‘Alī bin Abī Thālib (Bahasa Arab: علي بن أﺑﻲ طالب) (Bahasa Persia: علی پسر ابو طالب) (599 – 661) adalah salah seorang pemeluk Islam pertama dan juga keluarga dari Nabi Muhammad. Menurut Islam Sunni, ia adalah Khalifah terakhir dari Khulafaur Rasyidin. Sedangkan Syi'ah berpendapat bahwa ia adalah Imam sekaligus Khalifah pertama yang dipilih oleh Rasulullah Muhammad SAW. Uniknya meskipun Sunni tidak mengakui konsep Imamah mereka setuju memanggil Ali dengan sebutan Imam, sehingga Ali menjadi satu-satunya Khalifah yang sekaligus juga Imam. Ali adalah sepupu dari Muhammad, dan setelah menikah dengan Fatimah az-Zahra, ia menjadi menantu Muhammad.
Bagian dari artikel tentang
Imam Syi'ah
Dua Belas Imam
--------------------------------------------------------------------------------
Ali bin Abi Thalib
Hasan al-Mujtaba
Husain asy-Syahid
Ali Zainal Abidin
Muhammad al-Baqir
Ja'far ash-Shadiq
Musa al-Kadzim
Ali ar-Ridha
Muhammad al-Jawad
Ali al-Hadi
Hasan al-Asykari
Muhammad al-Mahdi
--------------------------------------------------------------------------------
lihat • bicara • sunting
Daftar isi [sembunyikan]
1 Perbedaan pandangan mengenai pribadi Ali bin Abi Thalib
1.1 Syi'ah
1.2 Sunni
1.3 Sufi
2 Riwayat Hidup
2.1 Kelahiran & Kehidupan Keluarga
2.1.1 Kelahiran
2.1.2 Kehidupan Awal
2.2 Masa Remaja
2.3 Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah
2.4 Kehidupan di Madinah
2.4.1 Perkawinan
2.4.2 Julukan
2.4.3 Pertempuran yang diikuti pada masa Nabi saw
2.4.3.1 Perang Badar
2.4.3.2 Perang Khandaq
2.4.3.3 Perang Khaibar
2.4.3.4 Peperangan lainnya
2.5 Setelah Nabi wafat
2.6 Sebagai khalifah
3 Keturunan
4 Lihat pula
5 Referensi
6 Pranala luar
6.1 Beberapa surat dab kotbah Ali yang sangat terkenal
6.2 Biografi Sunni
6.3 Biografi Syiah
[sunting] Perbedaan pandangan mengenai pribadi Ali bin Abi Thalib
[sunting] Syi'ah
Syi'ah berpendapat bahwa Ali adalah khalifah yang berhak menggantikan Nabi Muhammad, dan sudah ditunjuk oleh Beliau atas perintah Allah di Ghadir Khum. Syi'ah meninggikan kedudukan Ali atas Sahabat Nabi yang lain, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
Syi'ah selalu menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Alayhi Salam (AS) atau semoga Allah melimpahkan keselamatan dan kesejahteraan.
[sunting] Sunni
Sebagian Sunni yaitu mereka yang menjadi anggota Bani Umayyah dan para pendukungnya memandang Ali sama dengan Sahabat Nabi yang lain.
Sunni menambahkan nama Ali dengan Radhiyallahu Anhu (RA) atau semoga Allah melimpahkan Ridha (ke-suka-an)nya. Tambahan ini sama sebagaimana yang juga diberikan kepada Sahabat Nabi yang lain.
[sunting] Sufi
Sufi menambahkan nama Ali bin Abi Thalib dengan Karramallahu Wajhah (KW) atau semoga Allah me-mulia-kan wajahnya. Doa kaum Sufi ini sangat unik, berdasar riwayat bahwa beliau tidak suka menggunakan wajahnya untuk melihat hal-hal buruk bahkan yang kurang sopan sekalipun. Dibuktikan dalam sebagian riwayat bahwa beliau tidak suka memandang ke bawah bila sedang berhubungan intim dengan istri. Sedangkan riwayat-riwayat lain menyebutkan dalam banyak pertempuran (duel-tanding), bila pakaian musuh terbuka bagian bawah terkena sobekan pedang beliau, maka Ali enggan meneruskan duel hingga musuhnya lebih dulu memperbaiki pakaiannya.
Ali bin Abi Thalib dianggap oleh kaum Sufi sebagai Imam dalam ilmu hikmah (divine wisdom) dan futuwwah (spiritual warriorship). Dari beliau bermunculan cabang-cabang tarekat (thoriqoh) atau spiritual-brotherhood. Hampir seluruh pendiri tarekat Sufi, adalah keturunan beliau sesuai dengan catatan nasab yang resmi mereka miliki. Seperti pada tarekat Qadiriyyah dengan pendirinya Syekh Abdul Qadir Jaelani, yang merupakan keturunan langsung dari Ali melalui anaknya Hasan bin Ali seperti yang tercantum dalam kitab manaqib Syekh Abdul Qadir Jilani (karya Syekh Ja'far Barzanji) dan banyak kitab-kitab lainnya.
[sunting] Riwayat Hidup
[sunting] Kelahiran & Kehidupan Keluarga
[sunting] Kelahiran
Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi[1] atau 600[2](perkiraan). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani diantara kalangan Quraisy Mekkah.
Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Nabi SAW terkesan tidak suka, karena itu mulai memanggil dengan Ali yang berarti Tinggi(derajat di sisi Allah).
[sunting] Kehidupan Awal
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena beliau tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.
Dalam biografi asing (Barat), hubungan Ali kepada Nabi Muhammad SAW dilukiskan seperti Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya) kepada Yesus (Nabi Isa). Dalam riwayat-riwayat Syi'ah dan sebagian riwayat Sunni, hubungan tersebut dilukiskan seperti Nabi Harun kepada Nabi Musa.
[sunting] Masa Remaja
Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tesebut atau orang ke 2 yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi SAW karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga beliau menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang diajarkan Nabi khusus kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang lain.
Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun kemasyarakatan semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas masing-masing.
Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir (exterior)atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.
[sunting] Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah
Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan hijrah Nabi. Beliau tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh Nabi yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar.
[sunting] Kehidupan di Madinah
[sunting] Perkawinan
Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra yang banyak dinanti para pemuda. Nabi menimbang Ali yang paling tepat dalam banyak hal seperti Nasab keluarga yang se-rumpun (Bani Hasyim), yang paling dulu mempercayai ke-nabi-an Muhammad (setelah Khadijah), yang selalu belajar di bawah Nabi dan banyak hal lain.
[sunting] Julukan
Ketika Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas pakaiannya tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu duduk dan membersihkan punggung Ali sambil berkata, "Duduklah wahai Abu Turab, duduklah." Turab yang berarti debu atau tanah dalam bahasa Arab. Julukan tersebut adalah julukan yang paling disukai oleh Ali.
[sunting] Pertempuran yang diikuti pada masa Nabi saw
[sunting] Perang Badar
Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi. Banyaknya Quraisy Mekkah yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tapi semua sepakat beliau menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun.
[sunting] Perang Khandaq
Perang Khandak juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar,Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian.
[sunting] Perang Khaibar
Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut dengan perang Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw bersabda:
"Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya".
Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, temyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.
[sunting] Peperangan lainnya
Hampir semua peperangan beliau ikuti kecuali perang Tabuk karena mewakili nabi Muhammad untuk menjaga kota Madinah.
[sunting] Setelah Nabi wafat
Sampai disini hampir semua pihak sepakat tentang riwayat Ali bin Abi Thalib, perbedaan pendapat mulai tampak ketika Nabi Muhammad wafat. Syi'ah berpendapat sudah ada wasiat (berdasar riwayat Ghadir Khum) bahwa Ali harus menjadi Khalifah bila Nabi SAW wafat. Tetapi Sunni tidak sependapat, sehingga pada saat Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana duka orang-orang Quraisy bersepakat untuk membaiat Abu Bakar.
Menurut riwayat dari Al-Ya'qubi dalam kitab Tarikh-nya Jilid II Menyebutkan suatu peristiwa sebagai berikut. Dalam perjalan pulang ke Madinah seusai menunaikan ibadah haji ( Hijjatul-Wada'),malam hari Rasulullah saw bersama rombongan tiba di suatu tempat dekat Jifrah yang dikenal denagan nama "GHADIR KHUM." Hari itu adalah hari ke-18 bulan Dzulhijah. Ia keluar dari kemahnya kemudia berkhutbah di depan jamaah sambil memegang tangan Imam Ali Bin Abi Tholib r.a.Dalam khutbahnya itu antara lain beliau berkata : "Barang siapa menanggap aku ini pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.Ya Allah, pimpinlah orang yang mengakui kepemimpinannya dan musuhilah orang yang memusuhinya"
Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah tentu tidak disetujui keluarga Nabi Ahlul Baitdan pengikutnya. Beberapa riwayat berbeda pendapat waktu pem-bai'at-an Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Rasulullah. Ada yang meriwayatkan setelah Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari setelah itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali mem-bai'at Abu Bakar setelah Fatimah meninggal, yaitu enam bulan setelah meninggalnya Rasulullah demi mencegah perpecahan dalam ummat
Ada yang menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk menyandang jabatan Khalifah karena umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa kekhalifahan dan kenabian sebaiknya tidak berada di tangan Bani Hasyim.
[sunting] Sebagai khalifah
Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda.
Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Perang Jamal. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali.
Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Perang Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut.
Ali bin Abi Thalib, seseorang yang memiliki kecakapan dalam bidang militer dan strategi perang, mengalami kesulitan dalam administrasi negara karena kekacauan luar biasa yang ditinggalkan pemerintahan sebelumya. Ia meninggal di usia 63 tahun karena pembunuhan oleh Abdrrahman bin Muljam, seseorang yang berasal dari golongan Khawarij (pembangkang) saat mengimami shalat subuh di masjid Kufah, pada tanggal 19 Ramadhan, dan Ali menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijriyah. Ali dikuburkan secara rahasia di Najaf, bahkan ada beberapa riwayat yang menyatakan bahwa ia dikubur di tempat lain.
Didahului oleh:
Utsman bin Affan Khalifah (Sunni) tahun 656–661 Digantikan oleh:
Muawiyah I
Didahului oleh:
Muhammad Imam Syi'ah (Syi'ah) tahun 632–661 Digantikan oleh:
Hasan bin Ali
[sunting] Keturunan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Keturunan Ali bin Abi Thalib
Ali memiliki delapan istri setelah meninggalnya Fatimah az-Zahra[3] dan memiliki keseluruhan 36 orang anak. Dua anak laki-lakinya yang terkenal, lahir dari anak Nabi Muhammad, Fatimah, adalah Hasan dan Husain.
Keturunan Ali melalui Fatimah dikenal dengan Syarif atau Sayyid, yang merupakan gelar kehormatan dalam Bahasa Arab, Syarif berarti bangsawan dan Sayyed berarti tuan. Sebagai keturunan langsung dari Muhammad, mereka dihormati oleh Sunni dan Syi'ah.
Menurut riwayat, Ali bin Abi Thalib memiliki 36 orang anak yang terdiri dari 18 anak laki-laki dan 18 anak perempuan. Sampai saat ini keturunan itu masih tersebar, dan dikenal dengan Alawiyin atau Alawiyah. Sampai saat ini keturunan Ali bin Abi Thalib kerap digelari Sayyid.
Anak laki-laki Anak perempuan
Hasan al-Mujtaba Zainab al-Kubra
Husain asy-Syahid Zainab al-Sughra
Muhammad bin al-Hanafiah Ummu Kaltsum
Abbas al-Akbar (dijuluki Abu Fadl) Ramlah al-Kubra
Abdullah al-Akbar Ramlah al-Sughra
Ja'far al-Akbar Nafisah
Utsman al-Akbar Ruqaiyah al-Sughra
Muhammad al-Ashghar Ruqaiyah al-Kubra
Abdullah al-Ashghar Maimunah
Abdullah (yang dijuluki Abu Ali) Zainab al-Sughra
‘Aun Ummu Hani
Yahya Fathimah al-Sughra
Muhammad al-Ausath Umamah
Utsman al-Ashghar Khadijah al-Sughra
Abbas al-Ashghar Ummu al-Hasan
Ja'far al-Ashghar Ummu Salamah
Umar al-Ashghar Hamamah
Umar al-Akbar Ummu Kiram
[sunting] Lihat pula
Fatimah az-Zahra
Rabithah Alawiyah
Ahlul Bait
Sayyid
[sunting] Referensi
^ Truth Wisdom & Justice
^ Birth of Imam Ali (a.s).
^ The Life of Hadrat Ali
[sunting] Pranala luar
Ali bin Abi Talib oleh I. K. Poonawala dan E. Kohlberg dalam Encyclopedia Iranica
Ali, artikel pada Enyclopaedia Britannica Online
[sunting] Beberapa surat dab kotbah Ali yang sangat terkenal
Imam Ali ibn Abi Talib Nahjul Balagha
Order to Maalik al-Ashtar, governor of Egypt (UN Legal Committee, member states voted that the document should be considered as one of the sources of International Law.) The United Nation and Imam Ali’s Constitution
A advice ti his son Hasan ib Ali (This letter contains ethical advisement)
185 Sermon about the Oneness of Allah
[sunting] Biografi Sunni
Biography from USC's MSA website
[sunting] Biografi Syiah
The Life of the Commander of the Faithful Ali b. Abu Talib by Shaykh Mufid in Kitab al-Irshad
The Commander of the Faithful: ‘Ali ibn Abi Talib
Website devoted to the Life of Imam Ali ibn Abi Talib
Imam Ali ibn Abi Talib
The Last Will of Ali ibn Abi Talib
Alavi Bohras - The Walaayat and Love for Maulaa 'Ali
[tampilkan]l • d • sDaftar sahabat nabi
Abbad bin Bishir
Abbas bin Abdul-Muththalib
Abdullah bin Abbas
Abdullah bin Abdul-Asad
Abdullah bin Hudhafah as-Sahmi
Abdullah bin Ja'far
Abdullah bin Mas'ud
Abdullah bin Rawahah
Abdullah bin Salam
Abdullah bin Ubay
Abdullah bin Umar
Abdullah bin Ummi-Maktum
Abdullah bin Zubair
Abdurrahman bin Abi Bakar
Abdurrahman bin Auf
Abu Ayyub al-Ansari
Abu Bakar
Abu Dujana
Abu Dzar Al-Ghiffari
Abu Fuhayra
Abu Hudhaifah bin al-Mughirah
Abu Hurairah
Abu Lubaba bin Abd al-Mundzir
Abu Musa al-Ashari
Abu Qatadah
Abu Sufyan
Abu Sufyan bin Harits
Abu Thalib
Abu Ubaidah bin al-Jarrah
Abu al-Aas bin al-Rabiah
Abu al-Dardaa
Abu Hudhayfah bin Utbah
Abu Sa'id al-Khudri
Akib bin Usaid
Al-Ala'a Al-Hadrami
Al-Baraa bin Malik al-Ansari
Al-Nahdiah
Ali bin Abi Thalib
Aminah binti Wahab
Amir bin al-Jamuh
Ammar bin Yasir
Amru bin Ash
An-Numan bin Muqarrin
Anas bin Malik
Ashaab
Aqil bin Abu Thalib
Bashir bin Sa'ad
Bilal bin Rabah
Bilal bin al-Harits
Fadl bin Abbas
Fatimah binti Asad
Fatimah binti Hizam
Fayruz al-Daylami
Habibah binti Ubaidillah
Halimah As-Sa'diyah
Hamzah bin Abdul-Muththalib
Haritsah binti al-Muammil
Hatib bin Abi Baitah
Hisyam bin Al-Aas
Hudhayfah bin al-Yaman
Hujr bin Adi
Ikrimah bin Abu Jahal
Ja'far bin Abi Thalib
Julaybib
Khabbab bin al-Aratt
Khadijah binti Khuwailid
Khalid bin Sa`id
Khalid bin Walid
Khubaib bin Adi
Khunais bin Hudhaifa
Kumail bin Ziyad
Khuzaimah bin Tsabit
Layla binti al-Minhal
Lubabah binti al-Harith
Lubaynah
Malik bin Dinar
Malik al-Dar
Malik bin Ashter
Malik bin Nuwayrah
Miqdad bin Aswad
Mua'dz bin Jabal
Muhammad bin Abu Bakar
Muawiyah bin Abu Sufyan
Muhammad bin Maslamah
Mughira bin Shu'ba
Mus'ab bin Umair
Nawfal bin Khuwaylid
Qatadah
Rab'ah bin Umayah
Rabi'ah bin Harits
Sa'ad bin ar-Rabi'
Sa'ad bin Abi Waqqas
Saffiyah binti Abdul-Muththalib
Sa’id bin Al-Ash
Said bin Amir al-Jumahi
Said bin Zayd
Salim Mawla Abu Hudhayfah
Salman al-Farisi
Suhayb Ar-Rummi
Sumayyah binti Khayyat
Thalhah bin Ubaidillah
Thalib bin Abu Thalib
Ubaidah bin Harits
Ubay bin Kaab
Umamah binti Zainab
Umar bin Khattab
Ummi Kultsum binti Ali
Ummi Kultsum binti Jarwila Khuzima
Ummi Syarik
Ummi Ubays
`Uqbah bin Amir
Urwah bin Mas'ud
Usamah bin Zaid
Utbah bin Ghazwan
Utsman bin Affan
Utsman bin Hunaif
Uwais al-Qarny
Wahab bin Abd Manaf
Wahsyi
Waraqah bin Naufal
Zaid bin Arqam
Zaid bin Haritsah
Zaid bin Tsabit
Zainab binti Ali
Zubair bin Awwam
Artikel mengenai biografi tokoh Islam ini adalah suatu tulisan rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia mengembangkannya.
Diperoleh dari "http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi_Thalib"
Kategori: Sahabat Nabi | Rintisan biografi tokoh Islam | Khulafa'ur Rasyidin | Ahlul Bait | Bani Hasyim | Imam Syi'ah | Kelahiran 599 | Kematian 661 | Tokoh yang dibunuh | Poligamis | Pemimpin agama yang dibunuh
Wednesday, July 29, 2009
Ali bin Abi Talib
Posted by Allahyarham achit at 12:38 AM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment