? ??????????????????? ????Easy Install Instructions:???1. Copy the Code??2. Log in to your Blogger account
and go to "Manage Layout" from the Blogger Dashboard??3. Click on the "Edit HTML" tab.??4. Delete the code already in the "Edit Template" box and paste the new code in.??5. Click BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS ?

Wednesday, March 2, 2011

asalku dusun

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orangtuaku membajak tanah kering yang kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik laki-laki, tiga tahun lebih muda dariku. Ia mencintaiku lebih daripada aku mencintainya.



Suatu ketika, aku ingin membeli sebuah sapu tangan karena sapu tangan saat itu menjadi sesuatu yang trend. Semua gadis di sekelilingku terlihat membawanya. Tak berani meminta kepada orangtuaku yang miskin, aku pun mencuri 50 sen dari tempat penyimpanan uang ayahku. Ketika ayahku menyadari kehilangannya, ayah membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.







"Siapa yang mencuri uang itu?" ayahku bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi ayah mengatakan, "Baiklah, kalau begitu kalian berdua layak dipukul!" Ketika ayah mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi, tiba-tiba adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"



Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku dengan bertubi-tubi. Ayah begitu marah sehingga ia terus-menerus mencambukinya sampai kehabisan nafas. Sesudahnya, ayah duduk di atas ranjang batu bata dan memarahi kami, "Kamu sudah belajar mencuri di rumah sekarang. Hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? Kamu pantas dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"



Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di tengah malam, aku tak dapat menahan diri dan menangis terisak-isak. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."



Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak akan pernah lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun dan aku berusia 11 tahun.



Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di kota Kabupaten. Pada saat yang sama saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas di kota propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman sambil menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya bergumam, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik, hasil yang begitu baik!" Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas. "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"



Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi. Saya telah cukup banyak membaca buku." Ayah menampar adikku dan berkata, "Mengapa kamu mempunyai jiwa yang begitu lemah? Bahkan jika saya harus mengemis di jalanan, saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"



Dan begitulah, ayah kemudian mengetuk setiap rumah di dusun kami untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya. Kalau tidak, ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini. Aku telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas."



Siapa sangka keesokan harinya sebelum matahari menampakkan sinarnya, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku, "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimkan uang untukmu." Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun dan aku 20 tahun.



Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun dan uang yang dihasilkan adikku dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga. Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"



Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kalau kamu adalah adikku?" Dia menjawab sambil tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Aku merasa trenyuh dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu yang melekat di tubuh adikku, dan dengan suara yang tersekat aku berkata, "Aku tidak peduli dengan omongan orang lain! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu. Kamu adalah adikku sampai kapanpun juga..."



Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku dan berkata, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kakak juga harus memiliki satu." Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan terus menangis. Tahun itu, ia berusia 20 tahun dan aku 23 tahun.



Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti seorang gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi ibuku menjawab sambil tersenyum, "Itu adalah hasil kerja adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu."



Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit salep pada lukanya dan membalutnya. "Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya. "Tidak, tidak sakit. Kakak tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu selalu berjatuhan di kakiku. Tapi itu pun tak dapat menghentikanku untuk bekerja." Di tengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23 tahun dan aku 26 tahun.



Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Sering kali suamiku dan aku mengundang orangtuaku untuk datang dan tinggal bersama kami tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku juga tidak setuju, dan ia hanya mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."



Lalu suamiku menjadi direktur di pabriknya, kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.



Suatu hari, adikku di atas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya pun menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka serius seperti ini. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?



Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar - ia baru saja jadi direktur dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dibicarakan orang?" Mata suamiku dipenuhi air mata, dan akupun hanya dapat berkata dengan suara tercekat, "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 tahun dan aku 29 tahun.



Adikku kemudian berusia 30 tahun ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, MC bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Bahkan tanpa berpikir ia menjawab, "Kakakku!"



Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kejadian di masa kecil kami yang bahkan akupun tak lagi mengingatnya. "Ketika kami masih SD, sekolah kami berada di luar dusun tempat kami tinggal. Setiap hari aku dan kakakku berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari di musim dingin, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya dan ia hanya memakai satu sarung tangan untuk berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."



Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku." Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun di wajahku seperti sungai.

Akhwat Jatuh Cinta??

Tidak ada yang aneh, mereka juga adalah manusia...

Bukankah cinta adalah fitrah manusia???

Adakah akhwat tidak pantas jatuh cinta???

Mereka juga punya hati dan rasa...

Tapi tahukah kalian betapa berbezanya mereka saat cinta seorang lelaki menyapa hatinya???
Tidak ada senyum bahagia, tidak ada rona malu di wajah, tak ada buncah suka di dada...

Namun sebaliknya...

Ketika Akhwat Jatuh Cinta...

Yang mereka rasakan adalah penyesalan yang amat sangat, atas sebuah hijab yang tersingkap...
Ketika lelaki yang tak halal baginya, bergayut dalam alam fikirannya, yang mereka rasakan adalah ketakutan yang begitu besar akan cinta yang tak suci lagi...

Ketika rasa rindu mulai merekah di hatinya, yang mereka rasakan adalah kesedihan yang tak terperih akan sebuah rasa yang tak semestinya…

Tak ada senyum bahagia, tak ada rona malu…
Yang ada adalah malam-malam yang dipenuhi air mata penyesalan atas cinta-Nya yang ternoda…
Yang ada adalah kegelisahan, kerana rasa yang salah arah…
Yang ada adalah penderitaan akan hati yang mulai sakit…

Ketika Akhwat Jatuh Cinta…

Bukan harapan untuk bertemu yang mereka nantikan, tapi yang ada adalah rasa ingin menghindar dan menjauh dari orang tersebut…

Tak ada kata-kata cinta dan rayuan…

Yang ada adalah kekhuwatiran yang amat sangat, akan hati yang mulai merindukan lelaki yang belum halal atau bahkan tak akan pernah halal baginya…

Ketika mereka jatuh cinta, maka perhatikanlah, kegelisahan di hatinya yang tak mampu lagi memberikan ketenangan di wajahnya yang dulu teduh…

Mereka akan terus berusaha mematikan rasa itu bagaimanapun caranya…
Bahkan kendati dia harus menghilang, maka itu pun akan mereka lakukan...

Alangka kasihannya jika akhwat jatuh cinta…
Kerana yang ada adalah penderitaan…

Tapi ukhti…
Bersabarlah…
Jadikan ini ujian dari Rabbmu…

Matikan rasa itu secepatnya…
Pasang tembok pembatas antara kau dan dia…
Pasang duri dalam hatimu, agar rasa itu tak tumbuh bersemai…
Cuci dengan air mata penyesalan akan hijab yang sempat tersingkap...

Putar balik kemudi hatimu, agar rasa itu tetap terarah hanya padaNya…
Pupuskan rasa rindu padanya dan kembalikan dalam hatimu rasa rindu akan cinta Rabbmu…

Ukhti… Jangan khawatir kau akan kehilangan cintanya…

Kerana bila memang kalian ditakdirkan bersama, maka tak akan ada yang dapat mencegah kalian bersatu…

Tapi ketahuilah, bagaimana pun usaha kalian untuk bersatu, jika Allah tidak menghendakinya, maka tak akan pernah kalian bersatu…

Ukhti… Bersabarlah… Biarkan Allah yang mengaturnya...
Maka yakinlah... akan kertentuan Rabb-Mu terhadapmu…

top up

Cuba kita bayangkan.Satu hari,satu suara berkata kepada kita..“Maaf,pahala anda tidak mencukupi untuk membolehkan anda masuk ke syurga”.Pernah tak kita berfikir seperti itu?Bayangkan di hari kebangkitan nanti,perkataan seperti itu diucapkan
kepada kita.Bagaimana agaknya perasaan kita ketika itu?Apakah kita masih
boleh men ‘top-up’ pahala kita di saat pahala amalan kita yang terlampau sedikit ini dihitung.

SEDIKIT TENTANG 'NAFAS'

'Nafas' adalah hembusan qalbu yg teratur melalui kelembutan ruhani. Orang yg menyadari 'nafas' ruhaninya, lebih lembut dan jernih ketimbang yg hanya mengalami kondisi (ahwal) ruhani. Yg menyadari waktu (waqt) hanyalah pemula, sedangkan yg menyadari 'nafas' adalah pemancangnya, dan yg mengalami 'ahwal' berada di antara keduanya. Orang yg berada pada tahap 'ahwal' adalah pemelihara ruhani, sedangkan pemelihara 'nafas' adalah ahli rahasia Ilahi...
Ahli sufi berkata, "Sebaik2 ibadah adalah yg didasari dgn menghitung 'nafas' ruhani bersama ALLAH..." Mereka pun berkata, "ALLAH mencipta qalbu, dan menjadikan qalbu sebagai tambang ma'rifat. Dan, ALLAH mencipta rahasia (sirr) di balik qalbu, serta menjadikannya sebagai wadah tauhid. Setiap 'nafas' yg tak muncul dari bukti2 ma'rifat, dan setiap isyarat tauhid yg timbul dari bentangan yg rumit, adalah mayat -- yg pemiliknya akan dimintai tanggung jawab kelak..."
Jadi, bagi orang arif (irfan), 'nafas' tidak asal hembus, karena ia tidak terserah ke 'nafas'nya saja. Sebab, bagi sang pecinta (mahabbah) ALLAH, 'nafas' adalah keharusan (wajib) dgn selalu menyadarinya. Kalau tidak menyadari 'nafas' ruhani, maka sama dengan bangkai hidup saja.... (Wallahu a'lam...)

(: dari kitab "AL-LUMA'' Abu Nashr As-Sarraj, dan "RISALATUL-QUSYAIRIYAH" Imam Al-Qusyairi, bab "Nafas")

Salinan Matan Ummul Barahin (Bab Makrifatullah)

Assalamualaikum. Disini disertakan salinan dari matan Ummul Barahin karangan Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Yusuf bin ‘Umar bin Syu’aib Al-Sanusi Al-Tilimsani Al- Hasani Al-Maliki (832-895H/1428-1490M). Ataupun lebih dikenali sebagai Imam Sanusi.....

Segala puji bagi Allah SWT serta Kerahmatan dan Kesejahteraan ke atas Junjungan Besar Nabi Muhammad SAW.

Ketahuilah bahawa sesungguhnya hukum ‘aqal itu terbahagi kepada tiga bahagian:

1. Wujub (Wajib)
2. Mustahil
3. Harus.

Wajib merupakan perkara yang ketiadaannya tidak boleh diterima oleh ‘aqal fikiran manusia.
Mustahil merupakan perkara yang kewujudannya tidak boleh diterima oleh ‘aqal fikiran manusia.
Harus ialah perkara yang kewujudan dan ketiadaannya boleh diterima oleh ‘aqal fikiran manusia.

Wajib dari segi syara’ ke atas setiap mukallaf mengetahui perkarayang wajib pada hak Allah Yang Maha Besar dan Maha Mulia,perkara yang mustahil dan perkara yang harus. Begitu juga wajib kita mengetahui perkara pada hak Para Rasul.

Di antara perkara yang wajib bagi Allah SWT ialah dua puluh sifat:

1. Wujud (Ada)
2. Qidam (Sedia ada)
3. Baqa (Kekal)
4. Mukhalafatuhulilhawadits (Bersalahan yang Maha Tinggi bagi segala yang baharu)
- Allah sesekali tidak serupa makhluk
5. Qiyamuhu binafsihi (Berdiri Allah SWT dengan sendirinya).
- Dia tidak berhajat kepada zat dan tidak berhajat kepada fa’il atau pembuat yang
menjadikanNya.
6. Wahdaniah (Esa)
- Ertinya tiada sekutu bagi zatNya, sifatNya dan segala perbuatanNya.

Sifat pertama dinamai sifat Nafsiah dan lima seterusnya dinamai sifat Salbiah
Dan seterusnya 7 sifat waib bagi Allah dinamai sifat Ma'ani iaitu:

7. Qudrat (Kuasa)
8. Iradat (Kehendak)

Kedua-dua sifat ini berta`alluq (berhubung) dengan segala benda-benda " harus " iaitu perkara yang
kewujudan dan ketiadaannya boleh diterima oleh akal fikiran manusia.

9. Ilmi (Ilmu)

Sifat ini berta`alluq dengan segala perkara iaitu : wajib, mustahil, harus.

10. Hayat (Hidup)

Sifat ini tidak berta’alluq dengan sesuatu apa pun

11. Sama’ (Mendengar)
12. Basor (Melihat)

Keduanya berta`alluq dengan semua maujudat.

13. Kalam (Pekata yang tidak bersuara dan berhuruf)

Sifat ini berta`alluq dengan perkara yang sama seperti sifat ilmu.
Kemudian tujuh (7) sifat dinamakan sifat Ma’nawiyyah yang melazimi tujuh sifat yang pertama iaitu melazimi sifat-sifat Ma’ani iaitulah:

14. Keadaan Allah SWT Yang Berkuasa
15. Keadaan Yang Berkehendak
16. Keadaan Yang Mengetahui
17. Keadaan Yang Hidup
18. Keadaan Yang Mendengar
19. Keadaan Yang Melihat
20. Keadaan Allah Yang Berkata.

Di antara perkara yang mustahil bagi Allah SWT ialah dua puluh sifat. Ianya merupakan sifat-sifat yang berlawanan dengan dua puluh sifat yang wajib bagi Allah SWT. Sifat yang mustahil ini ialah:

1. Tiada
2. Baharu
3. Binasa
4. Serupa dengan makhluk
- Dengan menggambarkan Allah SWT sebagai jirim:bermaksud - zat Allah SWT mempunyai isipadu, ataupun dengan
menggambarkan Allah SWT sebagai satu sifat baharu yang wujud pada jirim, ataupun berada pada sesuatu arah
bagi sesuatu jirim ( objek ), atau Dia mempunyai jihat atau arah, atau terikat dengan suatu tempat, atau terikat
dengan sesuatu masa, ataupun zat Allah SWT bersifat dengan sesuatu yang baharu, atau bersifat kecil, atau
bersifat besar, ataupun Allah SWT mempunyai sebab dan tujuan dari segala perbuatannya dan
hukumhakamnya.
5. Dia tidak berdiri dengan sendiriNya, seperti sifatNya berdiri dengan zat, atau memerlukan kepada pembuat yang
menjadikanNya.
6. Berbilang-bilang, dengan menggambarkan zat Allah SWT tersusun dari sesuatu benda, Ataupun Allah SWT
mempunyai sekutu (menyerupai) pada zatNya atau sifat-sifatNya, Ataupun ada bersama-samaNya di dalam wujud
sesuatu kuasa lain yang memberi kesan pada sesuatu perbuatan.
7. Lemah (tidak berkuasa) menciptakan atau membinasakan sesuatu yang harus. tidak mahukan kewujudannya atau
ketiadaan berkehendak Allah SWT, atau pun Allah SWT melakukannya dalam keadaan terlupa, Ataupun Allah SWT
melakukannya secara tidak sengaja, Ataupun Allah SWT melakukannya dengan tersebab, Ataupun Allah SWT
melakukannya dengan secara semula jadi.
9. Tidak mengetahui dengan tepat sesuatu yang sudah dimaklumi, dan yang seerti dengannya.
10. Mati
11. Tuli
12. Buta
13. Bisu

Dengan keterangan ini, jelaslah segala sifat yang berlawanan dengan Sifat Ma`nawiyyah.

Adapun perkara yang harus bagi Allah SWT ialah mewujudkan perkara harus (mumkin) atau tidak mewujudkannya

Adapun dalil (bukti) yang menerangkan tentang kewujudan Allah SWT ialah penciptaan (tidak Qadim) alam semesta.
Sekiranya alam semesta ini tidak mempunyai pencipta, bahkan terjadi dengan sendirinya, maka pasti akan berat
sebelah salah satu dari dua perkara yang bersamaan tanpa sebab. Keadaan ini mustahil pada ‘aqal fikiran manusia.

Dalil yang menunjukkan kepada penciptaan (tidak Qadim) alam semesta ialah kemestian wujudnya alam berserta
dengan sifat-sifat yang baharu (tidak Qadim) seperti pergerakan, tidak bergerak dan lain-lain.

Dalil yang menunjukkan kepada penciptaan sifat-sifat yang ada pada alam semesta ialah perubahannya yang dapat
dilihat dengan pancaindera manusia.

Dalil yang menunjukkan kewujudan Allah SWT tidak ada permulaannya ialah sekiranya Allah SWT baru diciptakan, maka pastilah ia berhajat kepada penciptanya.Perkara ini akan membawa kepada masalah daur atau tasalsul.
Kedua-dua perkara ini mustahil pada ‘aqal fikiran manusia.

Dalil yang menunjukkan kewujudan Allah SWT tidak ada pengakhirannya ialah sekiranya Allah SWT binasa, maka ternafi
daripada-Nya sifat Qidam kerana kewujudannya tatkala itu hanyalah harus sahaja, tidaklah wajib seperti yang telah
dibincangkan. Kewujudan-Nya yang harus ini mustahil kerana telah diyakini bahawa sesungguhnya Allah SWT bersifat
dengan Qidam dan Baqa’.

Dalil yang menyatakan bahawa Allah SWT tidak menyerupai makhluknya ialah sekiranya Allah SWT menyerupai sesuatu
yang baharu (tidak qadim) maka pasti Allah SWT juga baharu (tidak qadim). Perkara ini mustahil berdasarkan dalil-dalil
yang menyatakan bahawa Allah SWT bersifat dengan Qidam dan Baqa’.

Dalil yangmenyatakan bahawa kewujudan Allah SWT itu tidak berhajat kepada sesuatu yang lain ialah :
a) Sekiranya kewujudan-Nya berhajat kepada tempat nescaya tuhan itu sifat. Mustahil pada ‘aqal fikiran manusia
sesuatu sifat bersifat dengan Sifat Ma`nawiyyah dan Sifat Ma`ani. Allah SWT bersifat dengan kedua-dua sifat
tersebut. Maka mustahil Allah SWT wujud sebagai sifat.
b) Dan sekiranya Allah I berhajat kepada penentu, nescaya Allah SWT itu baharu (tidak qadim). Perkara ini mustahil
kerana telah nyata bahawa Allah SWT bersifat dengan Qidam dan Baqa’.

Dalil yang menunjukkan keesaan Allah SWT ialah sekiranya Allah SWT itu tidak esa nescaya tidak akan wujud sesuatu apa pun dari alam semesta ini. Ini kerana kesemua tuhan tersebut lemah apabila berhajat kepada sesuatu yang lain.

Dalil yang menunjukkan kepada wajibnya Allah SWT bersifat dengan Qudrat, Iradat,Ilmu dan Hayat ialah sekiranya ternafi daripada Allah SWT salah satu dari sifat-sifat tersebut nescaya tidak akan wujud sedikit pun dari alam ini.

Dalil yang menunjukkan kepada wajibnya Allah SWT bersifat dengan Sama’, Basor dan Kalam ialah nas-nas Al-Quran,
Hadis dan Ijma’. Disamping itu sekiranya Allah SWT tidak bersifat dengan sifat-sifat ini, nescaya Allah SWT akan bersifat
dengan sifat-sifat yang berlawan dengannya. Telah maklum yang Allah SWT itu mustahil bersifat dengan segala sifat
kekurangan.

Dalil yang menjelaskan keharusan Allah SWT melaksanakan perkara yang harus dan meninggalkannya ialah,
sekiranya wajib dari segi ‘aqal ke atas Allah SWT melaksanakan sesuatu perkara atau wajib meninggalkannya, nescaya
akan bertukar hakikat sesuatu yang harus kepada wajib atau mustahil. Perkara ini tidak dapat diterima oleh ‘aqal fikiran
manusia.