dalam kehidupan di masa damai. Pendekkata tidak ada contoh lain yang dapat mengatasi kehidupan yang sempurna Nabi kami Muhammad sallallah alaihi wassalam di dalam rumahtangga, berdakwah, perniagaan, kepemimpinan, memberi nasihat dan mengimani solat, dalam hidup bersara, mengatur peperangan, menyusun undang-undang, memerintah sebagai raja, baik dalam masa gembira mahupun dalam masa berkabung, perkahwinan dan penceraian, hidup dan mati, mengajar dan mendidik anak-anak dan apa saja tugas yang dihadapi oleh manusia di dalam kehidupan beradab. Begitulah di dalam kehidupan yang sempurna dan juga di dalam keperluan kehidupan yang menggundahkan terdapat di dalam kehidupan Nabi Muhammad sallallah alaihi wassalam dan tidak terdapat di dalam kehidupan Nabi Musa dan Nabi Isa. Jadi dari sudut keadilan dan kejujuran maka kita harus mengakui bahwa dalam diri Nabi akhir zaman, Muhammad sallallah alaihi wassalam terhimpun semua tatasusila rohaniah dan jasmaniah kehidupan manusia yang agung dan anggun. Sesiapa saja manusia di dunia ini yang ingin mencari kebajikan dunia dan akhirat maka tidak ada jalan yang lain selain daripada mencari perlindungan di bawah bayang-bayangan nabi Muhammad sallallah alaihi wassalam yang luas, pengasih, pemurah dan budi pekerti yang tinggi dan adap sopan yang mulia."

Seluruh hadirin di dalam perhimpunan itu diam tidak bergerak, terpesona dengan hujah-hujah yang dikeluarkan oleh Isabella secara lancar dan teratur. Malah perempuan Kristian itu juga yang mengaku boleh melakukan mukjizat terpukau seperti orang yang tidak sedarkan diri. Apabila Isabella mendapati perempuan Kristian itu telah terpukul dengan penuh kehinaan dan dalam keadaan dukacita yang amat sangat, dia pun meminta maaf mengucapkan selamat tinggal lalu meninggalkan tempat itu.

Menurut laporan yang diberikan oleh Abu Hafiz, anak muda terpelajar yang ikut menyaksikan perbahasan itu, kesan daripada hujah-hujah yang disampaikan oleh Isabella, sebahagian besar dari wanita Kristian yang mengikuti perbahasan tersebut dengan rela hati telah menerima Islam dan beberapa tahun kemudian perempuan Kristian itu pun juga beriman dengan keesaan Allah dan diislamkan oleh Isabella sendiri. Tetapi hal ini tidak berlaku sekaligus, ia mengambil masa bertahun-tahun lamanya bagi jiwa yang mahu dipimpin untuk datang ke bawah bayangan Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Sepanjang hayatnya, Isabella terus menyembahkan baktinya kepada keagungan Islam. Di satu pihak dia menutup mulut orang-orang Kristian dan di pihak lain pula dia mencurahkan ilmu pengetahuannya ke dalam dunia pembelajaran, Ilmu Hadis dan pentafsiran Kitab Suci Al-Quran. Beratus ribu cendekiawan Islam telah mendapat manfaat daripada ilmunya. Isabella telah hidup mencapai usia delapan puluh tahun dan telah menutup mata dalam keadaan tenang dan damai, diratapi oleh seluruh penduduk Sepanyol. Berjuta-juta orang telah mengiringi jenazahnya ke tempat persemadian yang terakhir. Orang-orang di tempat yang jauh ada yang melakukan solat ghaib untuk arwahnya dan memanjatkan doa ke hadirat Allah subhanahu wa taala agar rohnya ditempatkan bersama orang-orang yang salih.

Sebagai penutup kisah ini kita juga dengan menundukkan kepala memberi hormat dan membaca Al-Fatihah untuk saudara Islam kita yang agung ini dan mudah-mudahan Allah subhanahu wa taala menerima amal ibadatnya dan menempatkan rohnya bersama orang-orang yang dikasihiNya. Amin.